webnovel

Princess in Love

Pernikahan paksa seorang putri dari kerajaan Chosun dengan seorang pangeran dari China

Frisca_6869 · Celebrities
Not enough ratings
7 Chs

tujuh

Shinhye benar-benar marah. Netra besarnya membeliak makin lebar. Ia kembali berusaha mendorong pria tersebut. Namun Pangeran Zhang justru mendekap makin kuat. Hal tersebut memancing emosi Shinhye. Tidak punya pilihan, dia menggigit tangan sang suami kuat-kuat.

Pria tersebut menjerit kesakitan. Merasa pelukan di tubuhnya melonggar, Shinhye bergegas beringsut bangun. Akan tetapi, lagi-lagi Pangeran Zhang menarik tangannya. Menahan gadis itu untuk pergi.

"Kau mau ke mana? Apa kau berharap bisa pergi begitu saja setelah menggigit tangan seorang pangeran?"

Shinhye tidak menjawab. Ia masih berusaha menarik lepas tangannya yang dicekal kuat. Setelah beberapa saat, dia tahu bahwa dirinya tidak mungkin melepaskan diri dari pria muda tersebut.

"Aku minta maaf," ucap Shinhye dengan nada memelas. Kepalanya menunduk dan mata tampak sayu.

"Aku tidak sengaja melakukannya."

Pangeran Zhang diam menatap gadis itu. Dia tidak menduga Shinhye akan mengalah semudah itu. Kecurigaan tersebut ternyata saat gadis itu balas menatap dengan berani.

"Kau pikir aku akan mengatakan itu? Kau sudah berani tidur di sini. Sebagai seorang pangeran, kau benar-benar tidak tahu malu. Kau telah melanggar janjimu!"

"Siapa yang berjanji? Aku sudah bilang ini adalah kamarku dan kau adalah istriku. Kau sendiri yang mengatakan hal-hal aneh tentang pita dan sebagainya."

"Kau benar-benar tidak tahu diri. Awas saja, ya!" teriak Shinhye sambil menyergap pria tersebut dan bersiap menyerang dengan tinjunya.

Di luar, para dayang dan pelayan sedang berdiri menunggu. Mereka tersenyum sendiri dan saling berbisik mengenai suara bising di dalam. Bibi Han, wanita paruh baya yang adalah pengasuh Pangeran Zhang sejak bayi segera menegur mereka. Ia baru saja kembali bertugas setelah lama terbaring sakit dan diperintahkan bocah yang diasuhnya itu untuk beristirahat.

"Ada apa ini? Kenapa kalian tidak masuk malah bergosip di sini?" tanya wanita anggun berambut kelabu tersebut.

"Pangeran sedang bermesraan dengan istrinya. Kami tidak berani masuk, Bibi," jawab salah seorang dari mereka.

Wanita di hadapan mereka tersebut menggeleng.

"Sebaiknya kita segera masuk. Kalian tahu 'kan, yang mulia ibu suri dan yang lain akan marah besar kemudian memperkarakan hal ini."

Gadis-gadis muda tersebut hanya diam dan mengangguk.

***

Sementara itu, di dalam kamar, Pangeran Zhang menangkis serangan Shinhye dan menarik tangan gadis tersebut. Ia juga merebahkan tubuh mungil itu, sehingga Shinhye kini terbaring di atas ranjang. Dengan cepat, lelaki itu berada di atas tubuh Shinhye.

Shinhye panik. Dia segera melawan, tetapi perlawanan tersebut tidak berarti karena sang pangeran telah menahan kedua tangannya dan menghimpit tubuhnya. Laki-laki yang berada di atasnya tersebut ternyata begitu kuat. Gadis itu semakin cemas, saat wajah Pangeran Zhang semakin mendekat.

"Apa yang akan kaulakukan? Awas saja jika kau macam-macam, aku pasti akan membunuhmu!" ancam Shinhye ketakutan.

Tepat di saat itulah, pintu terbuka lebar.

"Pangeran, Anda ...."

Ucapan Bibi Shan terhenti. Para dayang dan pelayan yang mengikuti masuk ke dalam kamar menjerit sambil menutup mata dengan tangan masing-masing.

"Bibi, ada apa ini?" tegur Pangeran Zhang. Dia bergegas bangun dan duduk di tempat tidur. Shinhye sendiri memanfaatkan kesempatan tersebut untuk bangun dan membungkus dirinya dengan selimut. Wajahnya bersemu merah. Terbersit di benaknya, para pelayan tersebut pasti berpikir macam-macam.

"Maafkan saya, Pangeran. Bukan saya ingin mengganggu, tapi ingin mengingatkan untuk bersiap memberi penghormatan kepada ibu suri," ucap Bibi Shan sambil sesekali melihat ke arah Shinhye.

'Jadi ini istri pangeran? Dia memang cantik, tapi kelihatannya tidak ada yang istimewa. Apa dia telah merayu anak asuhku?'

"Ah benar," celetuk Shinhye tiba-tiba.

"Kita harus bersiap memberi penghormatan."

Gadis itu segera beranjak turun dari tempat tidur, tetapi Pangeran Zhang justru kembali mencekal tangannya.

"Kau mau ke mana?"

"Ke mana lagi, tentu saja bersiap untuk memberi penghormatan."

"Kau tidak boleh ke mana-mana."

"Tapi ...."

Gadis itu terkesiap saat tiba-tiba Pangeran Zhang menarik tangannya sehingga Shinhye duduk di pangkuan.

"Kau ini benar-benar ...."

"Bibi, bisakah kau membawa semua orang keluar? Hari ini, aku hanya ingin bersama dengan istriku."

Netra pria itu menatap lekat ke wajah Shinhye. Gadis itu berusaha meronta untuk melepaskan diri.

"Lepaskan aku!" desis Shinhye sambil balas menatap tajam. Akan tetapi, pria tersebut malah balas memeluk dia dengan erat. Shinhye mendengus kesal dan balas menginjak kaki lelaki itu kuat-kuat. Namun, bukan melepaskannya, Pangeran Zhang justru tersenyum manis.

"Baiklah, Pangeran, kami akan keluar, tetapi harap diingat hukuman yang akan Anda terima," ujar Bibi Han sambil memberi hormat dan bergegas diikuti oleh yang lain.

Beberapa saat setelah mereka keluar, ekor mata Shinhye masih tetap menatap ke arah pintu.

"Kenapa dia bersikap seperti itu padaku? Tatapannya sungguh tidak menyenangkan," gumam gadis itu pelan.

Pangeran Zhang menjawab sambil tersenyum,

"Dia bersikap seperti itu karena dia itu sangat menyayangiku dan menganggapku sebagai putranya. Aku juga menganggap dia sebagai ibuku. Bibi Shan adalah orang yang membesarkanku."

"Benarkah? Kalau begitu dia pasti membesarkanmu dengan cara yang salah. Buktinya kau begitu tidak tahu malu, bahkan berbuat melanggar batas."

"Istriku," cetus Pangeran Zhang dengan suara rendah.

"Berbicara soal melanggar batas, sampai kapan dirimu akan duduk di pangkuanku?"

Mata Shinhye langsung membulat. Dia segera melompat berdiri. Pangeran Zhang terbahak melihatnya.

"Kau benar-benar keterlaluan!" geram Shinhye sambil segera menjauh.

Pangeran Zhang masih terus tertawa. Shinhye makin kesal dibuatnya.

"Istriku, kenapa kau marah dan selalu aku yang dipersalahkan? Bukankah kau sendiri yang menikmati duduk di pangkuanku dan berada dalam pelukanku?"

Gadis itu melangkah cepat kembali menghampiri sang pangeran. Ia kemudian mengepalkan tangan seolah mengancam hendak meninju paras tampan tersebut.

"Aku tidak akan pernah tertarik padamu dan jangan pernah memanggil aku sebagai istrimu karena aku tidak akan pernah percaya telah menikah denganmu. Satu lagi, jika keluarga kerajaan marah karena kita tidak melakukan penghormatan, kau tanggung saja hukumannya sendiri."

Pangeran Zhang menarik gadis itu mendekat dan mengecup bibirnya sekilas.

"Istriku, kenapa kau begitu pemarah? Kalau kau tidak percaya soal pernikahan kita, aku tidak keberatan untuk mengulang upacara pernikahan kita."

Shinhye mendorong pria itu menjauh dan bergegas pergi. Perlahan ia menyentuh bibirnya. Pikirannya melayang pada Jongki yang berada begitu jauh.

'Aku tidak setia. Seseorang telah mencuri ciuman yang seharusnya hanya menjadi milik Jongki,' ucapnya dalam hati dengan mata berkaca-kaca. Ia kemudian memeluk tubuhnya sendiri. Jongki begitu sopan dan bahkan nyaris tidak pernah menyentuhnya. Begitu menjaga jarak dan kehormatannya, tapi pria yang mengaku sebagai suaminya itu bahkan begitu tidak tahu aturan.

Shinhye memekik terkejut saat sebuah tangan kokoh melingkari pinggangnya dari belakang.

"Entah apa yang mengganggu istriku ini, tapi kuharap akulah yang kini berada di pikirannya," bisik Pangeran Zhang di telinga gadis itu.