webnovel

Princess in Love

Pernikahan paksa seorang putri dari kerajaan Chosun dengan seorang pangeran dari China

Frisca_6869 · Celebrities
Not enough ratings
7 Chs

enam

Paginya, Pangeran Zhang kembali mengajak Shinhye untuk memberi hormat kepada Ibu Suri. Shinhye menatap gaun yang dikenakan kemudian menggeleng. Meski biasa, gaun tersebut terbilang bersih. Lalu mengapa mereka tidak masuk?

Hal tersebut melintas di pikirannya. Tanpa berpikir lagi ia segera menggamit tangan sang pangeran.

"Ayo kita masuk saja!" ajaknya.

"Jika kita berlutut di sini, mereka tidak akan melihat kita."

"Kita tidak bisa melakukannya," sahut Pangeran Zhang sambil berbalik menahan tangan Shinhye.

"Kenapa? Apa masalahnya? Apa Ibu Suri membencimu atau sedang marah padamu sehingga kau tidak berani masuk? Lihat bahkan para dayang dan pelayan bisa masuk. Kenapa kita tidak?"

Pangeran Zhang diam sesaat, kemudian menggamit tangan gadis itu.

"Kita pergi dari sini sekarang!" ajaknya. Namun istrinya itu menggeleng. Ia malah tetap bersikukuh berdiri di sana.

"Jelaskan dulu kenapa kita tidak masuk? Apa benar dia sedang menghukummu?"

Di belakang mereka terdengar suara pintu dibuka. Seorang wanita berpakaian tradisional yang mewah dengan banyak perhiasan berdiri di ambang pintu dan menatap mereka dengan tajam. Beberapa dayang dan pelayan berdiri di belakangnya dengan kepala menunduk.

'Pakaian para pelayan itu bahkan lebih bagus dari yang kukenakan,' gumam Shinhye dalam hati.

'Di hadapan mereka, aku merasa seperti seorang pengemis. Apa mereka sengaja melakukan ini karena aku berasal dari Korea, negara yang telah dikalahkan dan mengirim tuan putri mereka sebagai tanda perdamaian?'

"Zhang, kenapa kau tidak memberitahu dia yang sebenarnya? Apa kau takut dia akan meninggalkanmu? Ternyata meski hanya pengantin tawanan, kau tetap ingin mempertahankan dia," ujar wanita itu sambil tertawa mengejek. Para dayang dan pelayan yang berada bersamanya juga ikut tertawa.

"Ada apa ini? Kenapa mereka ...?"

Lontaran kata-kata kebingungan Shinhye terhenti saat Pangeran Zhang menyeretnya pergi dari situ diiringi tawa orang-orang tersebut.

"Tunggu, hei tunggu. Lepaskan tanganku. Lepaskan. Atau kalau tidak aku akan menggigit tanganmu!" ancam gadis itu saat tiba kembali di kediaman.

Para pelayan hanya melihat kejadian tersebut seraya menggeleng. Lagi-lagi junjungan mereka tersebut ribut. Meski begitu mereka senang. Dulu sebelum ada istri tuan mereka, tempat itu seperti tidak punya kehidupan. Pangeran Zhang juga selalu tampak muram dan murung. Wajahnya selalu terlihat serius tanpa mencerminkan ada kebahagiaan di sana, tetapi kini semua berbeda. Seorang tuan putri dari negeri asing ternyata berhasil membawa kehidupan di tempat tersebut.

Shinhye duduk sambil menuang teh yang dihidangkan dayang muda yang bergegas keluar. Ia lalu meneguk dengan tergesa dan menyemburkan teh tersebut.

"Arggghhh ... panas. Panas sekali!" teriaknya sambil mengipas-ngipas mulutnya dan menjulurkan lidahnya. Melihat itu, mau tidak mau Pangeran Zhang tertawa.

"Kenapa tertawa?" tanya Shinhye kesal sambil meletakkan cangkir dengan keras dan menggebrak meja.

"Kau benar-benar lucu."

"Aku tidak ingin melucu, tapi aku benar-benar sedang kesal padamu. Bukankah semua masalah ini bersumber darimu?" sergah gadis itu cepat.

"Kalau bukan karena kau membuatku penasaran dengan yang sebenarnya terjadi, semua pasti baik-baik saja."

"Jadi?"

"Jadi kau harus bertanggung jawab atas semuanya. Ceritakan padaku yang sebenarnya. Kenapa mereka memperlakukanmu seperti itu?"

Pangeran Zhang tercenung sejenak, sedang Shinhye tetap menatap tajam. Akan tetapi, pria tersebut kemudian menggeleng.

"Aku tidak bisa mengatakannya padamu," ujarnya. Shinhye hendak membuka mulutnya untuk berkata-kata, tetapi Pangeran Zhang segera melanjutkan kata-katanya.

"Kau bahkan tidak percaya padaku. Kau tidak percaya bahwa kita telah menikah dan aku adalah suamimu. Kau bahkan mengusirku semalam dari kamar ini. Jadi untuk apa aku menceritakan soal kehidupanku padamu?" sahut sang pangeran sambil menatap gadis itu dan tersenyum.

"Baiklah kalau begitu. Jika tidak mau memberitahu, ya tidak usah beritahu!" sahut Shinhye sambil bangkit berdiri. Pangeran Zhang segera menahan tangan gadis itu yang hendak melangkah pergi.

"Kamu ingin aku memberitahumu?" tanyanya sambil mengerling menggoda. Shinhye mendengus kesal sambil berusaha menarik tangannya dari genggaman pria tersebut.

Pangeran Zhang bangkit berdiri dan berbisik di telinga gadis tersebut,

"Kalau begitu, lakukan kewajibanmu sebagai istri. Layani suamimu ini dengan baik."

Pangeran Zhang bergerak mendekat. Shinhye segera mendorong pria itu hingga hampir terjatuh. Wajahnya merona merah.

"Jangan dekat-dekat!" gertaknya.

"Dasar pria mesum hidung belang. Berani benar kau mencoba menggodaku. Sampai kapan pun aku tidak akan terima menjadi istrimu, apalagi aku sudah memiliki kekasih. Aku hanya ingin tahu saja yang sebenarnya terjadi!"

***

Pangeran Zhang menghela napas panjang sambil menatap langit yang terlihat gelap karena mendung yang menggantung sejak sore. Seharusnya perasaannya kepada Shinhye tidak berkembang secepat ini, tetapi pernyataan gadis tersebut bahwa dia telah memiliki kekasih benar-benar melukai hatinya. Perasaan terkoyak dan nyeri tersebut terasa amat nyata, bahkan seolah menggores benaknya dengan ribuan jarum.

'Kami belum lama bertemu, tapi kenapa perasaanku seperti ini? Tidak. Tidak. Ini pasti ada yang salah. Semua ini pasti karena aku lama tidak berdekatan dengan wanita. Karena itu, aku jadi bertindak berani padanya, tapi kenapa hatiku terasa sakit saat dia menyinggung pria yang dicintainya?'

Tangan Pangeran Zhang kemudian memegang dadanya. Rasa tertusuk itu semakin dalam dan menyakitkan hingga dia merasa sulit untuk bernapas.

"Pangeran, Anda baik-baik saja?" tegur orang di belakangnya.

"Pa-man Chang, Paman, ini pasti kesalahan. Aku tidak mungkin jatuh cinta padanya. Semua terlalu cepat. Kami bahkan baru saja bertemu, tapi kenapa semua jadi seperti ini?" sahut sang pangeran tanpa menoleh.

"Mungkin dia memang adalah cinta sejatimu," ucap Paman Chang sambil tersenyum.

"Mana ada hal semacam itu? Dulu mungkin aku masih percaya dongeng seperti itu, tapi sekarang? Setelah Xiaoling mengkhianatiku, aku tidak akan percaya lagi pada cinta semacam itu."

"Pangeran, kau sudah menikah. Dan Xiaoling juga sebentar lagi juga akan menikah. Bukan hanya itu, dia juga akan menjadi kakak iparmu dan kerabat dari istana. Sebaiknya kau melupakan dia sepenuhnya."

Pangeran Zhang terdiam dan mengangguk.

"Aku tahu aku harus melupakannya. Tapi kenapa Shinhye yang justru membuatku melupakan dia. Ini tidak mungkin cinta. Benar 'kan, Paman?"

***

Keesokan pagi, Shinhye kembali bangun dengan penuh semangat. Ia tersenyum saat melihat pita merah yang masih melintang utuh. Pangeran Zhang adalah orang yang mengerti aturan. Dia pasti sangat menjaga harga dirinya dengan tidak sembarangan masuk ke kamar seorang gadis jika dilarang.

'Aku betul-betul aman sekarang,' gumam Shinhye dalam hati.

Gadis itu memekik terkejut saat melihat sosok menggeliat bangun di sampingnya.

"Ka-u? Ke-napa kau? Bagaimana bisa kau berada di sini?" tanyanya sambil menuding orang tersebut.

"Kau benar-benar tidak tahu malu, ya? Bisa-bisanya kau menerobos penghalang pita yang kubuat."

Pangeran Zhang meraih dan menarik tangan gadis itu mendekat. Shinhye berusaha meronta, tetapi pria muda itu justru mendekap Shinhye erat. Tubuh keduanya yang hanya terhalang dua helai pakaian saling bersentuhan.

"Aku sudah bilang bukan, ini adalah kamarku," ujarnya.

"Dan kau adalah istriku. Jadi aku sangat berhak untuk tidur di sini. Bersamamu."