webnovel

Princess in Love

Pernikahan paksa seorang putri dari kerajaan Chosun dengan seorang pangeran dari China

Frisca_6869 · Celebrities
Not enough ratings
7 Chs

tiga

"Kau tidak percaya padaku? Shinhye melakukan semua itu atas keinginannya sendiri. Aku juga tidak tahu apa yang terbersit di benaknya. Dia adalah adikku dan aku tahu persis dia bukan orang yang ceroboh atau serakah mengincar tahta. Entah apa yang dipikirkannya sehingga bersedia menjadi pengantin tawanan kerajaan Ling," tandas Jiwon saat Jongki menemuinya di taman.

Suasana pagi itu sebenarnya sangat indah. Beraneka macam bunga tumbuh bermekaran berwarna-warni diiringi tarian kupu-kupu yang juga beraneka warna. Pohon-pohon rindang menaungi tempat itu memberikan keteduhan dan ketenangan.

Jongki dan Jiwon berdiri di sebuah jembatan kecil yang berhias ukiran. Di bawah jembatan tersebut mengalir air jernih dengan beberapa ekor ikan di dalamnya. Semula Jiwon bahagia. Menduga Jongki datang memang untuk bertemu dengannya. Akan tetapi kebahagiaan itu pupus tatkala Jongki bertanya tentang Shinhye. Meski demikian Jiwon masih berusaha untuk tetap tenang.

"Aku bukan tidak percaya padamu. Hanya saja semua terlalu aneh. Kami sebentar lagi akan menikah dan dia tiba-tiba pergi begitu saja. Merelakan diri menjadi pengantin tawanan. Di istana ini, kau adalah orang terdekat dan paling dia percaya. Mungkin dia mengatakan sesuatu yang aneh padamu," tutur Jongki panjang lebar.

Tuan putri sulung yang berdiri di sampingnya menggeleng.

"Aku benar-benar tidak tahu. Jika aku tahu rencana dia, aku pasti akan mencegah. Apalagi kalian akan segera menikah. Daripada dia lebih baik aku saja yang menjadi pengantin tawanan."

"Tidak akan kubiarkan!" tandas Jongki cepat. Jenderal muda itu menoleh dan menatap gadis tersebut.

"Tidak akan kubiarkan dirimu dan Shinhye menjadi pengantin tawanan. Shinhye adalah gadis yang kucintai, tapi kau juga adalah temanku. Kita bertiga sudah bersama sejak kecil. Tidak akan kubiarkan sesuatu mencelakai kalian. Aku pasti akan melindungi kalian."

Jiwon hanya mengangguk. Di hatinya melintas rasa sedih.

'Kau hanya menganggapku teman selama ini. Asal kau tahu, aku tidak bisa menerima semua itu karena aku sangat mencintaimu,' gumamnya lirih dalam hati. Akan tetapi dalam sekejap rasa bahagia kembali membuncah dalam hatinya.

'Tidak mengapa meski selama ini kau menganggapku teman. Karena Shinhye sudah tidak ada di sini, kau pasti bisa melupakannya. Aku juga akan bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku.'

***

Shinhye membuka matanya perlahan. Siapa sangka di saat masalah besar menimpa hidupnya, dia justru tertidur lelap. Dia segera duduk dan membungkus tubuhnya dengan selimut saat melihat pria yang mengaku sebagai suaminya berdiri sambil menatap lekat.

"Kau ... Mau apa kau kemari? Apa mungkin ... apa mungkin ayahku sudah membayar tebusan dan kau akan melepaskan aku?" tanyanya.

"Kau masih saja bermimpi. Ayahmu tidak akan pernah membebaskanmu karena sekarang kau adalah istriku. Kau harus menerima hal itu," ujar lelaki tersebut sambil bersidekap dan tersenyum. Ia kemudian menunduk mendekatkan tubuhnya persis di hadapan gadis tersebut. Shinhye semakin mengetatkan selimut yang membungkus tubuhnya.

"Apa maumu? Jangan macam-macam atau aku terpaksa akan melawanmu lagi!" ancamnya. Netranya melirik sekilas ke pipi kanan pria tersebut yang masih berbekas cakaran. Rasa bersalah yang tidak dikehendaki menyeruak dalam dirinya. Seandainya pria tersebut tidak bertindak kasar, ia pasti tidak akan melukainya.

"Apa yang kaupikirkan?" tanya Pangeran Zhang sambil menatap gadis itu. Tangannya terulur membelai pelan dan memainkan rambut depan sang istri yang tergerai. Tangan Shinhye segera bergerak menepis.

"Kau begitu takut dan cemas akan nasibmu, tapi nyatanya kau bahkan bisa terlelap," ujarnya lagi.

"A-ku ... aku tidak sengaja melakukannya. Sebaiknya kau menjauh dariku atau aku benar-benar akan melawanmu lagi," sahut Shinhye.

Pria tersebut justru meraih tangannya dan meraih dagu gadis itu. Mata mereka berdua bertemu dan saling menatap lekat.

"Lepaskan aku!" seru Shinhye sekali lagi.

"Sebaiknya kau segera menyadari statusmu sekarang. Kau adalah istriku. Aku berhak atas dirimu, juga atas tubuhmu yang indah ini," sahut pria itu dengan suara rendah nyaris berbisik.

"Kau benar-benar ...."

Kata-kata Shinhye terhenti saat pria tersebut membekap mulutnya dengan ciuman. Hatinya terus berbisik untuk melawan dan melukai pria yang menurutnya tidak tahu diri tersebut. Akan tetapi semua tenggelam saat lelaki tersebut mencumbu dan menciumi leher jenjangnya.

'Aku tidak pernah menyangka justru diriku yang hanyut dalam pesonanya. Semua seharusnya berada dalam kendaliku, tetapi setiap kali melihat dia, aku seperti kehilangan kontrol dan menginginkan dia sepenuhnya,' gumam pangeran Zhang dalam hati.

Suara ketukan di pintu seperti guyuran air dingin di kepala sang pangeran. Dia segera menjauhkan diri dan merapikan kembali pakaian gadis di hadapannya yang berantakan. Penutup dada Shinhye bahkan nyaris merosot terbuka. Pangeran Zhang segera mengarahkan tatapannya ke arah lain. Dia tidak ingin lagi tergoda oleh gadis itu.

"Sebaiknya aku pergi dari sini sekarang sebelum kau menggodaku lagi," ucapnya.

"Kau juga harus bersiap untuk memberi penghormatan pada ibu suri."

Ia kemudian bergegas keluar. Shinhye yang masih merasa kesal mendengar kata-kata pria itu tidak sempat membalas.

"Sebenarnya siapa yang menggoda siapa? Kau yang mendekatiku lebih dulu dengan begitu agresif," dumelnya pelan.

Tidak lama para dayang istana yang berada di luar bergegas masuk untuk mendandani gadis tersebut. Mereka diam-diam tersenyum melihat beberapa tanda merah di leher gadis itu.

"Apa yang kalian tertawakan?" tegur Shinhye yang masih kesal.

"Kelihatannya sang pangeran begitu jatuh hati kepada Anda. Semoga kalian cepat dikaruniai momongan," ucap salah seorang dayang yang telah berusia lanjut.

"Kalian sudah salah paham. Dia memang tergoda padaku, tapi aku tidak. Lagipula siapa yang ingin memiliki anak dengannya? Aku sama sekali tidak mengenalnya. Ayahku juga pasti akan segera membayar tebusan dan membebaskan aku," tutur Shinhye cepat.

"Tuan Putri, apa Anda masih belum menyadari bahwa Anda telah menikah dengan Pangeran Zhang dari kerajaan Ling?" tanya dayang tersebut sambil menyisir dan menata rambut Shinhye.

Shinhye tertawa sambil menggeleng.

"Itu tidak mungkin. Apa kalian juga terlibat dalam persekongkolan untuk berbohong padaku?"

"Kami tidak berani untuk berbohong, Tuan Putri. Anda adalah istri dari Pangeran Zhang dan menantu istana."

Shinhye menoleh cepat. Gerakannya itu membuat tatanan rambutnya yang anggun dengan cepol serta tusuk konde kupu-kupu nyaris berantakan.

"Tapi itu tidak mungkin. Aku bahkan tidak tahu aku telah menikah. Dan kamar ini, juga semuanya."

Shinhye menunjuk pakaian yang disiapkan pelayan dan telah dikenakannya.

"Semua ini terlalu sederhana. Mana mungkin seorang pangeran ...?"

"Anda tidak mengerti, Tuan Putri. Pangeran Zhang memang seorang pangeran tetapi dia tidak memiliki kedudukan apa pun di istana ini," tutur dayang tersebut lagi.

Shinhye hanya diam. Dia tidak lagi ingin menanggapi.

'Sudahlah, aku tidak akan bersimpati padanya. Aku juga masih belum percaya dengan kata-kata mereka. Jika Ayah tidak datang menjemputku, sebaiknya aku mencari cara sendiri untuk pergi dari sini dan pulang ke kerajaan,' ucapnya dalam hati.