webnovel

Princess in Love

Pernikahan paksa seorang putri dari kerajaan Chosun dengan seorang pangeran dari China

Frisca_6869 · Celebrities
Not enough ratings
7 Chs

Dua

Shinhye membuka mata dan tertegun bingung menatap sekeliling. Dia berada di dalam sebuah tandu yang jendelanya ditutup kain merah. Mahkota di kepalanya terasa sangat berat dan membuatnya semakin pusing. Matanya terasa berkunang-kunang dan pandangan semakin gelap. Satu hal yang diingatnya sebelum kehilangan kesadaran kembali adalah bahwa kini dirinya berada dalam tandu pengantin.

***

Jongki tidak percaya mendengar kabar bahwa Shinhye telah merelakan diri menjadi pengantin tawanan. Ia menemui raja dan mempertanyakan kebenaran hal tersebut.

"Aku juga tidak mengerti, tetapi dia meninggalkan surat yang menyatakan ketersediaannya. Padahal aku tahu persis dia begitu mencintaimu. Mungkin Shinhye sengaja melakukan itu. Ia mengorbankan diri untuk melakukan semua ini. Kau tahu 'kan hatinya benar-benar baik. Dia tidak akan bisa melihat orang menderita," ucap sang raja.

"Hamba tidak mau percaya sebelum mendengar sendiri kata-kata darinya. Dia setidaknya harus memberi penjelasan kepada saya."

Sang raja hanya diam mendengar ucapan tersebut. Beliau perlahan mengelus janggutnya sambil menggeleng serta menghela napas panjang.

"Semua sudah terlambat. Ia kini telah berada di kerajaan Ling dan ritual pernikahan juga pasti telah selesai," ucapnya pelan. Jongki termangu sejenak. Pria muda berparas tampan dan bertubuh tegap tersebut segera bangkit berdiri dan bergegas.

"Hamba akan menyusul ke sana dan mencari tahu yang terjadi."

Ia kemudian bergegas keluar.

***

Shinhye membuka mata perlahan saat merasakan ada air menyiram wajahnya. Ia sempat panik dan gelagapan. Netranya membeliak lebar saat menyadari dirinya berada di tempat tidur dan seorang pria muda tengah menunduk persis di depan wajahnya sambil menatap lekat.

"Siapa kau? Apa yang kaulakukan di sini?" jeritnya sambil mendorong tubuh pria itu. Shinhye kembali berteriak saat yang dia pegang adalah dada pria yang tidak dikenalnya. Pakaian lelaki itu memang telah dibuka di bagian depan dan kini tengah bertelanjang dada di hadapannya.

Lelaki berparas rupawan di hadapannya tersebut justru meraih dan menggenggam erat tangannya. Shinhye segera berusaha menarik tangannya.

"Lepaskan. Lepaskan aku. Beraninya kau bertindak kurang ajar padaku!" teriaknya lagi.

Pria tersebut tersenyum kecil. Tindakan tersebut membuatnya terlihat makin mempesona. Lekukan di bibirnya dan mata yang menyipit membuat ia justru semakin menawan. Meski begitu, Shinhye tidak terpesona. Dia justru terus berusaha memberontak untuk melepaskan diri. Akhirnya karena terdesak putus asa, dia menggigit tangan yang mencekalnya kuat-kuat.

Lelaki tersebut mengaduh kesakitan. Shinhye merasakan cekalan pria tersebut melonggar. Dia segera melepaskan diri dan berlari menuju pintu. Akan tetapi pintu tersebut ternyata terkunci. Percuma ia memohon sambil menangis, pintu berdinding kayu itu tetap tertutup rapat.

Shinhye kembali menjerit saat sebuah lengan kokoh kembali melingkari pinggangnya. Diapun meronta sekuat tenaga sambil berteriak agar pria yang berada di belakangnya tersebut melepaskannya.

"Kumohon. Kumohon padamu. Biarkan aku pergu," pintanya sambil berderai air mata.

"Pergi?" bisik pria tersebut di telinganya.

"Kau mau pergi ke mana? Kau tidak akan kemana-mana tanpa ijinku, karena kau adalah istriku."

Shinhye terperanjat. Ia kini diam membeku. Pria yang mengaku suaminya tersebut segera membopong dia kembali ke tempat tidur.

'Tidak. Tidak. Ini pasti salah!' jerit Shinhye dalam hati. Ia kembali meronta dalam dekapan lelaki tersebut. Bahkan mencakar pipi pria itu hingga berdarah.

Ekspresi wajah lelaki itu berubah marah. Mata elangnya tajam menatap Shinhye.

"Menyerahkan diri sendiri ke sini, tapi malah bersikap angkuh dan jual mahal!" desisnya. Ia kemudian menarik baju luar gadis itu dan kembali merengkuhnya.

Sekuat tenaga Shinhye berusaha mendorong pria itu menjauh. Akan tetapi, lelaki bertubuh bidang tersebut justru mencengkeram pipinya. Air mata Shinhye kembali merebak keluar. Namun orang di hadapannya itu tidak peduli. Ia justru merenggut dan melumat bibir Shinhye dengan kasar. Shinhye terus berusaha meronta dan melepaskan diri. Air matanya bahkan mengalir makin deras.

Setelah beberapa saat pria tersebut mengakhiri ciuman panas mereka dan mendorong gadis itu menjauh. Shinhye terisak pelan. Bibirnya tampak lebam dan berdarah akibat ciuman tersebut.

"Kau harus patuh padaku. Ingat dirimu kini adalah pengantin tawanan. Jadi nasibmu berada di tanganku," ujarnya sambil bergegas keluar. Meninggalkan Shinhye menangis meratapi nasib seorang diri.

***

"Pangeran Zhang, kenapa Anda pergi dari kamar pengantin? Itu tidak akan baik untuk kalian," tegur seorang pria paruh baya seraya mengusap janggutnya.

Pria muda yang tadi bersama Shinhye di dalam kamar tersebut hanya diam. Ia berulangkali menghela napas panjang sambil menatap langit yang tampak gulita.

'Sama seperti hidupku. Benar-benar tanpa cahaya dan kini justru terjebak dalam pernikahan yang tidak kuinginkan,' gumamnya dalam hati.

"Pernikahan ini adalah malapetaka bagiku, Paman Chang," ucapnya sambil mengusap pipinya yang masih mengeluarkan darah.

"Seharusnya sejak awal aku tidak melakukannya."

Lelaki berambut kelabu tersebut melangkah menghampiri sambil tersenyum kecil.

"Kau tidak ingin menikah dengannya? Tapi apa yang sudah terjadi? Kenapa wajahmu bisa terluka seperti itu?"

Mendengar nada suara yang meledek dirinya, Pangeran Zhang mendengus kesal.

"Aku hanya berpikir dia sama seperti gadis yang tinggal di rumah bordil. Menjual diri menjadi pengantin tawanan. Siapa sangka dia justru melawan diriku?"

Teman bicaranya terbahak keras. Pangeran Zhang merasa semakin kesal. Rasa jengkel yang menumpuk seolah bergejolak hingga ke ubun-ubun. Ia kemudian kembali teringat kejadian di kamar tadi. Mata hitam besar yang menatap bingung dan ketakutan seolah membuat dirinya tidak berdaya. Air mata yang mengalir di wajah gadis yang kini menjadi istrinya membuat dia merasa tidak tega untuk berbuat kasar dan kejam.

'Meski begitu, sekarang dia istriku. Dia harus belajar untuk bertahan hidup di sini,' gumamnya dalam hati sambil kembali menatap mega.

***

Di dalam kamar yang berhias dengan nuansa merah, Shinhye hanya duduk diam di atas tempat tidur sambil memeluk lutut. Netranya sekali lagi menatap sekeliling dengan tidak percaya. Ia ingin meyakinkan diri bahwa semua hanya mimpi buruk yang akan segera berlalu, tetapi pita, tirai, dan tulisan berwarna merah di dinding membuatnya justru percaya bahwa semua memang nyata terjadi. Tangannya terulur membelai pelan tempat tidur yang juga berwarna merah.

'Ini benar-benar nyata. Bagaimana mungkin? Aku tidak percaya semua ini. Seseorang pasti telah menculikku,' ucapnya dalam hati.

Ia memeriksa sekeliling sekali lagi dan mengangguk.

'Benar. Kamar ini terlalu kumuh dan sempit untuk kamar seorang pangeran dari kerajaan Ling. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Ayah dan Jongki pasti akan menyelamatkanku. Aku akan bertahan dan menunggu mereka. Tidak akan kubiarkan pria mesum itu mendekatiku!'

Pikirannya kembali sibuk menduga-duga bagaimana bisa hal ini terjadi. Ia hanya ingat dirinya berkunjung ke tempat sang kakak untuk memenuhi undangan beliau.

'Setelah itu apa yang terjadi, aku sama sekali tidak ingat.'