webnovel

07. Perbincangan orang yang baru kenal

"Maaf ya dia memang suka aneh orangnya." ucap Robby pada Alvaro, takut Alvaro terganggu dan merasa aneh karena tiba-tiba di klaim sebagai teman oleh Aily.

"Tidak apa-apa, kita memang berteman." jawab Alvaro dengan senyum kikuk nya, ia bingung harus merespon seperti apa.

"Jadi kau ini berteman juga dengan Aily?" tanya Alvaro balik, meskipun ia sendiri sudah mengira pasti jawaban nya iya karena mereka terlihat sangat akrab bahkan mungkin bisa jadi teman dekat.

"Bukan, aku ini sudah seperti kakaknya. Jadi apa aku ini sebenarnya ay?" tanya Robby pada Aily, ia jadi bingung jika di tanya secara langsung mengenai hubungan nya dengan Aily. Mereka berdua juga tidak pernah membahas dan memperjelas apakah mereka ini sebenarnya berteman atau tidak.

Robby saja sampai iri saat mendengar Aily menyebutkan teman baru saat di ponsel tadi. "Kau apa ya? tidak tau." jawab Aily seadanya, ia sedang malas berpikir. Yang penting sekarang ia menghabiskan dulu makanan nya yang masih tetap lezat meskipun mendapat dua porsi setelah merampas makanan milik Alvaro tadi.

"Jadi dia teman mu dan aku bukan?" tanya Robby yang semakin tidak terima karena hubungan mereka lebih tidak jelas dibandingkan status Aily dengan orang baru bernama Alvaro ini.

"Iya kau juga temanku. Kenapa ribut sekali sih, memangnya sepenting itu ya hubungan pertemanan bagimu?" tanya Aily yang terganggu karena terus di tanyai mengenai kejelasan hubungan mereka.

Tidak-tidak, Aily tidak sepolos dan sebodo amat itu tentang semua hal. Tentu saja ia hanya menjahili Robby, padahal Robby sudah sering membantunya dan selalu ada untuk nya tidak mungkin ia tidak menganggap pertemanan mereka itu penting.

"Kau benar-benar ya Ay." disinilah klimaks nya, kalau Robby sudah mulai naik nada bicaranya itu tandanya usaha Aily untuk membuat temannya itu kesal berhasil. Puas sekali rasanya kalau sudah membuat Robby marah-marah seperti itu.

"Iya-iya.. aku kan hanya bercanda. Varo dia temanku juga." ujar Aily meralat ucapannya yang tadi hanya ia niatkan sebagai candaan.

"Puaskan?"

Robby ahirnya melebarkan senyum nya setelah Aily menjelaskan dengan benar siapa dirinya. Alvaro jadi semakin tertarik untuk dekat dengan Aily terlepas ia mungkin akan sering bertemu juga dengan Robby.

Karena Alvaro masih baru di kampus ini, jadi ia masih belum memiliki banyak teman disini. Mungkin inilah saatnya ia membuka diri pada orang lain agar memiliki beberapa teman kedepannya.

"Jadi ada apa kau berlarian mencariku kesini? lihat penampilan mu jadi seperti gembel di pertigaan pasar begini." ucap Aily yang membantu membenarkan letak kemeja yang di pakai Robby agar terlihat lebih pantas dipandang mata, Aily sampai risih sendiri melihatnya.

Alvaro memperhatikan interaksi yang terjadi diantara mereka. Perhatian-perhatian kecil yang Aily berikan pada Robby menarik perhatian nya, ia jadi ingin suatu saat berada di posisi Robby dan merasakan seperti apa rasanya di perhatikan seperti itu.

"Tidak ada, aku tadinya ingin mengajakmu menonton pertandingan basket. Tapi sepertinya sekarang sudah terlambat jadi yasudah cancel saja." jawab Robby yang mengipas-ngipasi wajahnya dengan telapak tangannya sendiri karena masih merasakan sensasi gerah akibat berlarian tadi.

Ternyata tidak ada gunanya ia lari-lari tadi, pada akhirnya mereka juga tidak jadi menonton pertandingan basket. Memang Robby ini suka membuang-buang tenaganya untuk hal yang tidak pasti. "Kau suka bermain basket?" tanya Alvaro setelah bungkam selama beberapa menit dan hanya memperhatikan Aily dan juga Robby bicara berdua.

"Tentu saja, aku ketua basketnya." jawab Robby dengan penuh kebanggaan yang tergambar jelas di manik matanya. Alvaro ingin mengonfirmasi jawaban itu pada Aily, jika saja Robby berbohong.

Dan ternyata Aily mengangguk membenarkan, "Benarkah? baguslah, suatu saat kita bisa bermain bersama." ujar Alvaro lagi yang secara tidak langsung menjelaskan bahwa dirinya juga suka bermain basket.

Disana sudah bisa di pastikan hanya Aily yang tidak suka berolahraga, hanya ia yang tidak memiliki kehidupan produktif. Katanya ia terlalu malas menghabiskan waktu untuk berlelah-lelah diri, karena selain terlalu malas menggerakkan badannya ia juga tidak suka jika tubuhnya jadi berkeringat dan nafasnya jadi berat akibat kelelahan setelah berolahraga.

"Stop, jangan melihat ku dengan tatapan seperti itu. Aku tau kau akan mengajak ku juga." ucap Aily yang menangkap maksud dari tatapan yang di berikan oleh Alvaro padanya, padahal baru saja Alvaro membuka mulut dan belum sempat mengucapkan sepatah kata meskipun benar ia memiliki niatan untuk mengajak Aily bergabung dengan mereka untuk bermain basket.

"Bagus sekali ya tingkat kepekaan mu. Aku saja belum mengucapkan satu kata pun untuk mengajakmu bermain basket juga."

"Kata siapa? dia adalah gadis paling lemot dan paling tidak peka yang pernah ada. Jangan salah menilai, kau akan menyesal kalau sudah benar-benar mengenalnya nanti." potong Robby, ia seperti tidak terima jika ada seseorang yang memuji sedikit kelebihan Aily.

Tapi itu benar, Aily memang merupakan gadis yang sangat tidak peka terhadap beberapa hal. Untungnya ia kadang masih bisa mengontrol ketidak pekaan yang melekat pada tubuhnya karena bawaan lemotnya juga mungkin.

Meskipun kadang tidak peka, tapi Aily ini gadis yang baik. Hatinya sangat lembut terhadap orang-orang yang tidak begitu ia kenal dengan baik. Jadi kalau dengan Salsa dan Robby, bisa di bayangkan se menjengkelkan apa Aily.

Setelah mendengar ucapan Robby tadi, terlintas sebuah kalimat di pikiran Alvaro. Berarti ia di izinkan untuk lebih dekat dan lebih mengenal lagi pribadi Aily ini, Aily sendiri juga tidak memberi komentar apa-apa mengenai ucapan Robby barusan. Baguslah, ini tandanya ia di berikan lampu hijau untuk masuk ke dalam dunia Aily lebih dalam.

"Tapi kenapa kau tidak bersama Sasa Ay?" tanya Robby yang ahirnya menyadari salah satu dari temannya tidak ada di sana. Biasanya mereka lumayan sering berkumpul bertiga meskipun Robby lebih dekat dengan Aily di bandingkan dengan Sasa.

"Tidak tau, tadi Sasa meninggalkanku sejak di kelas. Padahal aku sudah berteriak padanya untuk menungguku tapi dia tidak mendengarkan ku." balas Aily yang jadi teringat lagi alur dimana ia bisa berahir pergi ke kantin sendirian lalu tiba-tiba saja ditemani oleh Alvaro.

Benar juga, Alvaro ini memangnya benar-benar tidak lapar? padahal tadi Aily saja sudah tidak tahan merasakan cacing-cacing yang ada di perutnya bergelut ria minta makanan padanya. Ia jadi khawatir meskipun Alvaro sendiri bilang ia tidak lapar.

"Varo, kau mau pergi ke supermarket dekat kampus? aku akan membelikanmu kudapan." ajak Aily dengan seloroh, membuat Alvaro dan Robby sama-sama heran kenapa tiba-tiba saja Aily mengajak Alvaro membeli kudapan? ralat, kenapa tiba-tiba Aily ingin mentraktir Alvaro kudapan?

"Kau memang jahat sekali Ay, kau hanya menawari dia saja sedangkan aku yang doyan makan ini kau acuhkan saja!!"