webnovel

episode 4

Bandung

Di pesantren al-hikmah

Di halaman depan pesantren al-hikmah..

"Akhirnya sudah sampai di pesantren", kata Renal.

"Yuk mbah..", kata Titah.

"Eemm sudah sampai ya nduk ?", tanya mbah Sakiman.

"Iya mbah, sudah sampai, hayuk turun", jawab Titah.

"Yuk..", seru mbah Sakiman.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh", Kamil memberikan salam pada semua santri di pesantren al-hikmah dan pak kyai Abdullah mewakili keluarga nya.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", semua santri di pesantren al-hikmah dan pak kyai Abdullah menjawab salam dari Kamil.

"Alhamdulillah kalian sudah sampai, oh ya Junior mana ?", tanya pak kyai Abdullah.

"Ada di mobil, tunggu ya pak kyai Abdullah, saya bangunkan dulu, tadi tidur soalnya", jawab Titah.

"Iya neng, oh ya jangan panggil pak kyai lagi dong, panggilnya abah saja, seperti Kamil, karena kamu cucu saya juga sekarang", kata pak kyai Abdullah.

"Heueuh pak kyai, maksad abdi, abah"

(Iya pak kyai, maksud saya, abah), sambung Titah.

Di mobil Kamil..

"Junior.., Junior, hayuk bangun sayang, bangun sudah sampai di pesantren al-hikmah", kata Titah.

"Emm, apaan sih masih ngantuk juga, lima menit lagi", sambung Kamil Junior.

"Sayang bagaimana ?", tanya Kamil.

"Sudah di bangunkan, tapi susah di bangunkan", jawab Titah.

"Ya sudah biar mas Kamil saja yang bangunkan Junior, kamu tunggu di sana saja ya, di aula pesantren al-hikmah", kata Kamil.

"Ya sudah, kalau memang begitu, saya nurut saja", sambung Titah.

Di halaman pesantren al-hikmah lagi..

"Mana cicit abah, tah ?", tanya pak kyai Abdullah.

"Sedang di bangunkan sama ayah nya, abah", jawab Titah.

"Oh ya sudah kalau begitu ikut abah ke aula pesantren al-hikmah yuk, abah mau memperkenalkan kamu dan keluarga pada semua santri", kata pak kyai Abdullah.

"Muhun abah

(Iya abah), sambung Titah.

Di aula pesantren al-hikmah..

"Suami dan anak mu, Junior lama sekali ya nak", kata pak kyai Abdullah yang menunggu kedatangan Kamil dan Kamil Junior.

"Sabar bah, mungkin mas Kamil dan Kamil Junior sebentar lagi ke aula pesantren al-hikmah abah..", sambung Titah.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh", Kamil memberikan salam pada semua yang ada di aula pesantren al-hikmah.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", semua yang ada di aula pesantren al-hikmah menjawab salam dari Kamil.

"Nah itu mas Kamil dan Kamil Junior nya abah..", kata Titah memberitahu pak kyai Abdullah.

"Oh iya, baik semuanya, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh", pak kyai Abdullah memberikan salam pada semua yang ada di aula pesantren al-hikmah.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", semua yang ada di aula pesantren al-hikmah menjawab salam dari pak kyai Abdullah.

"Saya, pak kyai Abdullah ingin memperkenalkan cucu saya dan keluarganya yang tinggal di jakarta kepada para santri di pesantren al-hikmah ini, yang di sebelah kiri saya adalah Kamil, cucu saya, dan yang sebelah kanan saya adalah istrinya bernama Titah, nah yang ada di sebelah Kamil adalah putra pertamanya yang bernama Kamil Junior, dan yang di sebelah istrinya adalah putra keduanya yang bernama Renal, dan yang di sebelahnya lagi adalah putrinya bernama Citra, mereka adalah cicit saya yang akan tinggal di sini juga bersama kita, nah Junior, Citra, dan Renal, ini adalah keluarga kalian juga, semoga kalian betah tinggal di sini dan semoga kalian bisa mengikuti pelajaran di pesantren al-hikmah ini", kata pak kyai Abdullah yang memperkenalkan Kamil dan keluarga pada semua santri yang ada di pesantren al-hikmah.

"Iya abah..", seru Citra dan Renal.

"Yes grandpa"

(Ya kakek), sambung Kamil Junior.

"Baiklah, kalau begitu sudah cukup pertemuan hari ini, saya ucapkan terimakasih untuk semua santri yang sudah datang ke aula pesantren al-hikmah untuk berkenalan pada cucu saya dan keluarganya, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh", pak kyai Abdullah memberikan salam pada semua yang ada di aula pesantren al-hikmah.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", semua yang ada di aula pesantren al-hikmah menjawab salam dari pak kyai Abdullah.

Di rumah Kamil

Di halaman depan rumah Kamil..

"Nah ini rumah kamu, sebelah kanan itu rumah santri senior kita yaitu mas Frensky dan mbak Aisyah, mil", kata Rivan memberitahu Kamil.

"Terus rumah mu yang mana van ?", tanya Kamil.

"Sebelah kiri rumahmu, mil", jawab Rivanm

"Oh oke", seru Kamil.

"Oh iya van, anak kamu sekarang berapa ?", tanya Kamil lagi.

"Dua, tunggu sebentar mil, Faiz, Nadira sini leh, nduk..", jawab Rivan lagi yang memanggil kedua anaknya.

"Iya pah..", seru Nadira.

"Assalamu'alaikum", Faiz dan Nadira memberikan salam pada Kamil dan Rivan.

"Wa'alaikumussalam", Kamil dan Rivan menjawab salam dari Faiz dan Nadira.

"Ini anak saya, mil, anak perempuan saya bernama Nadira dan anak laki-laki saya bernama Faiz", kata Rivan yang memperkenalkan anak-anaknya pada Kamil.

"Oh ya, sudah besar-besar ya, anak pertama laki-laki atau perempuan van ?", tanya Kamil lagi.

"Anak pertama saya perempuan", jawab Rivan lagi.

"Oh ya ya, mas Frensky mana kok saya tidak melihatnya di aula tadi ?", tanya Kamil lagi.

"Pulang kampung mil, ke kampung mbak Aisyah", jawab Rivan lagi.

"Oh gitu, ya sudah yuk masuk ke rumahku dan lihat sedang apa istri kita di dalam", kata Kamil yang mengajak Kamil masuk ke rumahnya.

Di kamar Titah dan Kamil..

"Alhamdulillah sudah selesai beresin kamar anak-anak", kata Paijo.

Di ruang tamu..

"Maaf ya mbak, tadi saya tinggal sebentar", kata Titah.

"Iya tidak apa", sambung istri Rivan.

"Ini di minum dulu", kata Titah lagi.

"Iya..", seru istri Rivan.

"Assalamu'alaikum", Kamil dan Rivan memberikan salam pada Titah dan istri Rivan.

"Wa'alaikumussalam", istri Rivan dan Titah menjawab salam dari Kamil dan Rivan.

"Ini mas Kamil, teh nya", kata Titah yang memberikan teh pada suaminya.

"Muhun haturnuhun pamajikan abdi"

(Iya terimakasih istriku), sambung Kamil.

"Oh ya tah, tadi mas Rivan dan Kamil sudah diskusi, bagaimana kamu ajarkan santriwati menjahit, menyulam, dan membatik, seperti dulu di pesantren darussalam, setuju gak ?", tanya Rivan.

"Maksudnya kaya dulu lagi gitu ?", tanya Titah juga.

"Iya, bagaimana ?", tanya Rivan lagi.

"Emm boleh mas, kebetulan juga Titah tidak ada kegiatan di pesantren Darussalam, tapi apa ada yang minat membatik, menyulam, dan menjahit seperti dulu mas, dulu dan sekarang berbeda mas ?", tanya Titah lagi.

"Itu mah gampang biar mas Rivan dan Kamil yang mengurus semuanya, bagaimana ?", tanya Rivan lagi.

"Ya kalau memang ada yang berminat untuk membatik, menyulam, dan menjahit, boleh mas", jawab Titah.

"Nah gitu dong, oh ya istriku nanti kamu temani Titah ya ke pasar untuk membeli semua peralatannya, sekalian ajak Nadira", kata Rivan.

"Iya suamiku", sambung istri Rivan.

"Antos abdi oge ajak Silvy nya kenging henteu salaki kuring ?"

(Nanti aku juga ajak Silvy ya boleh tidak suamiku ?), tanya Titah lagi.

"Kenging pamajikan kuring deudeuh, sakantenan meser jajanan pasar nya"

(Boleh istriku sayang, sekalian beli jajanan pasar ya), jawab Kamil.

"Oke..", seru Titah.

"Emm wau mbah Sakiman midhanget kalian kresa dhateng peken nuwun ?"

(Emm tadi mbah Sakiman dengar kalian mau ke pasar ya ?), tanya mbah Sakiman.

"Nuwun mbah, punapa, wonten ingkang kresa teng beli, mangke Titah belikan ?"

(Iya mbah, kenapa, ada yang mau di beli, nanti Titah belikan ?), tanya Titah lagi.

"Emm nuwun sih, tapi mbah tumut nuwun kersanipun mbah Sakiman saged pilih"

(Emm iya sih, tapi mbah ikut ya biar mbah Sakiman bisa pilih), jawab mbah Sakiman.

"Nuwun mbah, pareng"

(Iya mbah, boleh), kata Titah.

"Oh ya istriku, kamu ajak Renal juga ya biar bisa temani mbah Sakiman", sambung Kamil.

"Emm bagaimana kalau kita ikut juga sekalian mil, saya sudah lama juga tidak ke pasar", Rivan memberikan saran.

"Ide bagus, sekalian kita cari jajanan pasar dan es dawet sekalian saja van", kata Kamil yang setuju saran dari Rivan.

"Oke..", seru Rivan yang setuju dengan ide Kamil.

"Ya sudah kalau begitu mbah siap-siap dulu deh", kata mbah Sakiman.

"Ya mbah..", seru semua yang ada di ruang tamu.