webnovel

Pluviophile Seorang yang sangat menyukai hujan.

Pluviophile. Seseorang yang menyukai hujan, tapi kenapa ketika aku mulai menyukai hujan, kamu pergi?

Rifkah_Azisah · Urban
Not enough ratings
8 Chs

Pluviophile 1 | Hujan yang merepotkan

Pukul 02.00 pagi.

Faris melangkah menyusuri lorong rumah sakit, diluar terdengar suara hujan yang sangat deras sehingga disepanjang jalan menuju laboratorium ia terus menggerutu.

Ia membenci hujan, tidak ada alasan khusus, menurutnya hujan itu membuat orang-orang repot dan tidak nyaman. Seperti dirinya, beberapa menit lalu ia terlelap di ruang istrahat dengan nyaman namun karena kegaduhan temannya -Andra- yang mengatakan laboratorium rumah sakit kemasukan air sehingga beberapa barang harus di angkut, membuatnya terpaksa bangun. Bukankah, hujan merepotkan? Ya!

"Itu tolong angkat! Mejanya dorong ke samping pintu saja" Faris yang baru saja sampai melihat Andra dan beberapa staff rumah sakit yang kebetulan juga berjaga malam sudah sibuk mengangkat barang-barang yang ada di lantai dan memindahkannya di tempat yang lebih tinggi.

"Ini kok bisa kemasukan air?" Tanya Faris

"Jendelanya kebuka jadi air pada masuk, tapi untungnya yang kena cuman di meja di dekat jendela" jawab Andra

"Untung?! Lemari di dekat jendela tuh ada berkas-berkas rumah sakit, catatan pasien, belum lagi alat-alat lab" gerutu Anita -salah satu Dokter juga-

"Lemari juga ikutan basah?" Tanya Faris

"Iya. Kan lemari tua itu yang nutupin sebagian jendelanya, makanya basah, ada beberapa file yang ikutan basah sisanya alhamdulillah masih bisa diselamatkan" jelas Anita

"Oh. Yaudah, kita beresin semua ini dulu"

Kemudian mereka melanjutkan membereskan kekacauan di laboratorium itu.

Setelah 30 menit, mereka akhirnya selesai membereskan laboratorium, mereka semua kembali ke tempat istrahat dan ada juga yang melanjutkan patroli malam, salah satunya Faris.

Iyalah, siapa yang bisa kembali tidur setelah kekacauan tadi? Lagipula diluar masih hujan, suara hujan juga terlalu bising.

"Yakin lo mau patroli?" Tanya Andra sembari berjalan di samping Faris.

"Hmm. Ga bisa tidur gue kalau udah kebangun"

"Padahal lo baru tidur dua jam" gumam Andra "yaudah, hati-hati ketemu makhluk halus" ujar Andra mencoba menakuti Faris.

"tiap hari ketemu lo, udah biasa gue"

"Sialan. Gue doa-in lo ketemu beneran sama hantu rumah sakit ini"

"Ga takut gue" sahut Faris masih tenang.

"Cih. Ntar kalau ketemu beneran, lo teriak lagi"

"Dah. Sana lo!" Usir Faris, ia mendorong Andra berbalik kemudian ia sendiri berjalan lurus sembari memperhatikan sekitar.

Faris berhenti sebentar dan mengintip dari pintu kamar pasien, ia melihat apakah ada pasien yang masih terjaga dan membutuhkan sesuatu atau tidak. Setelah memastikan pasien di kamar tersebut terlelap dengan nyaman, ia kembali melanjutkan langkahnya.

Saat Faris berbelok di koridor, ia terkejut ketika melihat kepala yang tiba-tiba muncul dari salah satu kamar, hampir saja Faris teriak tapi kemudian ia menghembuskan nafas lega sembari memegang tembok rumah sakit, ia terlalu terkejut sampai rasanya kakinya berubah seperti jelly. Faris kembali melihat orang itu, dari pakaiannya ia bisa tau kalau orang itu adalah pasien rumah sakit ini. Tapi kenapa ia mengendap-endap seperti pencuri?

Faris tidak menegurnya, ia berjalan mengikuti pasien itu, ia ingin tau kemana perginya pasien nakal itu. Pasien itu berjalan menuju tangga darurat, Faris terus mengikutinya.

"Kemana ia mau pergi? Kenapa tidak menggunakan lift? Merepotkan saja" gerutu Faris yang masih menaiki undakan tangga menuju lantai atas, entah kemana pasien itu mau pergi.

Hingga kemudian sampailah di lantai teratas, Pasien itu menoleh dan menatap ke tangga bawah membuat Faris bersembunyi sehingga ia tidak terlihat. Pasien itu membuka pintu roaftop rumah sakit.

Setelah terdengar bunyi pintu tertutup, Faris keluar dari persembunyiannya dan mengikuti pasien itu lagi. Ia membuka pintu roaftop dengan pelan, kemudian ia melangkah memasuki roaftop sebanyak 4 langkah. Iya 4 langkah, karena jika terus melangkah lagi maka Faris akan kebasahan karena hujan. Tidak ada atap di roaftop ini, selain di tempatnya berdiri, namun ia dapat melihat pasien itu, disana sedang bermain hujan.

"Dia gila? Kenapa di rawat disini, bukannya di rumah sakit jiwa?"

Pasien itu terus bermain hujan dengan bahagia, ia tersenyum begitu bahagia tanpa menyadari kehadiran Faris. Faris merasa tidak nyaman di sini, ia akan keluar namun mengingat tanggung jawabnya sebagai dokter untuk merawat pasiennya ia kembali menoleh ke arah pasien itu.

"Hei!" Panggilnya. Namun, suaranya teredam suara hujan yang turun begitu deras.

"HEI! KAMU!" Teriaknya hingga membuat pasien itu menoleh dan terkejut. "SINI!" Faris menggerakkan tangannya menyuruh pasien itu mendekat kearahnya. Pasien itu menurut dan berjalan sedikit kikuk menuju Faris.

Sesampainya di tempat Faris, pasien itu masih tetap berdiri di bawah hujan. Sehingga Faris harus mendekat sedikit dan menariknya kemudian mundur melindungi diri dari hujan.

"Kamu kenapa main hujan di tengah malam? Kamu pasien kan disini? Artinya kamu sakit, kalau kamu main hujan di jam segini, kamu akan tambah sakit"

"Saya udah sembuh kok dok"

"Kalau udah kenapa kamu masih di rumah sakit? Itu artinya kamu belum sembuh, jangan bohong. Ayo kita kembali, saya antar kamu kembali ke kamar kamu" pasien itu menghela nafas pasrah, ia melirik hujan dengan sedih, bibirnya sedikit maju tanda ia merajuk, namun Faris tidak peduli. Ia sudah kedinginan di roaftop itu.

Faris melangkah begitu pasien itu mengangkatkan kaki dari sana.

Faris berdegik begitu keluar dari roaftop, ia merasa dingin padahal ia menggunakan kemeja juga jas dokternya namun tetap saja ia merasakan hawa dingin. Faris melirik pasien yang basah kuyup di depannya itu, pasien itu menundukkan kepala dengan tangan yang saling bertaut layaknya seorang anak kecil yang sedih karena dipaksa pulang oleh ibunya padahal dirinya sedang bermain.

"Lain kali, kamu tidak boleh keluar bermain hujan seperti tadi, apa lagi kamu masih sakit. Oh yah, Kamu sakit apa?" Tanya Faris

"Demam biasa, Dok. Tapi sudah baikan kok, kata dokternya saya sudah bisa pulang esok"

"Hmm. Tetap saja, kamu jangan seperti tadi. Kamu mau dirawat lagi?" Pasien itu menggeleng, dan semakin menunduk. Faris menipiskan bibir, merasa sedikit bersalah sudah mengomelin pasien itu.

"Apa kamu kedinginan?"

Pasien itu menoleh dan menatap Faris sebentar kemudian kembali menunduk "tidak. Saya baik-baik saja"

"Yasudah" Faris akhirnya diam, ia mengantarkan pasien itu kembali ke kamarnya tanpa berbicara apapun lagi.

"Kamu ganti pakaian, lalu tidur. Kamu jangan pergi keluar lagi. Okay?" pasien itu mengangguk kemudian melangkah memasuki kamarnya dengan pelan agar tidak membangunkan pasien lainnya.

Setelah memastikan pasien itu sudah berganti pakaian dengan pakaian yang kering, Faris meninggalkan kamar pasien tersebut dan melangkah menuju ruangannya. Ia membutuhkan jaket atau pakaian tebal lainnya. Lagi dan lagi, ini disebabkan hujan.