webnovel

Masa Kecil Trio

"Dad...Daddy..." Ara terus merengek pada Kenan tapi ayahnya itu hanya duduk santai sambil melihat acara televisi sementara Jesica dengan penuh kasih sayang membelai rambut Jay yang ada di pahanya.

"Kak...Daddy bilang engga, engga sampe umur kamu 17 baru boleh."

"Aku malu dong dad sama temen dianter jemput, temen-temen aku aja boleh bawa mobil."

"Berarti orang tuanya ngaco. Daddy tahu kamu bisa nyetir tapi ga jadi alasan buat bawa mobil."

"Aku ga akan ngebut-ngebut atau bahayain orang lain kok."

"Bukan masalah ngebutnya kak. Kira-kira kalo menurut aturan kakak udah boleh bawa ga?kalo ada apa-apa gimana?yang bakal ditanyain juga akhirnya orang tuanya."

"Aku juga pingin dad bawa motor ke sekolah."

"Engga Kay, apalagi kamu."

"Daddy kuno." Ledek Kay.

"Iya kamu gaul tapi salah."

"Daddy udah ga sayang sama aku?"

"Sini duduk." Kenan membuat Ara duduk disampingnya. Ara terus merajuk ingin dituruti.

"Sayang...kalo udah 17 tahun, udah punya SIM. Daddy janji, Daddy kasih ijin atau kalau perlu Daddy kasih mobil baru. Sekarang misalnya Daddy ijinin kakak bawa, Emang kakak mau kemana?paling nyetir rumah terus ke sekolah."

"Ke rumah temen."

"Iya bisa tapi sejauh apa sih?. Udah aja lingkarannya itu, ga seru banget tapi kalau nanti nih... kakak mau nyetir ke mana aja boleh. Ga perlu takut ditilang."

"Ya...tapikan bentar lagi aku 17 tahun dad.."

"Justru karena bentar lagi makannya Daddy tenang. Enak dong bentar lagi dapet SIM? Kakak tinggal sabar nunggu. Udah...ga usah malu. Orang yang jemputnya supir Daddy bukan penjahat atau siapa. Yang ledekin kamu ajakin naik anterin pulang. Pingin kali dianterin juga." Kenan menarik pelan kepala anaknya. Mengusap rambut panjangnya lembut. Membiarkan anaknya kini bermanja-manja bersamanya.

"Janji ya beeliin aku mobil baru."

"Iya nanti beliin, tunjukkin aja SIM nya."

"Dad..aku mau dong dad.."

"Kay motor aja Daddy ga ijinin apalagi mobil."

"Aku kan laki-laki dad."

"Terus kenapa kalo laki-laki?"

"Ya... supaya keren gitu dad.."

"Keren darimana?nilai jelek ga ada keren-kerennya."

"Ah...itu sih gurunya yang ngaco aku udah jawab juga soalnya."

"Iya kamu jawab tapi pada salah. Kamu yang ngaco." Ara mulai ribut dengan adiknya.

"Mom..ayo dong mom...dukung aku."

"Dukung apa?orang emang bener kok kata Daddy jangan mau kendaraan dulu Kay nanti aja ya."

"Matic juga ga papa deh dad.."

"Mau matic kek, mau gigi, apa kek engga. Bawa aja tuh sepeda."

"Ahaha...masih lama nih. Kakak dong bentar lagi dapet SIM." Ara memanasi sambil tertawa puas.

"Kay mending di antar jemput atau pingin naik umum?pilih aja salah satunya."

"Ih..Daddy tega. Masa dandanan aku udah keren naik angkot."

"Keren-keren..coba sini kakak liat?" Ara mulai memperhatikan adiknya.

"Ah..ini sih cocoknya jadi kernet angkotnya."

"Enak aja kakak kalo ngomong, ini muka, muka Daddy loh. Kakak ledekin Daddy." Balas Kay membuat Jesica tertawa kecil. Ada-ada saja anaknya jika sudah salah meledek.

"Udah..ga usah ribut, perkara kendaraan aja. Pokoknya nanti kalau anak-anak Daddy udah gede udah punya SIM jangan takut. Daddy kasih jatah satu-satu."

"Dad...kakak punya pacar dad, semalem aku denger dia telepon-teleponan pake sayang-sayang.." Kay mengadu.

"Apa sih?nguping aja, orang temen."

"Kakak punya pacar?"

"Bukan mom temen.."

"Bohong mom, aku denger terakhir bilang I Love you.."

"Ish...ngaco nih." Ara melempar bantal kursi namun Kay segera menangkapnya.

"Pacar itu apa?"Tanya Jay.

"Pacar itu lawan jenis yang kamu sayang." Kay menjelaskan.

"Kalo aku sayang mommy berarti kita pacaran?aku sama mommy pacaran?"

"Bukan sayang, kita ga bisa pacaran karena kita satu darah. Jay anaknya mommy ga boleh pacaran begitupun Jay sama kakak. Ga boleh. Jadi pacaran itu kalo Jay suka sama orang lawan jenis tapi bukan sedarah, sekandung."

"Apa boleh aku pacaran?"

"Ga boleh. Kamu sama Kay belajar yang bener."

"Kakak boleh dong?kok kakak ga Daddy sebut?" Kay iri.

"Usil aja nih.." Ara lagi-lagi protes karena Kay terus mengganggunya.

"Kakak boleh tapi ga ganggu belajar."

"Daddy ga adil, kenapa kakak boleh?"

"Sirik aja.."

"Kay juga boleh tapi nanti. Kay benerin deh nilai-nilainya Daddy ga suka. Minimal pas-pasan aja Kay sama standarnya jangan dibawah."

"Kay tuh ga ngaruh dad, mau di les-in juga nilai ya gitu-gitu aja. Dia tuh senengnya main, berantem, bikin onar, udah itu aja."

"Kata siapa?aku tuh belajar cuman yang aku pelajari itu aja yang beda sama disekolah."

"Eh mana ada guru Les ngajarin yang beda kamunya aja ga ngerti-ngerti."

"Kakak so pinter, orang nilainya aja jelek."

"Udah-udah apa sih kalian berantem terus. Sakit kuping mommy. Kakak jangan ngeledekkin adiknya, kalo kurang adiknya diajarin jangan diejek. Kamu juga dikasih tahu kakak jangan ngelawan aja dengerin Kay." Jesica gemas dengan tingkah kedua anaknya.

"Kalian tuh pasti...aja bahas 1 topik ributnya kemana-mana. Akurnya jarang-jarang padahal yang diributin juga ga jelas."

"Dia tuh anak bandel dad.."

"Udah Kakak jangan mulai lagi." Jesica segera membungkam mulut Ara.

"Mom...aku dong mom yang dielus-elus jangan Jay terus..."

"Sini-sini..." Jesica menarik tangan Kay agar lebih mendekat.

"Manja."

"Biarin."

"Kak...udah ih, mulutnya ga bisa mingkem." Kenan menatap anaknya.

"Iya komentar....aja."

"Kay, udah kamu juga jangan dilawan terus." Giliran Jesica yang menegur Kay.

"Jay diem aja, ngobrol kek..." Ara kini mulai menargetkan Jay menjadi korban selanjutnya.

"Engga ah nanti kakak ngomel." Jawab Jay membuat Kay tersenyum.

"Eh itu bukan ngomel itu...semacam nasihat." Ara berkelit.

"Nasihat ga gitu. Kakak lagi marah."

"Kalau marah tuh sambil melotot."

"Tapi suara kakak keras."

"Emang suara kakak gini."

"Jay udah jangan ngobrol sama kakak, ga nyambung." Kay dengan suara kecil.

"Apa ikut-ikutan?orang ga diajak ngobrol."

"Duh baru juga tenang satu menit." Keluh Kenan mendengar lagi pertengkaran keduanya.

"Udah jam 9. Aku harus tidur." Jay segera bangkit setelah melihat jam di dinding.

"Masih pagi Jay, udah tidur aja."

"Manusia itu harus istirahat minimal 8 jam sehari kak. Jadi kalo aku bangun jam 5 aku harus tidur jam 9." Jay menejelaskan.

"Gimana ceritanya kamu mau tidur tapi ga ngantuk?."

"Matanya merem nanti juga tidur. Kakak aneh... cara tidur aja ga tahu." Jay segera mencari sandalnya dan berlalu.

"Kamu yang aneh, ga ngantuk tapi tidur." Ara tetap menggerutu meskipun Jay sudah pergi.

"Kalian yang aneh apa-apa diributin." Kenan ikut berkomentar.

***To Be Continue