webnovel

PILIHAN HATI

Pernikahan orang tua nami yang kacau membuat nami tumbuh menjadi gadis yang kurang percaya diri dan pemalu, dan semakin berat setelah kematian ayahnya akibat kecelakaan mobil, yang tidak diketahui pelaku kecelakaan itu, ibu nami yang panik dan tak ingin perusahaan milik suaminya di ambil alih orang luar yang tidak bisa dia kuasai membuatnya mencarikan calon suami untuk nami. laki-laki yang bisa memimpin perusahaan, dan bisa dia kuasai walaupun tak mencintai anaknya dan tak di cintai anaknya, demikianlah nami menjalani pernikahan yang di paksakan. pilihan hati.. judul cerita kita kali ini

Linda_Mamuaja · Teen
Not enough ratings
16 Chs

Cerita 14

"maafkan aku nami.." kata eka penuh penyesalan, dia tertunduk dan tak berani menatap nami dan dewa lagi.

"apa alasanmu meminta maaf.. kita perlu tahu masalahnya dulu dan akan memutuskan memaafkanmu atau tidak, setelah mendengar alasanmu.." kata dewa mewakili nami, dia tahu istrinya membutuhkannya, hati kecilnya merasa bangga, ini juga salah satu alasan kenapa dewa menyukai nami, karena dia selalu ingin menjadi pelindung buat wanitanya.

Eka menatap dewa dan nami ingin mengatakan sesuatu tapi kemudian dia diam lagi, hanya tatapan matanya yang penuh penyesalan.

"katakanlah.." kata dewa lagi.

"kalau kau temannya nami, kau pasti tahu istriku ini wanita yang sangat baik dan pemaaf, mungkin yang perlu kau takuti itu aku, tapi percayalah demi nami aku akan selalu mendukung keputusannya.." kata dewa setelah melihat eka hanya diam saja. nami yang mendengar perkataan suaminya itu jadi terharu dia melirik suaminya dengan tatapan terpesona.

Suasana kembali diam sesaat, tapi kemudian eka kembali menatap nami dan dewa.

"maafkan aku nami.. aku yang menyebabkan ayahmu mengalami kecelakaan itu.." kata eka pelan, suaranya seperti tercekat karena rasa bersalahnya.

"Apa Maksudmu?!! Kalau kau penyebabnya kenapa polisi mengatakan itu kecelakaan tunggal, apa kau membayar polisi untuk membelamu?!" kata dewa tetap tenang, tapi suaranya kembali terdengar menakutkan. Dia juga merasakan pegangan tangan nami semakin erat,

"malam itu aku mabuk dan mengendarai motorku dengan ugal-ugalan, ditengah jalan aku ketemu dengan banyak mobil termasuk mobil ayahmu, tapi entah kenapa saat mobil ayahmu melihatku dia seperti membanting stirnya dengan ekstrim dan menyebabkan dia menabrak pohon dan terlempar keluar dari mobil, aku kaget dan tak menyangka pengendara mobil itu meninggal, sewaktu ku lihat itu mobil ayahmu itu membuatku semakin takut maka aku secepatnya lari dari tempat itu.. aku baru tahu kalau ayahmu meninggal dari berita diinternet, maafkan aku nami.. beberapa minggu setelah kejadian itu aku sering datang ketempat ini, ingin meminta maaf padamu tapi aku selalu tak berani mengatakan hal itu.. maafkan aku nami.. aku benar-benar minta maaf.." kata eka sungguh-sungguh, dewa melirik nami, istrinya itu ternyata telah menangis. dengan lembut dewa memeluk nami dan memberikan kecupan didahinya.

"kalau kau ingin  marah kau bisa marah.. aku akan menjagamu.." bisik dewa dengan lembut. tapi nami hanya menangis, dia teringat dengan peristiwa sebelum kecelakaan itu, saat dia pertama kalinya menolak keinginan ayahnya, menjadikannya pemimpin perusahaan, nami tahu dia tak bisa, dan walaupun dipaksa oleh ayahnya nami tetap menolak, sampai akhirnya ayahnya pergi dengan marah.

"maafkan aku nami.." kata eka lagi berulang-ulang, dia masih tertunduk dengan perasaan bersalah.

"apakah aku harus menghukumnya nami.." tanya dewa lagi dengan lembut, dewa jadi teringat saat dikonfirmasi oleh pihak kepolisian soal kecelakaan itu, dia yang menerima karena dia telah menjadi wali untuk nami. waktu itu polisi mengatakan kalau itu adalah kecelakan tunggal, penyebabnya karena pengendara yang mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas maksimal yang diijinkan, selain itu juga pengendara tidak menggunakan sabuk pengaman, jadi saat ada kendala didepannya mobil yang dengan kecepatan tinggi tak dapat lagi dikendalikan oleh pengendaranya, menyebabkan dia menabrak pohon dan terlempar keluar dari mobil karena tak memakai sabuk pengaman. memang waktu itu kendala dan penyebab pengendara harus membelokkan mobilnya belum diketahui, tapi jika dia tidak mengedarai dengan kecepatan tinggi, kendala atau masalah didepannya bisa dihindari dengan mudah, tanpa kecelakan.

Dewa menatap nami, tubuhnya sedikit membungkuk menyesuikan dengan tinggi nami, dia ingin mengetahui keputusan nami,

"bagaimana? Kau ingin aku menghukumnya?" ulang dewa, tapi nami menggelengkan kepalanya,

"kalau dia harus dihukum aku juga harus dihukum," kata nami sangat pelan, dewa sedikit bingung dengan jawaban nami tapi dia bisa merasakan kesedihan nami, dengan lembut dewa menuntun dan membawa nami menjauh dari eka, masuk keruang kerjanya.

"kenapa kau berkata seperti itu nami.. kenapa kau harus dihukum karna kematian ayahmu?.. bukan kamu penyebab eka mabuk dan ugal-ugalankan.." tanya dewa dengan lembut walaupun dia sangat penasaran dengan pernyataan nami tadi.

"karena waktu itu aku dan dan papa sedang bertengkar, papa memarahiku, dan papa pergi dengan mengendarai mobil saat marah dan membawa mobilnya dengan kencang.." nami berhenti sebentar karena dia kembali terisak.

"wha.. akulah penyebab kecelakaan papa itu.. aku penyebab kematian papa.. aku juga bersalah wha.. dan harus dihukum.." tangis nami semakin menjadi, dewa dengan lembut dan sabar memeluk nami, membiarkan nami menangis melepaskan kesedihannya. Elusan dewa yang lembut dan menenangkan dipundak nami membuatnya kembali tenang, dan saat itu nami sadar kalau dia telah menangis dan membuat baju dewa bawah dengan airmatanya, dia jadi malu dan bergerak ingin menjauh dari dewa, tapi dewa semakin mengeratkan pelukannya.

"mau kemana? aku sangat menyukai memelukmu seperti ini.." kata dewa saat dia mengeratkan pelukannya.

"mulai sekarang jangan pernah menangis dibelakangku..kalau kau punya masalah dan ingin menangis datanglah padaku.. ingatlah disini..didadaku tempatmu menumpahkan kesedihanmu.. aku sangat mencintaimu nami.." kata dewa dan mencium lembut bibir nami. Nami yang sedang sedih jadi terhibur dengan perkataan dewa itu, hatinya berbunga-bunga dan wajahnya memerah,

"gombal.." bisik nami, dia melirik malu-malu pada dewa. Dewa tersenyum lebar, dia juga begitu bahagia saat menyatakan cintanya itu.

"aku nggak sedang menggombal nami sayang..aku sangat mencintaimu..aku suka perasaan ini, perasaan menjadi segalanya bagimu.. aku ingin kau selalu terpesona padaku, aku ingin kau bergantung padaku, aku ingin kau mengandalkan aku untuk segalanya, aku ingin selalu melindungimu dan menjagamu dan ingin membahagiakanmu seumur hidupku nami.." kata dewa tulus, dia kembali mempererat pelukannya, tapi nami sepertinya menolak pelukan itu.

"wha jangan kencang peluknya.. aku susah bernafas.." kata nami seperti tercekik, dan dewa jadi sadar, dia tertawa dan langsung melumat bibir nami, lama mereka saling mencium, sampai nami menghentikan ciuman mereka karena dia mulai menyadari hasrat dewa yang telah bangkit, dia jadi ingat kalau dirumah mereka masih ada eka yang mereka tinggalkan tadi.

"wha.. sudah.. berhenti dulu.. wha.." dengan mata yang penuh hasrat dewa menatap nami.

"kita berhenti dulu.. ada eka..tadi itu ada eka.. dimana dia sekarang? Kita tadi meninggalkannya begitu saja.. jangan-jangan dia bunuh diri.." kata nami sedikit panik melepaskan pelukan dewa dan dia kembali keruangan yang tadi. Dewa tertawa dengan tingkah nami itu tapi tetap mengikuti nami dari belakangnya.  

disana mereka menemukan eka telah duduk dikursi, walaupun dia masih tertunduk tapi kelihatan dia telah lega, dan saat melihat nami dan dewa kembali keruangan tempat dia sedang menunggu, eka langsung berdiri, dia dan nami saling menatap untuk sesaat.

"nami maafkan aku.." kata eka dan tertunduk kembali. Nami terdiam tak bisa berkata, dia mencari dewa seperti mencari perlindungannya.

"sudahlah.. kau boleh pergi.. semoga ini jadi pelajaran buatmu untuk tidak ugal-ugalan lagi dijalan raya.." kata dewa dan telah berdiri didepan nami. Eka menatap dewa dengan penuh rasa terima kasih, dia terlihat begitu lega.

"terima kasih nami.. aku tahu kau telah memaafkan aku, tapi rasa bersalah itu mungkin akan tetap menghantuiku..tapi setidaknya bebanku berkurang.. sekali lagi terima kasih nami.." kata eka. Nami membalasnya dengan anggukan kepala tanpa kata-kata tak lama kemudian eka pamit pergi, tapi saat didepan pintu rumah di berhenti dan berbalik nenatap dewa.

"ah aku lupa.. jadi tuan dewa yang terhormat tolong jangan berprasangka buruk pada istrimu sendiri, dari yang kulihat nami begitu mencintaimu.. jadi tak mungkin dia akan selingkuh.." kata eka tersenyum dan dia langsung pergi, tak mengharapkan jawaban. dewa hanya diam melihat kepergiannya, tapi saat eka tak terlihat lagi dia menarik nami dan menciumnya dengan penuh gairah.

"dewa ini sudah siang dan kita harus kekantor.." kata nami dia sadar kalau mereka telah kesiangan untuk kekantor sekaligus dia berniat menghindar dari dewa.

"hari ini kita istirahat.. aku masih ingin bermain dengan istriku.." kata dewa dan kembali memeluk nami.

"ayolah sayang.. semalam aku kurang puas.." kata dewa.

"dewa....kita.." nami ingin mengatakan sesuatu tapi dewa telah melumat bibirnya dengan menggedu.

"bi inah pasti maklum.. nggak usah kwatir.." tanpa nami mengatakan dewa tahu penyebab nami sedikit menolaknya.