webnovel

PILIHAN HATI

Pernikahan orang tua nami yang kacau membuat nami tumbuh menjadi gadis yang kurang percaya diri dan pemalu, dan semakin berat setelah kematian ayahnya akibat kecelakaan mobil, yang tidak diketahui pelaku kecelakaan itu, ibu nami yang panik dan tak ingin perusahaan milik suaminya di ambil alih orang luar yang tidak bisa dia kuasai membuatnya mencarikan calon suami untuk nami. laki-laki yang bisa memimpin perusahaan, dan bisa dia kuasai walaupun tak mencintai anaknya dan tak di cintai anaknya, demikianlah nami menjalani pernikahan yang di paksakan. pilihan hati.. judul cerita kita kali ini

Linda_Mamuaja · Teen
Not enough ratings
16 Chs

Cerita 13

Seorang laki-laki sedang berdiri diluar pagar rumah dewa dan nami, dia sedang merokok dan sesekali melihat ke arah rumah, laki-laki itu terlihat gelisah dan seperti sedang menunggu.

Dewa yang berencana membuka jendela kamar jadi berhenti, wajahnya langsung berubah marah,

"brengsek! Manusia itu datang kembali.." kata dewa marah, dia berbalik dan menatap nami yang sedang merapikan tempat tidur mereka. Nami yang menyadari tatapan marah suaminya, jadi takut tapi dia mendekati dewa.

"ada apa?" tanya nami pelan dan agak takut, dewa tak bergeming dia masih saja menatap nami marah.

"kau selingkuh lagi?" tanya dewa menuduh, nami mengerutkan kedua alisnya sedikit kesal dengan tuduhan dewa itu.

"bagaimana bisa aku selingkuh.. dua bulan ini sejak aku kembali dari kampung, kalau kekantor aku selalu denganmu, dirumah juga selalu bersamamu.. keluar berbelanjapun selalu bersamamu.. kenapa kau masih saja menuduhku selingkuh.." kata nami seperti merajuk, walau takut pada suaminya tapi dia tak suka dituduh seperti itu.

"Kau Lihat Laki-Laki Diluar Itu, Dia Selingkuhanmu Waktu Dulu Kan?" dewa menunjuk ke luar jendela tempat dia melihat laki-laki itu, nami dengan agak takut berjalan ke jendela untuk melihat siapa yang dimaksud dewa itu.

"itu eka teman sekolahku dulu.." kata nami pelan

"Teman Sekolah Atau Bekas Pacar.."tanya dewa kesal, nami terlihat berpikir.

"sebentar aku akan membawa dia kesini supaya kau bisa bertanya langsung padanya.." kata nami dan langsung pergi, sedangkan dewa tak bisa berkata dia semakin kesal.

Dewa melihat dari jendela Nami keluar dari rumah mereka lewat melalui pintu samping untuk menemui laki-laki itu, mungkin karena nami tak ingin orang itu mengetahui kalau dia akan datang menemuinya. Dan benar saja saat nami berdiri didepan laki-laki itu, dia seakan berjalan hendak pergi, dewa jadi mengerutkan alisnya saat melihat itu.

"eka..kamu eka kan?" tanya nami pada laki-laki yang katanya teman sekolah nami, laki-laki itu kaget saat melihat nami dan dia langsung pergi, mengabaikan sapaan nami.

"eka tunggu.. kamu kenapa?.." tanya nami lagi tapi laki-laki itu tetap berjalan pergi, nami mengejarnya dari belakang, takut temannya itu akan pergi dan dia tak bisa membuktikan pada dewa perkataannya tadi.

"eka tolonglah.. sedang apa kamu disini? suamiku jadi cemburu karena kamu.." kata nami memohon pengertian laki-laki temannya itu. suara permohonan nami itu membuat laki-laki itu menghentikan langkahnya, dia berbalik dan menatap nami agak ragu.

"nami sebenarnya aku.. aku merasa.." laki-laki itu tergagap.

"eka tolong..kalau kau ingin menjelaskan maksudmu.. tolong kau jelaskan langsung pada suamiku..dia sedang menunggu didalam rumah, tolong jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, supaya dia tak berpikir yang aneh-aneh tentang kita.. kumohon eka.." kata nami memotong perkataan temannya eka.

"tapi nami.."

"please..eka..temuilah suamiku.." eka menatap nami yang terlihat begitu kasihan dan dia akhirnya menganggukkan kepalanya tanda setuju. Nami walau sedikit takut tapi dia senang juga, dengan tersenyum dia berjalan mendahului eka masuk kedalam rumahnya, disana dewa sedang menunggu mereka diruang tamu dengan tatapan yang sangat menakutkan.

"ini dewa suamiku... dan itu eka teman sekolahku dulu.." kata nami pelan, dia berjalan kebelakang dewa. Dewa hanya diam menatap eka dari ujung rambutnya sampai ujung kaki. kalau orang biasa yang menerima tatapan dewa itu pasti akan ketakutan, tapi eka sepertinya bukan orang yang biasa, walaupun dia menyadari tatapan itu sedang menyudutkannya eka hanya tersenyum tipis.

"aku tak menyangka dewa purba yang terkenal berkepala dingin dan mengagumkan didunia bisnis ternyata begitu naif dalam hubungan pribadinya.." eka memulai basa-basinya dia sedikit risih karena dewa hanya diam menatapnya.

"aku tak peduli, Dia Wanita Milikku Jadi Jangan Coba-Coba Mengganggunya!!.." suara ancaman dewa seperti bergunggam tapi terdengar menakutkan.

"hahaha tuan dewa yang terhormat.. jangan takut aku tak mungkin melakukan hal itu.." eka tertawa mendengar ancaman dewa itu.

"maaf nami ya.. tapi aku akan berkata jujur.. Jadi Begini Tuan Dewa.. aku tahu nami sekarang telah berubah menjadi sangat cantik.. tapi dia bukan tipe wanita yang aku suka.. aku suka wanita yang mandiri, percaya diri, sadar dengan segala kelebihannya dan tahu menggunakan kelebihannya itu, bukan wanita seperti nami ini yang pemalu dan penakut.. maaf tuan dewa walaupun nami tersedia tapi tak mungkin bagiku menginginkannya.." kata eka sedikit sombong, dewa mengerutkan alisnya dia sedikit tersinggung dengan perkataan eka yang meremehkan nami.

"heh.. .. BAGIKU NAMI ADALAH SEGALANYA.. wanita seperti seleramu itu walaupun seribu diberikan cuma-cuma buatku mereka tak akan bisa membangkitkan hasratku,  Jadi Tolong Menjauhlah Dari Milikku..jangan pernah datang kesini lagi..dan jangan pernah berdiri lagi didepan rumahku seperti orang idiot..itu sangat mengganggu.." kata dewa tak kalah sinis. Mendengar perkataan dewa yang terakhir itu membuat eka sadikit salah tingkah, dia memang sering datang dan berniat menemui nami tapi itu bukan untuk merayunya eka punya alasannya tersendiri.

"aku akui aku memang sering datang ketempat ini, tapi bukan seperti yang kau bayangkan untuk merayu nami, aku kesini karena aku punya urusan pribadi dengan keluarga disini.." kata eka, suaranya berubah tidak sesombong tadi, dia terlihat merasa bersalah.

"apa urusan pribadimu dengan keluarga disini.. sekarang aku kepala keluarga disini.." kata dewa masih dengan nada yang sama dan tatapan yang sama pada eka, dia tak terpengaruh dengan perubahan pada eka. Mendengar itu eka agak gelisah dia menundukkan kepalanya terdiam sepertinya sedang berpikir, tak lama kemudian dengan perlahan dan agak takut dia melirik nami.

"heh.. siapa tadi namamu? Eka.. katakanlah apa urusan pribadimu itu.." kata dewa dengan tegas, tapi nada suaranya tidak semenakutkan seperti tadi. Nami juga merasa aneh.. kenapa eka teman sekolahnya yang dulu begitu sombong dan tak peduli itu sekarang terlihat gelisah dan agak takut padanya. nami berusaha berani untuk menatap eka, ada apa sebenarnya pikir nami.

"ayo katakanlah.. supaya urusanmu selesai disini.." kata dewa lagi setelah mereka semua diam untuk sesaat menunggu jawaban eka. Benar urusan ini harus diselesaikan pikir eka, dia tak ingin lebih lama lagi dengan rasa bersalah itu, tiga tahun sudah lebih dari cukup baginya membawa rasa bersalah, berkali-kali dia datang ketempat ini untuk bertemu dengan nami dan meminta maaf tapi rasa takut dan kwatir selalu membuatnya pergi lagi tanpa berani mengatakan yang sebenarnya, kini saat dia mendengar kalau nami telah kembali dia jadi teringat lagi dan ingin mengatakan kebenaran itu, dan sekarang juga dia telah bertemu dengan nami, kenapa dia masih takut dan kwatir untuk mengatakan semuanya, dengan menarik nafas dalam eka menatap nami dan kemudian dia berlutut.

Tingkah eka itu membuat dewa sedikit waspada, dia melirik nami dan memegang tangannya lembut, dia seperti merasakan firasat kalau eka akan membahas sesuatu yang buruk yang berhubungan dengan nami. Merasakan genggaman tangan dewa nami jadi mendekat padanya dan seakan bersembunyi disamping dewa.

"maafkan aku nami.." kata eka penuh penyesalan, dia tertunduk dan tak berani menatap nami dan dewa lagi.