webnovel

6. Makan

(v.) mustinya dilakukan minimal 3 kali sehari agar kuat tenaga untuk mengejar gebetan, atau galauin mantan. Semangat!

-(at)commaditya

Hari ini, Melody kembali disibukkan dengan segala tuntutan pekerjaannya sebagai akuntan senior di kantornya. Dokumen-dokumen yang menumpuk seakan tidak ada habisnya, ditambah dengan meeting dadakan dengan CEO tempatnya bekerja.

"Huh, padahal gue udah bawa balik ke apartemen, nggak pendek-pendek tuh tumpukan," monolog Melody dimana tangan dan kedua matanya fokus pada dokumen yang ia baca.

"Nikah sama bos gede enak kali ya. Gue tinggal ongkang-ongkang kaki aja di rumah, duit tetep ngalir," Melody kembali bermonolog diakhiri dengan kekehan.

"Mending gue dengerin Spotify, tutup kuping plus nyanyi. Yok, semangat wahai budak korporat!" Melody menyemangati dirinya sendiri sambil memasang kedua earphone dan siap memutar playlist di Spotify.

Melody memiliki suara merdu yang tidak diketahui banyak orang. Jika dirinya sedang di tempat umum dan terdengar lagu yang diputar, mulutnya akan ikut bersenandung lirih.

Sepasang mata dan tangannya bergerak lincah dalam membaca dokumen, begitu juga dengan mulutnya yang bersenandung seolah saat ini dirinya tengah berada dalam apartemennya. Kepalanya juga turut bergoyang mengikuti suara musik yang saat ini berputar di Spotify.

Why you gotta hug me like that every time you see me?

Why you always making me laugh

Swear you're catching feelings

I loved you from the start

So it breaks my heart

When you say I'm just a friend to you

Cause friends don't do the things we do

Everybody knows you love me too

Tryna be careful with the words I use

I say it cause I'm dying to

I'm so much more than just a friend to you

Mmm, mmm, mmm

When there's other people around

You never wanna kiss me

You tell me it's too late to hang out

And you say you miss me

And I loved you from the start

So it breaks my heart

When you say I'm just a friend to you

Cause friends don't do the things we do

Everybody knows you love me too

Tryna be careful with the words I use

I say it cause I'm dying to

I'm so much more than just a friend to you

You-oh-oh-oh-oh

You-oh-oh-oh-oh

You-oh-oh-oh-oh

You-oh-oh-oh-oh

You say I'm just a friend to you

Friends don't do the things we do

Everybody knows you love me too

I tried to be careful with the words I use

I say it cause I'm dying to

I'm so much more than just a friend to you

A friend to you

A friend to you

A friend to you

(Meghan Trainor - Just a Friend to You)

Melody masih asyik dengan dokumen-dokumennya dan Spotify yang menemaninya hingga dirinya tidak sadar jika sudah jam makan siang. Melody baru tersadar sejak seseorang berdiri di depan meja kerjanya. Lantas, ia mendongak untuk tahu siapa sosok yang berdiri tersebut. Sekejap, kedua matanya membulat setelah memastikan siapa sosok yang menjulang dihadapannya.

"Lo?" ucap Melody sambil melepas earphone di kedua telinganya.

"Siang, Bu Melody. Atau honey?" ucap sosok di depannya yang tak lain adalah Damar, mantan Melody, atau lebih tepatnya kembali menjadi bakal calon Melody, dengan senyum manisnya dan kedipan mata.

"Siapa yang suruh lo masuk?" Melody bersidekap dan menyorot tajam Damar.

"Nggak ada. Kan ada pintu, tinggal ketuk terus masuk," Damar menjawab Melody apa adanya.

"Kok gue nggak denger?" Melody bergumam tapi masih terdengar di telinga Damar.

"Ya gimana mau denger, hon. Kuping kamu disumpel rapet gitu," Damar terkekeh karena raut wajah Melody yang terlihat menggemaskan. Dirinya mulai mengitari meja untuk mendekati Melody. Tanpa tahu, jika Damar sudah berdiri disampingnya.

"E-eh?" Melody refleks mundur dua langkah setelah tahu Damar berdiri disampingnya.

"Ngapain lo deket-deket? Sana, jauhan. Hush," Melody mengibaskan kedua tangannya agar Damar menjauh. Tapi bukannya menjauh, malah mendekat. Damar yang melihat tingkah Melody pun terkekeh sambil berjalan mendekati gadisnya yang telah ia klaim sebagai pendamping hidupnya.

"Lo budeg ya?" Suara Melody meninggi. Damar semakin mendekat dan Melody terus mundur sampai punggungnya menabrak dinding.

"Heh! Jangan macem-macem, atau gue-" Melody memberi peringatan, tapi Damar mengabaikannya dan semakin mendekat ke arah Melody.

"Gue apa?" bisik Damar disamping telinga kiri Melody yang berada dibawah kungkungan Damar. Kedua lengan Damar mengurungnya disisi kanan dan kiri.

"Gue peringatin sekali lagi- shh," Melody mendesis tatkala Damar menggigit secara sensual daun telinganya. Damar yang mendengar pun tersenyum smirk.

"Jangan coba-cob- ahh," suara lenguhan lolos begitu saja dari Melody ketika Damar mencium dan menggigit bagian bawah telinganya.

Damar terus memberi kecupan sensual disekitar area tersebut, hingga membuat Melody kembali melenguh. Tangannya yang sedari tadi menggantung bebas, refleks ia kalungkan ke leher Damar. Begitu pun kedua tangan Damar, kini berpindah merengkuh pinggang Melody dan menariknya mendekat tak ada jarak.

Semakin lama kecupan Damar berpindah ke leher mulus milik Melody. Seakan dikomando, Melody mendongak dengan tangan kanannya ikut meremas rambut Damar. Tangan kanan Damar juga tak tinggal diam, bergerak mengusap pinggang Melody dan naik hingga ke punggung, terus begitu secara berulang-ulang.

Kecupan Damar merambat naik hingga sampai dibibir seksi milik Melody.

Cup.

Damar meninggalkan kecupan dibibir Melody. Dirinya memperhatikan Melody yang terengah-engah akibat kejadian tadi. Emang bener ya, seseorang makin 'wah' kalau udah jadi mantan, batin Damar. Tangannya yang sedari tadi berada di punggung, beralih membenahi rambut yang menjuntai di dahi Melody.

"Kurang ajar lo!"

Cup.

"Heh! Maksud lo apa?" Melody berteriak di depan wajah Damar setelah Damar kembali meninggalkan kecupan dibibirnya.

"Hey, calm down, honey. Inhale, exhale," Damar meredakan emosi Melody seraya tangannya mengusap lembut pipi kirinya. Melody tetap mengikuti arahan Damar meski rasa kesal masih menguasai hatinya.

"Udah?" Damar menatap lembut Melody. Hanya anggukan yang diberikan Melody.

"Heh! Lo itu bener-bener kur-"

Cup.

"Aku-kamu, bukan lo-gue. Hm?" Damar lagi dan lagi meninggalkan kecupan dibibir Melody hingga membuat Melody melotot.

"Lo-"

Kembali ucapan Melody terpotong oleh Damar. Kali ini bukan sekedar kecupan, melainkan ciuman yang sedikit kasar dan menuntut. Melody pun berontak dengan memukul dada bidang Damar yang terbalut kemeja slimfit tanpa jas. Namun, Damar malah mempererat bahkan mencengkeram pinggang Melody. Damar membiarkan aksi Melody yang memukuli dadanya. Ciumannya semakin menuntun, berulang kali memberi gigitan dibibir Melody bahkan pandangannya ikut menggelap.

Pada akhirnya, pukulan Melody semakin lemah. Dirinya sudah kehabisan tenaga untuk berontak. Damar yang mendapati Melody lengah, membawa kedua tangan yang sedari tadi memukul dadanya menuju lehernya.

Cengkeraman tangan Damar yang berada di pinggang Melody juga melemah, berganti menjadi usapan lembut dan sedikit sensual. Begitu pun ciuman Damar yang ikut melembut, pandangannya juga tidak segelap sebelumnya. Melody yang merasakan sensasi berbeda dibibirnya, turut membalas lumatan Damar dan menikmati suasana diantara mereka.

Bohong jika Melody melupakan semua memorinya dan Damar. Meski terbilang singkat, namun tetap membekas menjadi kenangan terindah. Tak ayal, hingga saat ini dirinya cuek terhadap kaum Adam yang memujanya.

Kedua sejoli tersebut begitu menikmati momen mereka. Damn! He's good kisser, batin Melody. Oh, shit! She's so hot, batin Damar. Mereka terbawa suasana, sampai beberapa kali suara lenguhan lolos dari mulut Melody.

Damar yang merasa kasihan karena perbedaan tinggi mereka, langsung mengangkat Melody dan menggendongnya seperti anak koala. Kaki Melody ikut melingkari pinggang Damar. Melody yang lebih senang menggunakan setelan kantor dengan bawahan celana, sangat menguntungkan dirinya.

Setelahnya, Damar membawa Melody yang berada dalam gendongannya menuju kursi kerja yang biasa diduduki oleh Melody. Sehingga posisi mereka saat ini adalah Melody yang duduk dipangkuan Damar.

Cumbuan Damar masih berlanjut, bahkan kini Damar kembali bermain-main di leher jenjang nan mulus milik kekasih hatinya. Tangan Melody ikut meremas rambut Damar yang membuat suasana lebih panas dan bergairah. Damar tidak lagi memikirkan aksi protes Melody karena dirinya meninggalkan beberapa kissmark di tempat yang terlihat oleh mata telanjang. Ruangan tersebut hanya terdengar suara lenguhan mereka berdua.

Tok! Tok! Tok!

"Maaf pak, bu. Saya mau antar makanan pesanan Pak Damar," suara OB menginterupsi kegiatan mereka. Melody yang mendengar suara lain, langsung menghentikan aksi mereka dan bersembunyi di dada Damar sambil menormalkan nafasnya. Terlihat jika OB dengan name tag Dadang tersebut canggung karena melihat adegan panas di siang yang terik pula.

"Taruh aja di sofa itu saja, mas. Terima kasih ya," Damar yang tengah mendekap Melody, tetap saja berbicara dengan Dadang dengan sopan, meski usinya lebih muda darinya. Setelah meletakkan makanan sesuai ucapan Damar, Dadang bergegas keluar dari ruangan tersebut.

"Hon, yuk makan dulu. Aku udah pesenin makan buat kita berdua," ucap Damar sambil mengusap kepala Melody yang berada didekapannya.

"Makan duluan aja, gue mau-"

Cup.

"Hon, sekali lagi lo-gue, aku hukum kamu!" Damar berucap tegas dengan sorot mata tajam setelah menjauhkan wajah Melody dari dadanya dan memberi kecupan dibibirnya.

"Lebih dari tadi. Hm?" lanjutnya namun dengan tatapan yang berubah lembut, tapi tidak dengan nada bicaranya.

"Hm," Melody menjawab dengan deheman dan kepalanya ikut menunduk.

"Sekarang, kita makan ya. Biar aku ada tenaga buat dapetin hati kamu lagi," Damar berucap apa adanya.

"Hon, kamu itu-"

"Udah deh, nggak usah gombal. Jadi nggak makannya?" ucapan Damar terpotong karena Melody merasa sebal. Sebal karena malu.

"Ya deh. Yuk," Damar beranjak dari duduknya dengan Melody yang masih dalam gendongannya menuju sofa yang ada di ruangan Melody. Setelahnya, Damar memindahkan Melody agar duduk disampingnya.

"Ini hari apa ya, Dy?" tanya Damar disela kunyahannya.

"Selasa," sahut Melody yang ingin menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Selasa. Selain cinta, aku juga sayang!" ucap Damar yang menatap Melody sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Ha?" Melody menoleh cepat ke arah Damar dan seketika menghentikan kunyahannya.

Cup.

"Te amo," senyum manis terulas dibibir Damar.