webnovel

Pernikahan Pahit

Ketika pernikahan tidak bahagia, apakah orang ketiga menjadi solusinya? Laura menerima lamaran dari Christian, sebab merasa berhutang budi pada laki-laki yang sudah menyelamatkan nyawa ayahnya itu Namun satu tahun berlalu, pernikahan indah yang diimpikan Laura hancur karena penghianatan yang dilakukan olehnya sendiri. Laura berselingkuh dengan Aldi penyanyi yang bekerja di kafe yang diberikan Christian untuknya. Tapi penghianatan Laura bukanlah tanpa sebab. Karena selama satu tahun menikah, Christian tak pernah memperlakukannya seperti seorang istri pada umumnya.

Rita_sw10 · Urban
Not enough ratings
27 Chs

Hadiah Kejutan

Setelah menunggu Christian menyelesaikan urusannya mereka lalu kembali ke mobil.

"Aku harap kamu gak keberatan, jika aku masih sering mengunjungi mendiang istriku," kata Christian saat dalam perjalanan.

"Tentu saja, aku gak keberatan kok," jawab Laura.

"Terima kasih,"

Kata terakhir yang Christian ucapkan sampai mereka tiba di tujuan selanjutnya.

Laura menatap kafe yang kini ada di depannya.

Dia heran kenapa Christian membawanya ke sana. Sepertinya kafe itu belum buka.

Karena sama sekali tidak ada orang di sana.

Christian lalu turun dari mobil dan diikuti oleh Laura.

Dia enggan menanyakan hal itu pada suaminya karena mungkin lelaki itu hanya akan menjawab dengan kalimat yang sama "Nanti kamu juga tahu".

Karena itu Laura lebih memilih diam dan menunggu apa yang akan dilakukan Christian selanjutnya.

"Bagaimana?" tanya Christian.

"Apanya?"

Laura balik bertanya karena tidak mengerti dengan pertanyaan suaminya itu.

Bagaimana dia bisa paham jika ia hanya menanyakan satu kata saja?

Sedangkan kata itu masih terdengar ambigu di telinga Laura.

"Bagaimana kafenya? Bagus kan?" tanya Christian lagi.

"Bagus, lalu kenapa jika bagus?"

Laura masih belum paham dengan maksud suaminya.

"Kamu menyukainya?" tanya Christian kembali.

"Iya aku suka. Lalu?"

Laura benar-benar tidak paham dengan maksud lelaki itu.

"Apa kamu gak mengerti juga dengan situasinya? Aku membelikan kafe ini untukmu. Kenapa kamu terus bertanya lalu dan lalu??" seru Christian.

Laura memandang suaminya dengan wajah terkejut.

Bukan karena apa, melainkan itu tadi adalah kalimat terpanjang yang pernah Christian ucapkan padanya selama dia mengenalnya.

"Ternyata kamu bisa mengatakan kalimat sepanjang itu. Tapi apa katamu tadi? Kafe ini untukku? Hah?? Tapi kenapa? Kenapa kamu ingin memberikannya padaku?" tanya Laura tidak percaya.

"Ya sudah kalau gak mau. Biar ku jual lagi," kata Christian setelah mendapat reaksi Laura yang tidak sesuai ekspektasinya.

"Ah jangan! Siapa bilang aku gak mau. Tentu saja aku mau," sewot Laura.

"Kalau begitu kamu bisa lihat-lihat dulu. Jika ada yang gak kamu suka, kamu bilang padaku. Nanti akan ku ganti dengan yang baru,"

Laura mengangguk mengerti.

Dia mulai berkeliling isi kafe itu.

Semua yang ada di sana membuatnya kagum saat melihatnya.

"Wah,, ini besar sekali..wah,, kursi ini pasti mahal,, wah..." gumam Laura sambil terus berkeliling.

Christian hanya melihat Laura dari kejauhan.

Tanpa di sadari sudut bibirnya meyunggingkan sedikit senyuman.

Senyuman yang tidak pernah orang lain lihat lagi selama ini.

Untuk pertama kali dalam hidupnya dia tersenyum karena wanita lain setelah kepergian Luna.

Setelah selesai melihat-lihat Laura kembali lagi ke tempat Christian berada.

Sedangkan Christian saat melihat Laura mendekatinya, dia kembali mengatur ekspresinya agar tidak di lihat oleh istrinya itu.

"Benar-benar luar biasa. Aku sangat menyukainya. Terima kasih," ucap Laura saat sudah berdiri di depan suaminya itu.

"Kalau begitu, besok kamu sudah harus berhenti dari tempat kerjamu. Dan mulai jalankan kafe ini. Aku percayakan semua padamu," ungkap Christian.

"Iya baiklah. Besok setelah aku menyerahkan surat pengunduran diriku. Aku akan segera membuka lowongan untuk karyawan di kafe. Dan karena aku melihat panggung di sana, berarti aku juga harus mencari band atau penyanyi untuk hiburan di kafe ini. Wah aku sudah gak sabar," tutur Laura

"Kalau begitu sekarang kita cari tempat untuk makan malam, baru setelah itu kita pulang," ucap Christian.

Setelah itu mereka pergi menuju restoran bintang 4 untuk makan malam.

Ini kali pertama bagi Laura makan di tempat mewah seperti ini.

Dia akui setelah ia menikah dengan Christian kehidupannya memang berubah 180 derajat.

Dia tidak perlu memikirkan kesulitan keuangan sekarang.

Semua sudah pasti bisa Christian atasi.

Namun tetap saja, bukan itu alasan Laura mau menikah dengan Christian.

Dia menerima lamaran lelaki itu karena memang sebagai bentuk balas budinya karena ia telah menyelamatkan hidup ayahnya.

Tiba-tiba Laura memikirkan sebuah ide untuk ayahnya.

Bagaimana jika ia meminta suaminya untuk menaikkan jabatan ayahnya?

Itu tidak keterlaluan kan? Bagaimanapun juga ayahnya juga merupakan ayah Christian. Pikir Laura.

"Ehm, boleh aku minta tolong sesuatu padamu?" tanya Laura sedikit ragu-ragu.

"Minta tolong apa?" tanya Christian.

Tanganya masih sibuk memotong daging yang ada di piringnya.

"Mengenai ayah, apa kamu bisa memindahkannya ke bagian lain?" tanya Laura hati-hati.

"Ke bagian mana?" tanya Christian santai.

"Ke bagian yang lebih nyaman untuknya. Maksudku, hari ini aku melihat ayahku sangat kesulitan harus menjalankan perintah dari banyak orang sekaligus. Dan juga aku mendengar dengan telingaku sendiri, para karyawanmu bergunjing dan merendahkan ayah di belakangnya," ungkap Laura.

Christian menghentikan kegiatan tangannya.

Kali ini bisa menatap istrinya yang duduk di depannya.

"Aku bisa saja melakukan hal itu. Tapi apa kamu sudah memikirkan dari sudut pandang ayah. Jika tiba-tiba ayah naik jabatan ke pekerjaan yang bukan bidangnya apa itu menjamin dia berhenti digunjingkan orang? Lalu apa ayah tidak akan kesulitan dengan pekerjaan yang tidak ia kuasai?"

Pertanyaan Christian membuat Laura tertegun.

Dia tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya.

Dia hanya melihat dari sudut pandangnya bukan dari sudut pandang ayahnya.

Padahal ayahnya lah yang melakukan pekerjaan itu bukan dirinya.

Semua memang tampak menyedihkan di mata Laura.

Tapi melihat ayahnya yang bekerja begitu rajin tadi, Laura menjadi sadar jika ayahnya memang melakukan pekerjaan itu dengan hatinya.

Dia tampak menikmatinya dan tidak mengeluh sama sekali.

Laura jadi teringat jika selama ini ayahnya selalu dengan bangga menceritakan apa yang sedang dikerjakan oleh tim produksi saat ia sudah pulang ke rumah.

Dia sama sekali tidak mengeluh akan pekerjaannya.

Dan ia juga mengatakan jika dirinya bangga bisa menjadi bagian dari departemen produksi meskipun hanya berperan kecil di sana.

"Bagaimana? Apa kamu masih ingin ayah pindah ke bagian lain?" tanya Christian menyadarkan lamunan Laura.

"Sepertinya gak perlu, maaf aku belum memikirkan hal sejauh itu. Benar perkataanmu yang mengatakan aku hanya melihat dari sisiku bukan dari sisi ayahku. Maaf jika aku sudah lancang dan keterlaluan meminta hal ini padamu," ucap Laura menyesal.

"Tidak apa-apa aku mengerti kekhawatiranmu akan ayah,"

Mereka kemudian melanjutkan makan malam mereka.

Dari luar Christian tampak biasa saja.

Namun setelah mendengar ungkapan dari Laura tadi, mau tidak mau dirinya jadi berpikir.

Siapa yang sudah berani menghina dan menggunjingkan ayah mertuanya itu?

Dia tidak keberatan jika dirinya yang mereka gunjingkan.

Namun saat mendengar perkataan Laura tadi dia sedikit tidak terima saat mereka mengatakan hal buruk tentang ayah mertuanya itu.

Karena Christian tidak memiliki keluarga lain lagi selain keluarga dari istrinya.

Saat masih bersama Luna, Christian juga memperlakukan ibu mertuanya dengan baik.

Kini tidak ada salahnya jika ia memperlakukan hal yang sama juga pada ayah mertuanya.

Dia akan memikirkan kembali permintaan Laura nanti.