webnovel

Perkawinan Dua dunia

Diangkat dari kisah nyata yang terjadi pada leluhur kami yaitu kisah tentang perkawinan antara seorang gadis dari dunia kita ini dengan seorang pemuda dari dunia siluman ( siluman macan ). Peristiwa tersebut terjdi pada tahun 1700 an di wilayah Kadipaten Pemalang ( sekarang kabupaten ), tepatnya di Dukuh Sikemplang wilayah distrik Watukumpul. Nama-nama seperti Nyai Sedi, Nokidin, Kyai Astrajiwa adalah nama sebenarnya dari para leluhur kami. Sedangkan nama-nama : Lukita, Ki Sangga Langit, Ki Suta Blonos, Bagus Kuncung, Ki Setra Wungkal dan Jaka Kentring adalah nama-nama imajinasi saja.

kohjoen · Fantasy
Not enough ratings
7 Chs

PENUTUP

" Apa ada yang salah dengan pakaianku? Kakang Nokidin kok terbengong melihatku" ucap nyai Sedi lembut.

" Oh tidak....tidak. Aku...aku..." Nokidin menjawab dengan terbata sambil menunduk.

Dan berkata dalam hatinya : " Pantas, siluman macan seperti Lukita begitu jatuh hati kepada nyai Sedi.

Sekarang, setelah lima tahun saja nyai Sedi masih cantik bahkan semakin cantik karena kematangan jiwa dan tubuhnya". Nokidin semakin tunduk karena takut akan terbaca hatinya.

"Silakan diminum", nyai Sedi memulai pembicaraan sambil bersimpuh diatas tikar. " Bukankah kakang Nokidin kesini atas permintaan kakang Lukita?". " Aku..aku...iya nyai.... " jawab Nokidin.

" Baiklah kakang, lamaran kakang Nokidin aku terima. Bukankah kakang Nokidin kesini akan melamar ? Silakan ditentukan kapan perkawinan akan dilaksanakan, aku menurut saja " ucap nyai Sedi lirih.

Ketika Nokidin akan menjawab, terdengar suara langkah seseorang berjalan dari dalam rumah. Ternyata suara langkah kaki Ki Singa Truna yang berjalan menuju pendapa. Nokidin sendiri belum tahu mau berbicara apa, lidahnya terasa kelu ketika melihat betapa cantiknya nyai Sedi. Nokidin benar2 tidak tahu harus berbicara apa dan bagaimana, dan kehadiran Ki Singa Truna benar2 telah menolong dirinya pada saat itu.

" Ayah! " ucap nyai Sedi kemudian : " aku menerima lamaran kakang Nokidin ". " Sedi, kau...kau..", berkata Ki Singa Truna. " Iya ayah, lamaran kakang Nokidin aku terima. Silakan ditentukan kapan waktu perkawinannya, aku menurut saja ".

Setengah tidak percaya Ki Singa Truna bertanya lagi pada anaknya : " Kau sungguh2 menerima lamaran anakmas Nokidin? ". Kembali nyai Sedi menjawab : " Iya ayah, aku bersungguh2".

" Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Agung, semoga harapanku untuk momong cucu terkabul " demkian Ki Sing Truna berdoa. " Baiklah anakmas Nokidin, semua sudah jelas. Silakan ditentukan kapan waktunya untuk perkawinan. Perkawinan janda tidak serumit perkawinan anak gadis, aku akan menyiapkan segala sesuatunya apabila anakmas Nokidin telah menentukan waktunya".

" Ya ya Ki Singa, aku akan segera memberi tahu ayahku tentang hal ini " kata Nokidin. Dalam hati memang Nokidin ingin berkata banyak, tetapi hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya.

" Maafkan aku kakang Nokidin, mungkin kakang hanya memenuhi permintaan kakang Lukita. Cintaku memang telah dibawa bersama dengan kepergian kakang Lukita. Tetapi aku juga telah berjanji kepada kakang Lukita untuk menjadi istri yang setia dan berbakti kepada kakang Nokidin, dan itu akan aku penuhi janjiku " . Setengah berbisik nyai Sedi berkata, bersama dengan setetes air mata yang jatuh dipangkuannya.

Sementara itu, jauh dikaki bukit Banowati lamat2 terdengar auman harimau. Auman yang terdengar lega namun terasa juga ada sayatan kepedihan yang menggema didalam auman tersebut. Lukita memang lega hatinya ketika Nokidin memenuhi janjinya, namun hatinya juga pedih karena ia harus meninggalkan orang yang dicintai dengan sepenuh hati.

Setahun sudah usia perkawinan Nokidin dengan nyai Sedi, mereka tampak bahagia lebih2 ketika itu kandungan nyai Sedi telah berusia delapan bulan.

" Kakang, sebentar lagi kakang akan menjadi ayah, Yang Maha Agung telah mengabulkan doa kita " berkata nyai Sedi sambil mengusap perutnya.

" Iya nyai, tentu ayah Singa Truna akan gembira sekali bakal bisa momong cucu " jawab Nokidin.

" Apakah kakang juga berbahagia, mengapa kakang tidak mengambil istri yang masih gadis. Aku kan sudah janda " kata nyai Sedi pula.

" Ah kau nyai, bagiku sudah cukup mempunyai istri kamu. Aku sungguh2 merasa berbahagia bisa bersama dengan kamu".

Nokidin sendiri tidak tahu mengapa ia semakin sayang pada nyai Sedi, meskipun ia sadar bahwa cinta nyai Sedi telah dibawa pergi oleh Lukita. Mungkin karena nyai Sedi benar2 bisa menunjukkan baktinya kepada dirinya.

Hari2 yang ditunggu2pun akhirnya tiba, nyai Sedi telah melahirkan anak dan kembar tiga. Rona kebahagiaan mewarnai rumah tangga Nokidin dan nyai Sedi.

" Kakang, anak kita yang pertama mirip kakang Lukita, hidungnya mancung dan rambutnya ikal. Sementara anak yang kedua matanya sipit seperti mata kakang Nokidin. Dan yang ketiga, mirip siapa ya? " Ucap nyai Sedi sambil berbaring.

Memang sejak melahirkan nyai Sedi tampak lemah, karena kehilangan banyak darah. Pada saat itu memang hanya ada dukun bayi saja yang tentunya sangat terbatas kemampuannya untuk mengobati.

" Ah nyai, tentu mirip ibunya. Tuh lihat matanya yang bulat bening " jawab Nokidin. " Iya kakang ".

Malang tak dapat ditolak, mujurpun tak bisa diraih. Ketentuan Yang Maha Tunggal memang sudah pasti, hingga ketika menjelang empat puluh hari setelah melahirkan, nyai Sedi berbicara lirih dengan mata yang redup : " Maafkan aku kakang, rupanya aku telah sampai kepada batas garis hidup yang telah ditentukan untuku. Aku tidak bisa mendampingi kakang membesarkan anak2. Aku titipkan mereka kepadamu, jaga dan didik dengan baik2. Aku mohon pamit "

" Nyai, nyai, tidak...tidak..mengapa engkau berkata seperti itu. Aku akan mencari dukun yang pandai untuk mengobatimu. Jangan kau tinggalkan aku seperti ini !"

" Iya kakang, sebenarnya aku juga ingin bisa mendampingi kakang membesarkan anak2. Tapi...tapi.. rasanya aku sudah sampai waktunya, tolong kalau kakang ketemu dengan kakang Lukita sampaikan padanya bahwa aku telah memenuhi janji untuk menjadi istri yang berbakti pada suami serta memberikan keturunan ", nyai Sedi berhenti sejenak : " Sekali lagi maafkan aku kakang ". Nyai Sedipun menutup mata untuk selama2nya.

" Nyai, nyai....." ucap Nokidin " mengapa engkau tega meninggalkan aku seperti ini. Gusti Yang Maha Agung, beri aku kekuatan untuk menghadapi cobaan Mu ini". Nokidin tersedu pilu, menghadapi kenyataan hidup ini.

Kehidupanya yang semakin cerah tiba2 terhempas diawal perjalanan. " Nyai, nyai.....", dipeluk dan diciuminya nyai Sedi yang kini terbaring beku,

Nokidin merasakan bahwa separoh jiwanya telah hilang bersama kepergian istrinya. Namun hatinya cukup terhibur ketika melihat sesungging senyum membayang diwajah nyai Sedi.

Sementara terdengar auman harimau jauh dikaki bukit Banowati. Auman panjang yang memilukan, rupanya Lukita juga telah merasakan kepergian wanita yang sangat dicintai sepenuh jiwanya.

Seiring berjalannya waktu, Nokidin yang ketika tua disebut dengan Kyai Nok memilih membesarkan anaknya tanpa kawin lagi. Karena kepergian nyai Sedi baginya telah membawa separoh jiwanya.

Sementara itu, Lukita yang berjanji untuk selalu dekat dan menjaga anak keturunan nyai Sedi, kadang datang menyambangi dalam wujud harimau kumbang yang besar.

SELESAI