webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urban
Not enough ratings
102 Chs

Menguping Pembicaraan

Obrolan seorang laki-laki dan wanita di depan bilik makan Ryan dan Kira.

"Lepaskan tanganmu dariku!"

"Ga... Aku ga mau.. Aku masih sayang sama kamu, apalagi setelah kebersamaan kita selama dua tahun.. Aku ga mau pisah dari kamu!"

"Maaf. Tapi waktu itu. Aku bertindak bodoh sama kamu! Aku ga cinta sama kamu! Aku mendekatimu hanya untuk mempermulus jalanku untuk sukses! Tapi sekarang aku menyesal.. Aku ga bisa sama kamu lagi.. Aku ga cinta sama kamu!"

"Apa maksudmu? Kamu mau kembali ke gadis miskin itukan? Emang dia bisa kasih kamu apa? Kamu lupa, siapa yang sudah membantu kamu bisa sampai ke karirmu sekarang?"

"Aku minta maaf. Aku harusnya percaya ke diriku sendiri kalau aku mampu! Tapi aku begitu pengecut. Bersembunyi di belakangmu. Sekarang aku ga bisa lanjutkan hubungan Kita. Sudah dari enam bulan lalu ki. "

Klek

"Willy Anggapraja!" Kira membuka pintu dan menatap ke Willy. Memotong kata-kata Willy sebelum dia menyelesaikan kalimatnya dengan wanita di luar sana.

"Sha sha?" Willy sangat kaget melihat Kira ada di depannya.

"Jadi kamu.. Selingkuh dibelakangku dari dua tahun lalu?" Suara Kira serak sudah menahan tangis. Bagaimanapun, Kira masih memiliki rasa pada Willy. Rasa yang walau kini memang sudah berkurang, tapi mendengar perselingkuhan yang dilakukan Willy sejak dua tahun lalu, tetap sesuatu yang tak bisa di terima oleh Kira. Saat itu. Dia masih menjadi kekasih Willy. Kira sangat mencintainya, menunggu Willy yang saat itu kuliah di luar negeri, menyelesaikan spesialis kedokterannya dan Kira ga menyangka kalau Willy berselingkuh dibelakangnya.

"Sha Sha.. Ini di luar prasangka kamu.."

"Apa yang salah? Dua tahun lalu.. Kamu curangin aku.. Dua tahun lalu aku masih setia nunggu kamu di sini! Aku percaya kamu pergi untuk sekolah, tapi kamu.. Kamu selingkuh di belakang aku dengan Shinta?" Kira benar-benar ga percaya.. Shinta, orang yang sangat baik. Sahabat satu kampus Wilky, yang diperkenalkan ke Kira oleh Willy untuk membantu Kira mendapatkan beasiswa di awal-awal masa kuliah, justru menjalin hubungan dengan Willy.

"Sha Sha! Dengar aku dulu!"

"Ya, aku memang menjalin hubungan dengan Willy. Kamu tahu, beasiswamu sekarang, kemudahanmu sekarang di kampus itu, semua karena permohonanku ke papaku yang seorang rektor di sana! Willy setuju menjalin hubungan denganku asal kamu bisa kuliah di sana dan bisa mendapatkan kemudahan!" Shinta memotong Kalimat Willy.

"Shinta, Diam!" Willy beralih menatap Kira. "Sha, denger aku du.."

"Aku ga mau!" Kira tak ingin mendengar lagi penjelasan Willy. Kira langsung pergi berlari meninggalkan Willy, Shinta dan Ryan.

"Nyonya Muda!" Asisten Andi mencoba menghadang Kira yang masih berlari,

"Aaaaaakh.." Andi mengerang kesakitan Kira memelintir tangan Andi, menjatuhkan Andi ke lantai dengan menyelengkat kakinya, dan berhasil melewati Andi, keluar dari restoran. Kira terus berlari, menyusuri jalanan.

"Taksi!" Kira menyetop mobil berlogo burung biru, dan masuk ke dalamnya.

"Taman Ayodya, pak!" Kira menyebut nama salah satu taman kota yang selalu dikunjunginya dulu saat hatinya sedang gundah.

"Baik, Neng!" Sapa supir taksi, yang melaju pergi menuju destinasi yang sudah dikatakan Kira tadi.

Tak banyak yang dilakukan Kira. Dia hanya memandangi kota dengan berbagai lampu yang menghiasi di malam hari. Tak ada hal yang Kira lakukan selain bengong dan hanya asik dengan pikirannya sendiri.

"Hah. Bodohnya aku! Jadi selama ini.. Willy selingkuh dibelakangku? Lalu apa maksudnya? Kenapa dia masih menyuruhku menunggunya? Dia masih ingin menyelamatkan ayahku.. Apa maksudnya? Dan kenapa aku bodoh, masih sedikit berharap padanya.. Huffff.. Kenapa dengan hatiku.. Kenapa aku merasa kesal ke Willy? Dua tahun.. Hubungan kami bahkan baik-baik saja dua tahun lalu.. Masih berkirim pesan, masih telepon, semua ga ada masalah.. Lalu? Kenapa dia lakukan itu ke aku?" Hubungan Kira dan Willy bukanlah hubungan yang sebentar. Kalau Ryan tidak menyusup dan memintanya sebagai penebus kesalahan Ayah Kira, saat ini, tentu saja Kira masih berbahagia bersama dengan Willy. Masih menunggunya dan masih berharap dengan hubungannya dengan Willy. Kira masih mencintai Willy.

Dreeet Dreeet Dreeet

Handphone Kira bergetar.

SUAMIKU RYAN

nama yang tertera di handphone. Ryan menghubungi Kira.

"Terserahlah, aku terima hukumanku nanti! Tapi sekarang. Aku mau sendiri dulu! Jangan ganggu aku!" Kira sudah memasukkan kembali handphonenya kembali ke dalam tas. Tak ingin berlama-lama memandangi handphonenya. Handphone Kira terus bergetar, tapi tak dihiraukannya. Rasa kesal di hati Kira membuatnya malas untuk berhubungan dan bicara dnegan orang lain. Kira memilih menikmati pemandangan di luar taksi yang ditumpanginya

Setelah hampir satu jam berada dalam taksi, akhirnya Kira sampai di tujuannya. Taman Ayodya.

"Terima kasih, pak!"

Kira memberikan ongkos taksi. Turun dan berjalan menyusuri taman Ayodya. Taman ini buka selama dua puluh empat jam. Dulu, Kira sering datang ke taman ini siang hari. Hari ini. Adalah pertama kalinya Kira datang malam hari. Masih banyak pengunjung taman walaupun jam sudah menunjukkan pukul sembilan. Rata-rata serombongan anak-anak seusianya atau lebih muda, ada juga yang pasangan kekasih. Hanya Kira sepertinya yang jalan sendiri ke taman ini.

Kira berjalan ke deratan kursi taman, dan menduduki satu kursi taman yang kosong setelah baru saja ditinggalkan oleh seoasang kekasih yang duduk disana. Kursi di depan danau buatan.

"Hahaha.. Kalian pasti kesal karena aku menunggu kalian pergi dari kursi itu. Kan? Hihi.." Kira terkikik geli. Karena memang Kira mengincar kursi itu. Dia ingin duduk di sana. Kira ingin Memandang danau, dan melihat orang yang lewat berlalu lalang. Danaunya tak seindah dilihat pagi hari.. Tapi Kira tak peduli.. Dia tetap duduk, ditempat dimana dulu Willy menyatakan cinta padanya untuk pertama kali.

Butiran air mengalir dari sudut mata Kira. Mengenang masa itu.. Masa di mana Kira pertama kali jatuh cinta pada Willy, alumni sekolahnya dulu, yang dikenal Kira karena pertemuan dengan alumni PMR. Kira adalah salah satu pengurus organisasi PMR, dan waktu itu.. Willy datang sebagai alumni di acara pelantikan PMR. Saat itu, adalah saat pertama kali Kira bertemu Willy, bahkan jatuh cinta pada Willy saat pandangan pertama.

Willy begitu cemerlang saat itu. Penuh wibawa, dan sangat tampan. Bukan hanya Kira yang tertarik dengan Willy hampir semua anak perempuan di ekskul PMR menaruh hati ke Willy. Kira juga tak terlalu banyak berharap. Bagaimanapun, Kira cukup tahu diri. Kakak alumni setampan itu, pasti sudah punya kekasih, kan.. Itu yang ada dipikiran Kira.

"Kamu pasang tandu sendirian?" Sapa Willy, saat melihat Kira memasang tandu dari tali sendirian. Dan itu adalah percakapan pertama mereka. Memang waktu itu, semua teman-temannya sedang sibuk mengurus untuk pelantikan adik tingkat. Kira pasrah mengerjakan sendiri. .

Kira mengangguk.

"Kamu bisa?" tanya Willy lagi, mengamati Kira

"Bisa, aku sering bikin ini sendiran." Kira menjawab jujur dan terus menlanjutkan membuat tandu.

"Siapa nama kamu?"

"ShaKira Chairunisa." jawab Kira singkat. Karena jantungnya semakin berdetak kencang terus saja di ajak bicara oleh Willy.

"Sha.. Sha.."

"Hah? Bukan kak. Panggil aku Kira aja! Temen-temenku panggil aku Kira!" Kira membetulkan nama panggilannya.

"Aku ga suka, Kira.. Emang di kira-kira? Heheh!" Willy iseng bercanda dengan Kira, lalu jongkok membantu Kira memasang tandu.

"Kalau kakak panggil aku Sha Sha, kaya bumbu penyedap makanan juga, kali!"

Hahahah.. Keduanya tertawa dan selanjutnya membahas hal lain yang berhubungan dengan tandu, PMR, sekolah, dan lainnya. Membuat pertemuan pertama membekas di hati Kira dan Willy. Sejak saat itu, Willy ga pernah absen untuk datang ke acara PMR sekolah Kira setiap minggu. Bahkan Willy secara langsung membantu adik-adik PMR nya, mengajarkakn berbagai hal yang diketahuinya dari ilmu kedokteran. Waktu itu, Willy sudah di tingkat tiga, sebagai mahasiswa kedokteran.

Sejak pertemuan pertama, Willy memang sudah berusaha mendekatkan diri dan menarik perhatian Kira.. Begitupun dengan Kira, benih-benih cinta mulai tumbuh alami di hatinya. Hingga akhirnya, di taman Ayodya ini, yang waktu itu dijadikan tempat pelatihan PMR dari sekolah Kira, Willy menyatakan pada Kira perasaannya.

"Kira, ada yang mau aku sampaikan ke kamu, bisa tunggu sebentar?" tanya Willy, berbisik ke Kira setelah kegiatan anak-anak PMR bubar.

"Mau sampaikan apa Kak?"

"Nanti aja, kamu tunggu di kursi taman di situ nanti ya! Sendiri aja, suruh teman-teman kamu pulang!" Willy tersenyum ke Kira, lalu meninggalkan Kira, untuk membantu membawa perlengkapan pelatihan ke dalam mobil bak sewaan dari sekolah.

Kira menunggu Willy di kursi taman. Sesuai dengan arahan Willy tadi. Lalu, ada beberapa pengunjung taman yang menghampiri Kira.

"Kak, ini untuk kakak!" sapa seseorang, sambil memberikan balon. Tak hanya satu, beberapa datang memberikan balon, coklat, dan terakhir seseorang datang memberikan bouquet bunga cantik untuk Kira,

"Saya ga pesen ini." Kira menolak.

"Tapi ini untuk kakak!" orang itu memaksa memberikan bouquet bunga dan pergi.

Kira agak kebingungan dengan balon yang masih dipegangnya, coklat, dan bouquet bunga. Lalu, ada pengamen datang, menyanyikan lagu kahitna - cantik, dengan dua orang laki-laki datang membentangkan poster besar, bertuliskan

"Aku Sayang dan Cinta Sama Kamu, Sha Sha! Maukah Kamu menjadi kekasihku?"

Akhirnya, Willy datang sudah berganti baju dengan kemeja putih, celana panjang hitam dan sepatu. Willy datang menghampiri Kira, berlutut, dihadapan Kira, yang saat itu masih duduk di kursi taman.

"Maukah kamu menjadi kekasihku, Sha Sha?"

Di tembak seperti itu, Kira yang pertama kali menerima lamaran, langsung mengangguk bahagia.

"Huffff... Kiraaaa... Ngapain kamu mikirin itu sih!" Kira memukul-mukul kepalanya. Mencoba menghapus bayangan Willy dari kepalanya.

"Kira?"

"Haaaah!" Kira menengok ke arah suara yang memanggilnya. "Kak Farid?"