webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · Urban
Not enough ratings
102 Chs

Makan Malam

"Ayo turun!" Ryan sudah membuka seatbelt, dan membuka pintu mobilnya.

Klek

Security membuka pintu Kira.

"Terima Kasih." jawab Kira ke security yang membantunya membuka pintu. Kira turun membawa tasnya.

"Andi!" Ryan menyuruh Asisten Andi mendekat dan menyerahkan kunci mobilnya pada Asisten Andi, yang tanpa disadari oleh Kira memang mengikuti di belakang mobil Ryan.

"Ayo!" Ryan menggandeng tangan Kira memasuki Restoran.

"Ehmm.. Kita makan disini?" tanya Kira dengan suara pelan, berbisik ke Ryan.

"Hmmm.. Kita makan di sini. Kenapa? Kamu ga suka western food?" Ryan melirik Kira.

"Hmmm.. Enggak.. Aku suka. Aku suka pizza hut, kok! Hehhe" jawab Kira.

"Pizza.. Huh.. Cuma itu pengetahuanmu tentang western food?" Ryan menyindir dan tertawa kecil.

"Ish.. Segitu juga sudah mahal, kau tahu untuk makan di pizza hut, itu aku mesti hemat satu minggu, itupun patungan sama Rini dan Deby!" Kira menjelaskan masih sambil berbisik. "Aku kan bukan sultan kaya kamu, yang beli mobil belum keluar dipasaran juga bisa kamu beli, huff!"

"Hahahahah.." Ryan justru tergelak tawa dengan perkataan Kira.

"Dia lagi-lagi bilang aku sultan! Hahaha.. Kamu jangan kawatir, ShaKira Chairunisa, kalau kamu memang suka pizza, minggu depan aku akan minta Andi menyiapkan tiket untuk kita ke Italy." Ryan sangat bangga dengan sebutan sultan dari Kira. Hatinya sangat berbunga-bunga. Bahkan sudah merencanakan liburan fantastis dalam kepalanya.

Ryan menggandeng tangan Kira masuk ke dalam restoran dengan interior bergaya klasik eropa. Para bodyguard Ryan juga sudah ada disekeliling Ryan, dengan Asisten Andi berjalan paling belakang setelah bodyguard yang di belakang Ryan.

"Huaaaaah.. Bagus banget design interiornya.. Kaya lagi ga ada di Indonesia!" Kira mengomentari ornamen-ornamen dalam restoran yang didatanginya.

"Kamu suka?" tanya Ryan yang melihat Kira sangat antusias.

"Hmmm.. Bagus banget! Lampu kristalnya juga bagus banget! Beneran kaya lagi ada di Eropa! Hihi." Kira yang memang tertarik dengan yang berbau Eropa, sangat antusias.

"Kamu pernah ke Eropa?"

"Haaah.. Belumlah, cuma sultan yang bisa jalan-jalan ke sana. Nah aku? Hahaha.. Makan pagiku aja, tadi kamu yang bayar! Hihi" Kira bicara spontan, tanpa dipikir dulu.

"Maksudmu?"

"Tadi, aku bayar makan pagi di kampus pakai uang kamu. Termasuk bayarin makan Sari dan bodyguard yang lain pakai uang kamu. Mmmmm.. Gapapa kan?" tanya Kira sedikit khawatir.

"Hmmm.. Pakailah. Kau boleh pakai untuk apapun juga!

"Hahaha.. Apa dia bilang.. Akhirnya dia memakai uangku.. Hahaha.. Jadi sekarang aku sudah berguna untuknya, kan? Dia sudah ga mengandalkan beasiswanya lagi, dan sudah mau memakai uangku untuk kebutuhannya? Hmm.. Aku harus suruh Andi menambah cash untuknya, setiap hari." Ryan semakin bahagia dengan kejujuran Kira tadi. Walaupun dia masih terlihat cool di luar, tapi hatinya sudah loncat-loncat bergembira.

"Selamat datang, Tuan Ryan!" sapa seorang pelayan wanita yang memotong percakapan Kira dan Ryan tadi. Pelayan ini tampak sudah mengenal Ryan. Senyumnya juga sudah merekah saat melihat Ryan datang mendekat. Dia berjalan di depan Kira dan Ryan, lalu menunjukkan Ruang private yang memang sudah biasa di booking oleh Asisten Andi untuk Ryan.

"Kamu mau makan apa?"

"Hmm... Apa aja.. Asal halal, ya!"

"Maksudmu?" Ryan melirik Kira.

"Ga ada pork, ga ada kandungan alkoholnya juga, ga ada makanan terbuat dari darah yang di masak, ga ada makanan yang dibuat dari daging hewan yang hidup di dua alam, ga ada daging anjing, makanan yang dibuat dari bangkai, ga ada kandungan minyak atau apapun dari yang diharamkan buat di makan."

"Aku ga ngerti!" Ryan menjawab, sambil mengernyitkan dahi karena pusing mendengar penjelasan Kira.

"Haaaah.. Aku udah jelasin panjang lebar.. Dia.. Masih juga ga ngerti? Sekerdil apa sih otaknya? Gitu selalu bilang aku bodoh bodoh dan bodoh! Huffff!" hati Kira sudah protes kesal ke Ryan.

"Ngomong apa sih dia? Makan aja kok aku harus pusing sama penjelasannya?" Ryan sedikit kesal.

"Haaah.. Gini aja. Aku pilih menu ayam atau beef. Pokoknya kamu bilang aja halal food. Bagian dapur pasti tau!" Kira sudah males menjelaskan panjang lebar ke Ryan, memilih cara tercepat yang penting aman untuknya. Halal food, toh semua orang yang bekerja di restoran pasti tahu apa yang dimaksud Kira, begitu pikirnya.

Ryan menjelaskan request Kira ke pelayan wanita, lalu dia keluar untuk mengantarkan orderan Ryan ke bagian dapur.

Hanya Kira dan Ryan dalam ruangan ini. Menu kali ini adalah Italian Food. Ryan yang pilih. Ryan memesan Turista menu. Makanan khas romawi kuno. Yang biasanya terdiri atas empat sampai lima tahapan, yaitu makanan pembuka, biasanya bukan pasta atau di sebut antipasto, lalu makanan pertama, yang biasanya adalah pasta, lalu lauk dengan daging, makanan ke empat adalah penutup, dan terakhir, ditutup dengan minuman. Biasanya, minuman beralkohol.

Tak banyak yang mereka obrolkan selama makan. Kira hanya bertanya tentang makanan yang dipesan Ryan, nama makanannya dan dia juga memperhatikan cara Ryan memakan makanannya. Ini adalah pertama kalinya Kira makan di fine dinning seperti sekarang. Kira sedikit gugup. Apalagi dengan banyaknya garpu, sendok dan juga ada pisau di pinggir piringnya. Membuat Kira agak bingung. Dia ga ngerti sama sekali tentang table manner.

"Bagaimana aku memakannya dengan semua peralatan makan ini?" Kira berbisik ke Ryan. Kira cukup bingung mana yang harus dipilihnya duluan antara sendok, garpu, pisau di bagian atas, kanan dan kiri piringnya. Belum lagi empat gelas-gelas yang ada dikanan atasnya dan satu piring kecil dengan pisau kecil disebelah kiri atasnya.

"Lihat aku. Kau bisa ikuti aku!" Ryan mencontohkan, Kira mengikutinya.

"Sepertinya aku harus sering mengajaknya makan seperti ini.. Dia harus terbiasa.. Hahaha.. Kenapa aku ini? Kenapa aku senang sekali bisa mengajarinya? Pasti ini karena rasa kasihanku padanya.. Ehmm...bukan-bukan.. Aku hanya ga mau ada orang bodoh di dekatku! Yah pasti alasannya itu kan?" dalam hati Ryan, ada kebanggaan sendiri bisa mengajari Kira seperti itu. Ryan sangat bahagia tanpa alasan yang jelas.

Kali ini, Ryan membiarkan Kira membuka niqobnya walaupun ada satu pelayan wanita di dalam. Karena, agak sulit untuk sistem makan seperti ini kalau Ryan menginginkan pelayan tadi menunggu di luar dan dia juga ingin melihat wajah Kira. Dia harus teriak-teriak bolak balik untuk mengganti menu yang sudah habis dan harus di ganti dengan set menu yang selanjutnya.

"Suamiku.. Kamu.. Minum alkohol?" tanya Kira ragu-ragu saat Ryan menenggak Barbaresco wine khas Italia, setelah semua set menu tadi sudah keluar. Kira sendiri memilih meminum air putih. Terlalu banyak pasta, serta dessert yang menurutnya sangat manis.

"Hmm.." Ryan melirik Kira. "Kamu mau?" tanya Ryan.

Kira menggeleng

"Dosa! Haram itu, ada dalam Al-Qur'an larangannya.. Nih, aku kasih tau. Kira membaca bahasa arabnya, lalu membacakan artinya.

"Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar dari manfaatnya." ada di surah Al-Baqarah, ayat dua ratus sembilan belas.

Terus... Ada juga di hadist Nabi, yaitu "Alkohol adalah induk dari segala kejahatan dan ini adalah kejahatan yang paling memalukan." sunnah sahih, dari Ibnu Majah." Kira menjelaskan ke Ryan

"Jadi maksud kamu aku ga boleh minum ini?" Ryan menaruh gelasnya dan menatap ke Kira.

Kira mengangguk.

"Kenapa?" Tanya Ryan lagi.

"Agama kamu islam, kan.. suamiku?" tanya Kira.

Ryan mengangguk.

"Ya, berarti ga boleh. Hehe.." jawab Kira dengan tertawa kecil setelahnya.

"Kalau aku bukan islam?"

"Ya boleh.. Tapi kamu harus ceraikan aku, suamiku.."

"Apa maksudmu?"

"Kalau kamu bukan islam lagi, kamu harus menceraikan aku. Karena aku islam, dan aku ga akan mengikuti kamu pindah agama." Kira menjawab cepat.

"Hmm.. Jadi kamu mau minta cerai dariku?" Ryan menatap dengan tatapan ga suka ke Kira.

Kira menggeleng. "Kita masih satu agamakan?" tanya Kira sedikit takut

Ryan seperti berpikir sebentar.

"Hmm.. Tentu saja. Waktu kita nikah itu dalam masjid, kan? Terus aku harus baca.. Apa itu? Hmmmm (Ryan berpikir sebentar) dua kalimat syahadat. Benarkan?" jawab Ryan.

"Hihi.. Kalau begitu, kamu masih suamiku." jawab Kira.

"Hah, memang kau pikir akan mudah untuk membuatku tak lagi menjadi suamimu?" Ryan memicingkan matanya.

"Heheh.. Aku ga akan kemana-mana.. Aku tetap jadi istrimu!" Kira cari aman setelah melihat nada mengancam dalam kalimat Ryan.

"Tapi aku mau minum ini." Ryan memegang gelasnya.

"Haaaah.. Terserah kamulah.. Aku sudah kasih tau, gugur sudah kewajibanku! Kalau nanti ada apa-apa di akherat, kamu ga bisa tarik aku ikut ke neraka sama kamu, ya!" Kira memperingatkan. Entah keberanian dari mana yang membuat Kira bisa berkata seperti itu ke Ryan.

"Apa maksudmu? Apa maksudmu dengan akherat dan neraka?" Ryan mengernyitkan dahi, kebingungan.

"Suamiku.. Kamu tahu Heaven.. Hell.."

Ryan mengangguk.

"The after life?" tanya Kira lagi.

Ryan mengangguk.

"Huuuh.. harus pakai bahasa inggris dulu baru ngerti!" Kira mencibir Ryan dalam hatinya.

"Ya, itu.. alam akherat. Alam di mana kita hidup setelah mati. Alam di mana semua amal ibadah kita, baik ataupun buruk akan di timbang. Amal di mana semua akan di minta pertanggungjawaban. Kita ga bisa lari lagi dari situ, ga bisa bohong, ga ada yang bisa tolong kita. Selain perbuatan baik kita di dunia."

"Aku ga ngerti yang kamu jelasin! Glek!" Ryan meminum wine dari gelasnya.

"Haaah.. Susah ngejelasinnya.. Terserah dialah! Pokoknya, kita nafsi-nafsi aja nantimah! Huffff." Kira kesal sendiri. Dan bicara serampangan Walaupun hanya dalam hati mengutarakan protes ke Ryan.

"Kamu udah makannya?" tanya Ryan, setelah mengenggak wine-nya.

Kira mengangguk.

"Mau pulang sekarang?" tanya Ryan

Kira mengangguk lagi.

"Ayo!" Ryan berdiri dan menggandeng tangan Kira untuk keluar.

"Suamiku!" Kira menutup sedikit pintu yang sudah dibuka Ryan tadi, sebelum orang di luar menyandari.

"Ka.."

"Sssst.." Kira menutup mulut Ryan sebelum orang di depan menyadari kalau orang yang ada di dalam adalah Kira dan Ryan.

"Diam dulu.. Aku mau dengar mereka lagi bicarakan apa!" Kira berbisik ke Ryan dan kembali menguping.