webnovel

Peran Utama

CherilynCey · Teen
Not enough ratings
390 Chs

Rencana

Sarapan menjadi hal yang terpenting bagi Daya. Tidak hanya soal keuntungan untuk kesehatan tubuhnya tetapi juga dengan kedekatan dengan papanya. Hanya saat sarapan Daya bisa bertemu dengan papanya dan mengobrol sebentar. Selepas sarapan papanya akan menyibukkan diri dengan urusan kantor dan perempuan yang sedang dekat dengannya.

"Gimana festivalnya?" tanya papanya di sela-sela mereka sarapan.

"Seru Pa," jawab Eki.

"Seru, kalo aja Kak Eki enggak ngajak pulang cepat." Daya melirik tajam ke arah Eki.

"Day ... sori soal itu," keluh Eki.

"Kenapa pulang cepat?"

"Kak Eki, baru ingat dia punya tugas kuliah. Dikumpulkan pagi ini. Kebiasaan dia kan, ngerjain waktu mepet sama batas pengumpulan."

Papanya hanya tersenyum melihat Daya memarahi Eki. Walau dia jarang di rumah, dia sudah sering melihat Daya protes soal kebiasaan Eki mengerjakan tugas. Omelan Daya seakan tidak pernah habis. Selain itu, Eki sepertinya tidak akan bosan mendapatkan omongan itu.

"Ada yang dekatin Daya di sana," kata Eki mengalihkan pembicaraan.

"Siapa?"

"Artis sinetron. Lagi sering muncul di TV. Ternyata, dia teman Eki pas di rumah di sana," jelas Eki dan kemudian dia terdiam. Matanya melirik ke Daya dan papanya. Kedua orang itu ikut terdiam seperti dirinya.

Eki tau dia sudah salah bicara. Di rumah mereka yang baru ini, memang tidak ada tulisan dilarang mengungkit masa lalu di rumah lama. Namun larang itu tidak boleh dilanggar oleh Daya, papanya dan Eki.

Terdengar hembusan napas panjang dari papanya. Daya sendari tadi melamun kini melihat ke arah papanya yang sedang meneguk air di gelasnya. Lalu papanya menatap Eki.

"Kamu sama Cecilia gimana?"

Perlahan Daya menghembuskan napas lega. Setidaknya mereka punya oboral yang lain. Sehingga tidak tenggelam dengan situasi yang canggung seperti tadi.

"Baik-baik aja Pa," jawab Eki yang masih ragu untuk berbicara karena takut salah bicara lagi.

"Kamu harus jagain dia. Papa liat dia anak yang baik, dia pekerja keras."

Daya menoleh pada Eki. Kakaknya itu mengangguk dan berkata, "Iya Pa."

Membayangkan bagaimana Cecilia, membuat Daya bertanya-tanya. Bagaimana seorang seperti Cecilia dinilai sebagai orang yang baik? Menurut Daya, cewek itu malah sebagai pengaruh yang buruk untuk kakaknya.

Semenjak Eki dekat dengan Cecilia, cowok itu selalu mengerjakan tugas saat mendekati waktu pengumpulan. Selain itu, semenjak mereka pacaran Eki jadi mengenal minuman alkohol. Padahal, sebelum itu Eki tidak pernah menyentuh minuman tanpa manfaat itu.

***

"Kak, gimana bisa sih Kakak suka sama Cecil?" tanya Daya saat mereka hanya berdua di dalam mobil.

"Karena cinta," jawab Eki santai.

Day memutar bola matanya. Dia tahu itu bukan jawaban yang jujur dari kakaknya. "Kenapa Kakak enggak pacaran sama cewek yang lebih bagus dari Kak Cerry sih?"

Eki tersenyum sinis. "Lebih bagus dari Cerry dalam soal apa? Mereka berdua sama palsunya."

"Kakak sudah tau mereka sama palsunya, tapi masih aja milih Cecil."

"Cerry palsu di depan Kakak, sedangkan Cecil palsu di depan semua orang tapi dia jujur di depan Kakak. Paham nggak?"

Daya melipat kedua tangannya di depan dada. "Tapi tetap aja Kak, lebih bagus Kak Cerry. Seenggaknya Kak Cerry nggak pengaruhi hal buruk sama Kakak."

"Pengaruh buruk gimana?" Tatapan Eki tidak terlepas dari jalanan yang ada di hadapannya.

Saat pagi seperti ini jalanan sedang penuh. Dia harus lebih berhati-hati dan pintar mencari celah untuk jalan lebih cepat.

"Selama Kakak pacaran sama Cecil, Kakak jadi suka minum. Terutama soal ngerjain tugas yang mepet sama waktu dikumpulnya."

"Oke, soal tugas Kakak bakalan lebih perhatiin lagi. Tapi soal alkohol? Sebelum sama Cecil, Kakak juga pernah minum."

"Tapi, sekarang jadi lebih sering," bantah Daya. "Cecil di YouTube aja, keliatannya anak rajin, baik. Aslinya stres dikit aja, pelariannya ke alkohol."

"Stres dikit?" tanya Eki mengulangi omongan Daya. Dengan nada sinis Eki berkata, "Day, kamu enggak tau apa yang hadapin tiap hari. Aslinya, Cecilia itu enggak suka sama kamera tapi dia harus ngelakuin itu."

"Kenapa dia paksain kalau enggak suka? Bukannya pekerjaan dia itu di bidang kreatif? Harusnya itu sama aja kayak hobi yang dibayar."

"Gimana kalau aku bilang, Cecil begitu karena dia dituntut untuk dapatin uang?" tanya Eki.

Akhirnya dia bisa menoleh pada Daya karena mobilnya sudah berhenti di pinggir jalan.Melihat Daya hanya terdiam, Eki pun melanjutkan lagi perkataannya.

"Orangtua Cecilia kelilit hutang. Papanya kabur enggak tau ke mana dan mamanya lagi sakit parah di luar kota. Semua beban keuangan ditanggung sama Cecil. Bisa kebayang nggak jadi dia?"

Daya masih saja bungkam seribu bahasa.

"Kerja yang ngandelin gaji tiap bulan itu enggak bakalan ke tolong. Itu kenapa Cecilia bikin sensasi diawal kemunculannya dan baru setelah dia memperbaiki konten yang dia buat untuk menarik minat penonton. Dari sana tentu dia bisa dapat uang yang lumayan. Sekarang hutang orangtuanya sudah lunas hampir lunas tapi dia tetap harus usaha buat biayain pengobatan mamanya. Ngerti?"

Cerita tentang orang tua Cecilia jarang ada orang lain tau. Cecilia sendiri pun hanya membagikannya pada Eki dan managernya saja. Cecil tidak ingin orang mengasihaninya, dia ingin terlihat baik-baik di depan banyak orang.

"Kalau kamu pikir Cecil cuma punya dua sisi, kayak mata koin. Kamu emang enggak salah, karena itu yang pengin ditunjukkan Cecil. Tapi aku orang terdekatnya. Aku ngeliat sisi yang enggak ditunjukkan dia tunjukkan ke semua orang. Aku bisa ngeliat dia pakai topeng baik, buruk dan rapuhnya."

"Karena sudah ngeliat semua topeng Kak Cecil, itu bikin Kakak cinta sama dia?" tanya Daya akhirnya setelah mendengarkan semua penjelasan dari Eki.

"Cerry, Papa, Mama udah nunjukin gimana itu kepalsuan. Gimana bisa Kakak bisa percaya sama Cinta?" tanya Eki.

Daya tersenyum getir. Dia mengerti apa yang dimaksudkan oleh kakaknya. Cerry pacar pertama kakaknya yang selingkuh dengan orang lain. Padahal Eki sudah melakukan segalanya untuk cewek itu.

Kemudian si rumah lama, Eki sering kali melihat mamanya membawa adik papanya ke rumah dan masuk ke dalam kamar. Saat itu Eki sudah cukup besar untuk mengerti apa yang dilakukan mamanya dengan laki-laki itu.

Eki mengadu pada papanya dan dia malah mengetahui fakta lain. Bahwa papanya juga berselingkuh dengan salah seorang teman kantornya. Tentu saja tahun-tahun itu adalah hal yang berat di alami Eki dan Daya.

Jika ada yang menyinggung soal lingkungan lama, pikiran mereka akan berkelana pada tahun yang menyakitkan itu. Tidak ada yang ingin mengulang masa itu. Mereka semua berjanji untuk meninggalkan dan tidak membahas soal itu hingga sekarang.

"Udah sana turun, nanti malah telat masuk," kata Eki.

Daya mengangguk dan turun dari mobil. Dia memaksakan tersenyum untuk melambaikan tangan saat Eki hendak pergi meninggalkan Daya.