webnovel

BAB 10 KENANGAN

BAB 10 KENANGAN

Novia merapatkan jaket yang tidak bisa menghalau rasa dingin. Dia tergesa keluar dari flatnya saat ini. Udara dingin yang menerpa tubuhnya makin membuatnya menggigil. Harusnya dia masih bergelung dengan nyaman di atas kasur dan di balik selimut. Tapi dia harus keluar untuk membelikan sesuatu. Nanti malam dia akan bertolak ke Indonesia. Mendapat kabar kalau mamanya sakit, Novia sudah panik.

Tapi satu yang memang membuatnya pulang setelah 1 tahun lebih di sini adalah karena dia ingin menemui Raihan. Suaminya yang sudah sangat baik kepadanya.

Hari-hari pertama dia di London, Raihanlah yang menjadi temannya. Menelepon dia tiap hari meski hanya berupa basa basi. Cuma itu sudah membuat hatinya menghangat. Raihan yang bersikap angkuh untuk pertama kalinya saat mereka bertemu ternyata sangat perhatian kepadanya. Itu diluar ekspektasinya.

Dia ingin mengucapkan terimakasih dan memberikan hak dan kewajibannya. Libur musim dingin memang membuatnya bisa pulang ke Indonesia untuk beberapa saat.

Novia berhenti di seberang jalan sebuah toko pakaian. Dia ingin membelikan Raihan sebuah jaket. Novia tersenyun sendiri, menyadari kalau hatinya memang sudah dipenuhi oleh nama Raihan. Dari arah jauh dia mengamati lampu-lampu toko yang sudah menyala.

Saat itulah seorang anak yang entah datang darimana tiba-tiba berlari dari arah depannya padahal lampu jalan masih memberi waktu untuk mobil berjalan.

Refleks Novia langsung berlari dan mendorong dengan keras saat anak itu bisa ditangkapnya tapi suara klakson yang panjang memekakan telinga membuat Novia terdiam.

Naas untuknya, dia tidak bisa menghindar lagi saat sebuah mobil melaju dengan kecepatan kencang menuju arahnya. Novia masih teringat wajah Raihan saat mobil itu menghantamnya dengan keras. Bahkan sampai terlempar dan jatuh begitu keras di atas aspal sebelum rasa sakit yang amat sangat membuat kesadarannya hilang yang diingatnya hanya Raihan. Dia tidak akan bisa bertemu lagi dengan suaminya.

******

"Tidaaaakkkkk."

Novia terengah merasa tidak bisa bernafas. Bau darah dan juga rasa nyeri yang sangat membuatnya makin berteriak. Tapi tiba-tiba tubuhnya didekap. Tangan hangat itu memeluknya dengan erat.

"Sayang...hei... tenanglah."

Suara menenangkan itu mampu menarik Novia dari gelembung ketakutan. Matanya terbuka dan nafasnya tersengal saat mendapati Raihan ada di sisinya. Bahkan kini telah berada di sampingnya dan mendekap tubuhnya yang basah oleh keringat dingin.

"Istigfar sayang."

"Astagfirullah."

Novia beristigfar dan kini mencoba untuk tenang. Mimpi buruknya hadir lagi. Dia sudah lelah menghadapi mimpi yang setiap malam datang.

"Minum?" Raihan meraih air mineral yang memang disediakan di atas nakas. Lalu membantu Novia untuk meminumnya.

Setelah selesai Raihan mengusap kepala Novia dengan lembut.

"Mau berbagi cerita denganku?"

Pertanyaan itu membuat Novia menatap Raihan. Dia mengerjap lalu menghela nafas.

"Bantu aku untuk duduk."

Sebenarnya dia malu meminta bantuan Raihan, tapi kalau malam begini kakinya akan terasa begitu sakit karena udara dingin. Dan hal itu membuat Novia sedikit lebih sulit untuk duduk sendiri.

Raihan langsung membantunya. Tapi bukannya menempatkan Novia untuk bersandar di bantal, Raihan malah menggunakan tubuhnya sendiri untuk menopang Novia. Tentu saja Novia sangat canggung ketika tubuhnya ditarik untuk bersandar di dada bidang milik Raihan.

"Rai.."

"Husst."

Novia akhirnya terdiam dan kini merasakan Raihan melingkarkan tangannya di perut Novia. Tangan Raihan yang satu mengusap lembut kepala Novia yang bersandar di dadanya.

"Sekarang ceritalah." Nafas hangat menerpa telinganya. Membuat jantung Novia makin berdegup dengan kencang.

"Aku...tidak aku.."

Novia mengucapkan itu dengan terbata. Dia bingung apa yang harus dikatakannya.

"Apa yang mengganggu tidur nyenyakmu? Apakah kakimu terasa sakit?"

Raihan ada di samping pipinya persis saat mengatakan itu. Bahkan dia bisa merasakan sentuhan lembut di sana. Bibir Raihan terasa hangat di pipinya. Hal itu makin membuat Novia merasa malu.

"Atau kecelakaan itu masih membuatmu terganggu?"

Novia mencoba memejamkan mata. Menenangkan jantungnya yang berdegup dengan kencang. Kedekatan ini tidak bisa ditolaknya.

"Mimpi itu tiap malam akan membawaku kembali ke malam saat aku ditabrak. Meskipun aku sudah berusaha mengenyahkan semuanya tapi tiap malam selalu kembali lagi. Bagai hantu dari masa lalu yang selalu membayangi."

Nafas Novia mulai terasa sesak lagi. Tapi tangan Raihan mengusap bahunya dengan lembut. Novia bisa merasakan kecupan lembut di pucuk kepalanya.

"Lupakan sayang, lupakanlah."

Bisikan itu begitu lembut. Membuat ketegangan Novia mereda. Dia bersandar rileks di tubuh Raihan yang terasa keras dan berotot itu.

"Ada aku di sini yang akan siap mengusir tiap hantu dari masa lalu. Aku akan melindungimu."