webnovel

2. Taruhan Di Atas Meja

"Kenapa kau diam, kemarilah!"

Rasa takut memenuhi pikirannya. Selama jadi kupu-kupu malam baru kali ini dia takut mendekati lelaki. Dia bahkan tak sanggup berbicara. Tangannya dingin, tubuhnya mulai berkeringat, Elnara ragu untuk melangkah mendekati lelaki tampan berkaca mata itu.

"Bukannya kau ingin uang 2 Milyar, jadi kemarilah wanita liar!"

"Kenapa aku merasa terhina disebut wanita liar? bukankah selama ini aku memang kotor?" batin Elnara.

"Kucing kecil belum dipanaskan, mungkin kalau kita semua memanaskannya, dia akan mengigit dan mencakar." Seorang lelaki cantik meledek Elnara.

"Iya aku ke situ." Elnara menjawab dengan ragu. Dia berjalan menghampiri para lelaki yang duduk di sofa. Mereka terlihat sedang memainkan sebuah kartu.

"Aku takut," batin Elnara berkecamuk.

Elnara berdiri di depan lelaki berkaca mata. Dia meremas dress di pahanya karena rasa takut dan tegang yang menguasai dirinya.

"Duduklah di tengah meja!"

"Untuk apa?" tanya Elnara spontan.

"Kau hadiah permainan ini jadi menurutlah!"

Hadiah?

Tanda tanya besar tergambar dipikiran Elnara. Apa yang dimaksud hadiah di sini? apa dia hadiah untuk permainan mereka atau dia akan memuaskan semua lelaki yang ada di ruangan itu?

"Kenapa bengong? duduklah!"

Elnara masih terdiam. Dia melihat ke sekeliling. Semua lelaki memandangnya sinis. Biasanya ketika Elnara berada di antara lelaki, mereka semua memandangnya penuh hasrat membara bahkan sampai ngiler melihat kecantikan dan keindahan tubuhnya tapi kali ini sangat berbeda.

"Sepertinya tanpa sehelai benang lebih menarik." Seorang lelaki cantik yang tadi kembali mengolok Elnara.

"Apa?" Elnara terkejut. Tanpa sehelai benang di antara lelaki yang memandangnya sinis. Apa dia akan jadi ayam bekakak yang siap disajikan dan dinikmati banyak orang?

"Tapi ...," ucap Elnara.

"Kenapa? wanita liar sepertimu sudah biasa tak punya malu dan melakukan apapun demi uang bukan?"

"Iya, dia benar. Aku memang melakukan apapun demi uang bahkan menjual harga diriku," batin Elnara.

"Baiklah."

Elnara mulai melepas dress yang dikenakannya tapi seorang lelaki dari belakang meraih tangannya dan menghentikannya.

"Tidak lucu kalian mengolok wanita malam ini," ucap lelaki tampan yang berdiri di belakang Elnara.

"Evander kau ingin ikut bermain? sepertinya kau juga harus melihat wanita liar ini jadi hadiah untuk yang kalah bermain."

"Jangan sayang, aku tak rela dibagi dengan wanita liar itu."

Elnara hanya menunduk, tidak berani berkata apapun. Rasanya seperti dihina oleh para lelaki di sekelilingnya.

"Aku tidak ingin bermain, kalian saja." Evander langsung menolak.

"Tuan rumah harus bermain, mana tahu menang, kau bisa merasakan rasanya bercinta dengan wanita."

Semua orang tertawa. Evander menatap dingin semua orang yang duduk di sofa.

"Aku ikut bermain." Suara lantang Evander menghentikan tawa semua orang yang duduk.

"Bagus, ini baru seru." Seorang lelaki berkaca mata tersenyum mendengar ucapan Evander.

Elnara duduk di tengah meja besar. Wajahnya yang cantik tak membuat lelaki-lelaki tampan itu tergoda sedikit pun, bahkan mereka seperti membencinya. Elnara menundukkan kepalanya menunggu permainan kartu itu selesai. Sementara Evander duduk, ikut bermain bersama teman-temannya. Sesekali melihat ke arah Elnara.

Matanya dan mata Elnara sempat tertaut. Ada rasa yang mendalam yang tak bisa dijelaskan. Seolah takdir memang sengaja mempertemukan mereka. Dua orang dengan latar belakang kelam dan berbeda.

"Kau kalah Evander, wanita malam ini milikmu," ucap lelaki berkaca mata.

"Aku tidak menginginkannya," sahut Evander.

Seorang lelaki cantik duduk di samping Evander dan merangkulnya.

"Sayang, kau tidak akan bermalam dengan wanita liar itukan?"

"Tidak." Evander menjawab singkat.

"Sudah menjadi kesepakatan kita semua, siapa yang kalah harus menghabiskan malam bersama wanita malam ini," ucap lelaki berkaca mata.

Elnara mulai mengerti tujuannya dipanggil ke tempat itu. Dia harus melayani lelaki berkelainan yang kalah dipermainan kartu itu.

"Aku akan mengganti dendanya, asal bebaskan wanita malam itu." Evander memberi penawaran pada semua orang yang mengikuti permainan itu.

"Tidak bisa, kau harus bermalam dengan wanita malam ini, tidak bisa dibantah!" Lelaki berkaca mata menegaskan ucapannya pada Evander.

Lelaki cantik tak rela Evander akan tidur bersama Elnara. Dia merengek di depan Evander tapi beberapa lelaki menangkapnya dan menjauhkannya dari Evander. Elnara dibawa naik ke lantai atas. Dia masuk ke dalam sebuah kamar.

"Tunggulah di sini, Evander akan segera datang."

"Iya." Elnara menjawab singkat.

Elnara duduk di ranjang. Menunggu kedatangan Evander.

"Kenapa aku jadi berdebar gini? seperti bukan diriku sendiri."

Elnara berkali-kali memastikan dandanannya dan merapikan penampilannya. Dia merasa tak pede dengan dirinya sendiri.

"Apa aku mandi biar harum? apa lelaki seperti dia ...? aku berpikir terlalu jauh."

Elnara masuk ke toilet untuk mandi. Kliennya kali ini sangat berbeda. Seorang lelaki berkelainan. Apa yang akan terjadi pada malam ini? apa akan sama dengan malam-malam yang biasa dilaluinya bersama lekaki hidung belang lainnya.

Selesai mandi Elnara mengenakan bath robes, keluar dari toilet. Dia terkejut saat mendapati Evander sudah ada di dalam kamar.

"A-aku mandi, kau suka wanita berdandan atau tidak?"

Elnara berusaha mencairkan suasana canggung.

"Aku belum pernah menghabiskan malam dengan wanita, aku juga tidak menyukai wanita."