webnovel

Ia Adalah Mangsanya!

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Tidak ada kotak P3K di kereta. Yun Xi mengeluarkan kotak pensil dari ranselnya, mengeluarkan isi pulpen dan memasukkannya ke tenggorokan, lalu meniup ke tenggorokan satu demi persatu. Serangkaian tindakan dilakukan Yun Xi, mulai dari membuka tenggorokan hingga memberikan pertolongan pertama. Setiap langkah dilakukannya dengan tertib.

Mu Feichi memperhatikan Yun Xi dan tak menduga bahwa gerakan Yun Xi terlihat akurat dan terampil dengan menggunakan pisau itu. Tidak hanya tangannya yang tidak gemetaran, mata Yun Xi yang terfokus juga sangat berbeda dari gadis yang saat itu pingsan ketika melihat Da Bai.

Kecambah kecil di depan Mu Feichi memegang pisau bedah dengan sangat hati-hati. Wajahnya merona merah muda dan kekanak-kanakan, seperti kelinci kecil yang lembut dan imut. Sosoknya penuh dengan aura seorang gadis muda. Yun Xi seharusnya belum dewasa di usia ini dan ia dibesarkan di pedesaan. Matanya cerah, jernih, dan tampak belum tercemar oleh dunia luar.

Yun Xi menajamkan fokusnya untuk perawatan darurat. Setelah diulur-ulur oleh Jiang Wanyun untuk waktu yang cukup lama, ia takut Shen Yichen tidak akan bisa kembali lagi jika sedetik saja terlambat. Untungnya, Yun Xi tepat waktu. Setelah pertolongan pertama, ia akhirnya merasa bahwa Shen Yichen bernapas secara spontan melalui tenggorokannya. Ia pun membantu pria itu untuk bangun dan bernapas.

"Tuan Mu, bantu saya!" Yun Xi mengangkat kepalanya dan meminta Shen Yichen untuk mencondongkan tubuh ke depan, "Tepuk punggungnya dengan keras!"

Yun Xi mengulurkan tangan, memegang tulang rusuk Shen Yichen, dan menekan beberapa kali pada frekuensi yang sama. Mu Feichi menepuk punggung Shen Yichen dengan keras sampai ia terbatuk dan mengeluarkan roti yang mengangkut di tenggorokannya dan membuatnya tersedak. Setelah mengeluarkan roti itu, Shen Yichen akhirnya bisa bernapas sendiri dan kemudian perlahan-lahan bangun.

Jiang Wanyun setelah melihat putranya bangun dan merasa lega. Ia segera berterima kasih kepada Buddha dengan sepenuh hati. Setelah itu, Qi Yuan memberikan kotak P3K. Yun Xi melihat Shen Yichen yang sudah bangun dan menyandarkan pria itu di kursi.

"Jangan bergerak. Jangan bicara. Aku akan menghentikan pendarahan sementara untuk menghindari infeksi. Luka ini perlu dijahit di rumah sakit secepatnya," kata Yun Xi. Ia menyingkirkan pisau bedahnya, berdiri, dan menatap lurus ke arah Shen Yichen yang menatapnya dan membuka mulutnya tapi tidak bisa berbicara.

Shen Yichen melihat Yun Xi, lalu Yun Xi balik menatapnya tanpa keraguan. Bayangan pria itu tercermin di mata Yun Xi yang cerah dan ada sedikit cahaya yang berkilauan, seolah-olah ia bisa melihat menembus jiwa. Shen Yichen sedikit berkedip dan terbit senyum pucat di bibirnya, seolah ingin mengucapkan terima kasih karena Yun Xi telah menyelamatkan hidupnya.

Yun Xi turut menunjukkan senyum karena telah menyelamatkan nyawa Shen Yichen. Sangat halus, sederhana, dan menyenangkan. Untuk pertama kalinya, Yun Xi juga mengetahui bahwa pria ini tumbuh dengan tampan.

Mu Feichi yang merasa diabaikan melirik mereka berdua bergantian. Ia mengambil kotak P3K dari Qi Yuan dan meletakkannya ke tangan Yun Xi dengan wajah yang suram. Yun Xi menoleh, lalu tatapan pria itu tertuju di wajahnya. Tiba-tiba, ia merasa seperti akan dimangsa.

Benar! Mangsa! Mangsa yang terjerat di jaring berburu! batin Shen Yichen. Perasaan ini sangat aneh. Ia sedikit bingung sebelum kemudian mulai membuka kotak P3K untuk menghentikan pendarahan dan menempelkan perban.

Begitu Feng Rui melepaskan Jiang Wanyun, wanita itu langsung berlari ke arah Shen Yichen dan dengan gugup menyaksikan Yun Xi menghentikan pendarahan. Ada luka di leher putranya dan putranya hampir terbunuh. Jiang Wanyun sedikit takut dan matanya menatap Yun Xi dengan sedikit keraguan dan ketajaman. "Terima kasih…" gumamnya. Jiang Wanyun sedikit malu saat mengingat kembali perilaku agresifnya, terutama ketika ia menghadapi gadis kecil itu.

"Menyelamatkan nyawa seseorang adalah reaksi naluriah. Nyonya tidak perlu berterima kasih padaku," jawab Yun Xi. Ia sudah lama tidak memiliki pisau bedah dan ia bukan lagi dokter yang memiliki semangat tinggi. Lalu, ia berkata pada Mu Feichi, "Tuan Mu, tolong perintahkan petugas kereta untuk memanggil pihak rumah sakit di stasiun berikutnya dan perintahkan dokter untuk menunggu di stasiun!"

Shen Yichen merupakan putra sulung keluarga Shen yang berharga. Meskipun Yun Xi telah menyelamatkan nyawa orang itu, pekerjaan selanjutnya masih harus ditangani oleh petugas rumah sakit agar tidak ada kecelakaan yang tertanam di kepalanya.

Mu Feichi mengangguk, lalu menoleh ke arah Qi Yuan dan memerintahkannya.