webnovel

Ready to be yours

Kalau suami mu sering buat kamu sedih

Ajak dia duduk santai dan tanyakan. "Sebenarnya ini Rumah Tangga atau Rumah Duka?"

-Unknown-

.

.

.

.

"Ini nih... " Gean menunjuk salah satu sepatu yang ia rasa pantas untuk Tria, mereka tengah berada di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Jakarta Selatan.

"No," alis Tria mengernyit menatap sepatu pilihan Gean, flatshoes putih dengan motif bintang di bagian sisinya.

"Masih Lam ya?" Gean mendesah lama seolah sudah berjam-jam memasuki outlet sepatu, padahal baru lima belas menit yang lalu. "Saya laper."

Tria meletakkan kembali sepatu yang baru saja akan ia coba, "Ya udah makan. Mau makan apa?"

"Apa aja," ujar Gean senang, akhirnya ia bisa keluar dari outlet sepatu perempuan padahal baru lima belas menit yang lalu.

"Kamu nggak jadi beli sepatunya?" tanya Gean, Tria sibuk melirik beberapa tempat makan memang waiting list dan penuh saat weekend seperti ini, matanya masih menyapu sekitar area tempat makan.

"Nanti setelah makan deh, kita nyari sepatu lagi." tawar Gean ynag hanya ditinggali gelengan kepala oleh Tria.

"Udon mau?" tanya Tria, ada beberapa bangku kosong di tempat makan udon itu.

"Boleh," yang tidak Gean sadari adalah bahwa sejak tadi ia tak melepas tangan Tria sama sekali.

"Pak," Tria menatap tangannya yang masih disegel tangan Gean. Bagaimana ia bisa memesan makanan jika Gean masih menggenggam erat-erat tangannya.

"Maaf," Gean menggaruk kepalanya yang sama sekali tak gatal, terlihat jelas ia gugup.

Tria jadi gemas sendiri dengan tingkah Gean, lelaki yang berdiri di sampingnya ini terlalu unpredictable.

"Setelah makan saya boleh genggam tangan kamu lagi?"

Berlebihan memang kedengarannya, tapi Tria tidak bisa memungkiri rasa senang yang membuncah saat Gean menggenggam tangannya erat.

Gean sengaja memilih duduk bersisian dengan Tria, agar bisa lebih dekat. Dibandingkan harus duduk berhadapan, rasanya terlalu awkward baginya.

"Aku yang ambil minumnya," Gean mengambil gelas milik Tria.

"Saya mau tanya sesuatu," ucap Gean setelah kembali dengan segelas lemon tea.

"Apa?" Tria mulai menyuapkan udon miliknya dengan tambahan daun bawang.

"Sejak awal kamu menjadi sekretaris saya, kamu selalu tanpa ragu meminta maaf ketika sedang ada masalah. Apa saya sebegitu membuat kamu tertekan?" pertanyaan Gean cukup membuat Tria termenung, ia tidak pernah membayangkan jika Gean akan bertanya seperti itu.

"Kebanyakan orang sulit meminta maaf, alasan pertama karna mereka merasa kalau diri mereka paling benar, alasan kedua ego mereka terlalu tinggi hanya untuk sedikit tersenyum dan mengakui kesalahan." kata maaf memang terkadang sulit terucap, padahal dengan meminta maaf tak lantas membuat mereka jatuh miskin atau kehilangan harga diri.

"Meminta maaf bukan berarti kita merendahkan harga diri kata, kata maaf juga tak berarti bahwa kita salah. Dengan meminta maaf, kita sedang berusaha menghargai diri kita sendiri, kenapa saya selalu meminta maaf lebih dulu. Karena hubungan yang terjalin antara saya dan Pak Hean lebih penting dari sekedar ego."

Gean menarik sudut bibirnya, matanya sedikit memanas mendengar penjelasan Tria.

"Meskipun saya bukan yang terbaik di antara deretan perempuan yang bersedia mendampingi hidup Pak Gean, tapi saya tahu bagaimana membuat Pak Gean hidup nyaman dengan segala kekurangan yang saya miliki," ucap Tria yakin. Udon yang akan ia suapkan hampir-hampir tergelincir dari sendoknya.

"Kita enggak membutuhkan yang baik dari yang terbaik untuk diajak hidup bersama, kita hanya perlu menemukan orang yang pas. Yang mampu membuat kita merasa orang paling beruntung karna telah hidup bersamanya," kata Gean. Mangkuk Udon Gean hampir habis, ia melirik pada Tria yang sudah menghabiskan makanannya.

"Apa yang kamu enggak suka dari saya?"

Alis Tria sedikit terangkat ketika lagi-lagi Gean bertanya di luar pikirannya.

"Karena saya kekasih kamu, adalah hal yang harus saya ketahui. Mencoba memperbaiki diri untuk keutuhan hubungan kita ke depannya," jelas Gean. Karena kali ini Gean benar-benar serius, ia tidak mau membiarkan Tria pergi hanya karna ketidaknyamanan hidup bersamanya.

"Apa ya?" Tria tampak berpikir, ia mengingat hal apa yang tidak ia sukai dari Gean. "Perfeksionis dan penuh perencanaan, bukannya buruk sih. Cuman kadang kadar perfeksionis Pak Gean terlalu berlebihan. Ditambah lagi kadang jika merencanakan sesuatu harus detail sampai membuat kepala saya sakit, bukan hal yang harus diperbaiki. Karna keduanya sebenarnya sifat cukup baik," Tria menggigit bibir bawahnya sementara Gean menunggu kelanjutan ucapannya.

"Bukan masalah besar jika ada hal yang tidak kita sukai dari pasangan kita. Selama hal itu tidak melanggar moral dan mengarah ke perlakuan kriminal saya nggak terganggu, karna yang terpenting adalah bagaimana cara pasangan itu mengerti kekurangan pasangannya. No body perfect."

"I love you," ucap Tria, dalam binar kasih sayang yang terpendam sekian lama. Tria mengucapkannya dengan lembut namun penuh makna.

"Not as much as I love you," balas Gean dengan tangan yang kini sudah menggenggam tangan Tria erat.

This is end

Udah selesai ya...

Terimakasih untuk vote dan komennya 😄

Ada pesan dan kesan untuk Gean dan Tria nggak?

Drop your comment, here.

Of course if you want :)

Hehehe.

Makasih ya :)

Sabtu, 13 April 2019.

Buat aku setiap hari itu SELASA, SELASA dunia ini milik berdua. Kalau sama kamu.

-Unknown-