webnovel

Brunch

Aku sayang kamu, kamu sayang dia. Ya udah iya.

-Anonim-

"Gue mau minta penjelasan," Davin menatap tajam ke arah Gean. Tria sebenarnya tak peduli ketika Davin mengungkapkan ketidakpercayaannya terhadap hubungan Gean dan Tria, semua tergantung pada Gean. Mau berbohong atau jujur terhadap Davin.

Kronologis sampai Davin datang kemari adalah karena Gean mengumumkan hubungannya di salah satu grup chat tempat teman temannya bertukar kabar, Gean mengatakan jika dirinya sudah punya kekasih. Dan namanya Tria lah yang Gean tulis.

"Dengerin gue, mending lo duduk dulu di sofa." kata Gean, lewat matanya Gean memberi perintah agar Tria memberikan ia dan Davin waktu. Namun sepertinya Davin mengerti maksud Gean, karena dari itu ia menolak Tria meninggalkan ruangan.

"Gue butuh Tria di sini, karena gue yakin lo bakal bohongin gue dengan ngomong yang enggak-enggak," insting Davin selalu bekerja dengan baik, sebagai pembohong ulung ia jelas tak mau dibohongi.

"Ngapain, kan gue aja udah cukup."

"Gue masih nggak rela, kalau Tria jadi pacar lo. Kayak ada bunyi ranting ke injek di hati gue, kok lo bisa dapet cewek baik-baik?" Ketidakrelaan Davin membuat Gean semakin bingung, memang apa yang spesial dari Tria sampai Davin harus merasa iri?

"Nggak jelas lo, yang pacaran kan gue sama Tria. Kok lo yang sewot," timpal Gean.

Tria hanya bisa memandang penuh keluhan, mengapa dia harus berada di dalam perdebatan dua sahabat absurd ini. Davin ini memang terkenal playboy, lebih tepatnya ia penjahat kelamin. Kalau Tria mau menggeledah dompetnya, sudah dipastikan ia akan menemukan kondom yang selalu Davin bawa kemana-mana.

Berbeda dengan Davin, Gean hampir tak merasakan daya tarik terhadap wanita setelah apa yang dilakukan Aruna. Kekecewaan yang mendalam memberi luka yang amat membekas.

"Gue tadinya kan mau PDKT sama Tria, tapi kalian udah Officiall duluan. Kayaknya cupidnya salah nembakin panah deh, harusnya ke gue malah ke lo. Ge," Davin tak sadar jika ucapannya membuat perut Tria dan Gean geli.

"PDKT?" Gean maju melangkah mendekati Davin yang uring-uringan.

"Pernah Dipilih Kemudian Tereliminasi, itu malsud lo, Dav?"

"Sialan lo!"

"Gue sama Tria udah Official pacaran, cuman nggak mau bikin heboh sekantor jadi masih backstreet. Iya nggak Bun?" Gean menggerlingkan matanya, Tria menahan tangannya di mulut takut-takut isi perutnya terdorong paksa keluar setelah mendengar kata Bun dari mulut Gean.

"Bun? What do you mean?" tanya Davin, kerasukan setan apa Gean sampai jadi cheesy seperti itu.

"Bunda lah, ya kali buntelan kasur." Gean menepuk ruang kosong di sampingnya, menyuruh Tria untuk duduk di sampingnya.

"Aruna gimana? She is back!"

Tria duduk di samping Gean dengan senyum yang penuh paksaan, jadi Gean memilih berbohong juga pada sahabatnya.

"Dia cuma masa lalu gue, sekarang dan di masa depan ya cuma ada Tria di hidup gue," belajar dari mana Bos satu ini sampai Tria hampir lupa bagaimana caranya bernapas.

Inget Tria, ini cuma bohong. Orang kalau bohong mulutnya emang manis kayak madu, Tria mencoba menguatkan imannya dari godaan iblis yang menjelma menjadi Gean.

"Gue laper!"

"Hubungan lo laper sama gue apa?" tanya Gean heran.

"Gue mau minta Tria nemenin gue Brunch, tadi gue lupa sarapan."

"Gue ikut, enak aja lo. Pasti lo mau nikung gue kan?"

Tria berasa jadi patung pancoran. Mau ngomong takut salah bisa makin absurd nanti percakapan mereka ini.

"Biasanya lo biarin aja Tria nemenin gue makan siang, lo kan sibuk sama berkas-berkas lo." seingat Davin ini bukan kali pertama ia meminta Tria menemaninya makan, kadang secara kebetulan atau Davin meminta menemani Tria. Karena Davin sangat tidak suka makan sendirian, rasanya hampa.

"Itu kan dulu, sekarang Tria pacar gue. Nggak boleh gue biarin dia sembarangan pergi sama cowok, apalagi cowok modelan kayak lo. Yang pake kondom tiga kali sehari."

"Itu kondom apa Obat, Pak?" Tria sepertinya sudah salah bicara, mengingat kedua sahabat itu langsung membisu pergi keluar pintu.

*

Davin mengaduk-aduk spagheti nya tak selera. Ia masih belum puas mendengar penjelasan Gean.

"Lo sendiri yang bilang gue harus move on, tapi kok lo nggak seneng gitu gue sama Tria?"

"Bukannya nggak seneng, gue cuman nggak percaya aja. Gue ikhlas kok kalau lo emang bahagia sama Tria, tapi aura-aura orang fallin lovenya." sejak tadi Davin perhatikan keduanya masih kaku kayak baju baru yang belum dicuci.

"Sayang, katanya kita kurang mesra." Gean mengusap rambut Tria, wajah Tria sudah cemas tak karuan, ia belum bisa mengimbangi acting Gean. "Kita cuman nggak mau kemesraan kita jadi santapan publik."

"Yah Pak Davin nggak tau aja, Pak Gean itu mesra banget." Tria mencoba menyesuaikan diri, ia menatap Gean dengan senyum palsunya. "Hilang sepuluh menit dari radarnya saja dia langsung cari saya, takut saya kenapa-napa. Pernah saya mau ke toilet lima menit nggak bilang Pak Gean. Dia langsung mau lapor polisi."

Gean merasa dirinya tak selebay apa yang diucapkan Tria, tapi apadaya ia tak bisa membantahnya dari pada kebohongannya terbongkar.

"Mesra versi lo sama posesif beda tipis ya?" Davin tertawa rendah.

"Gue colok juga hidung lo pake sumpit," kesal Gean. "Lagian temennya dapet pacar bukannya seneng malah curiga, lo temen gue apa musuh gue sih?"

"Gitu aja sewot, entar darah lo naik lho. Kalau darah tinggi entar bisa kena serangan jantung," Davin dan analisisnya yang membumbung tinggi. "Kasian Tria nanti janda muda."

"Nikah aja belum, udah main jadi janda aja." Tria rasanya setuju jika Gean mencolok hidung Davin pake sumpit.

"Udah Bun, kita balik kantor aja. Capek ngomong sama jomblo yang nggak bisa terima kenyataan." Gean mengambil satu tangan Tria lalu menggenggamnya. "Kasta Brahmana kayak kita memang nggak pernah cocok sama Kasta Sudra."

****

29-Jan-2019

Yang mau ngambil cuti besok selamat bermalas-malasan lagi. Untuk kalian yang masih harus berjuang tenang ya. 💪💪