webnovel

ORAZIO

Malam itu menjadi malam terakhir bagi Lesya, dimana hidupnya berjalan dengan normal. Sejak gadis berusia 18 tahun itu membuka mata, semuanya telah berubah. Mulai dari kamar yang terlihat seperti kamar dari kerajaan mewah, sampai dirinya mendapat perlakuan istimewa dari seluruh penghuni istana. Sejak hari itu Lesya dipaksa untuk dipukul oleh nasibnya sendiri. Ia selalu berusaha memecahkan kehidupan apa yang sebenarnya tengah ia jalani. Transmigrasi? Tentunya bukan. Karena, dirinya masih ada dalam raga yang sama. Mereka menganggap Lesya sebagai seorang putri bangsawan kerajaan besar, dan yang lebih menariknya, rupanya gadis 18 tahun itu sedang berada di abad ke-22. Tidak berhenti disitu saja. Lesya semakin dibuat terkejut saat mengetahui jika Arsen, kekasihnya ada di sana, dengan sebuah fakta jika Arsen adalah Pangeran dari Kerajaan Prisam, atau Kerajaan berbentuk Monarki besar yang bisa menghancurkan Kerajaan lain kapanpun itu. Lantas, akankah Lesya berhasil menguak misteri yang sedang ia hadapi bersama kekasihnya?

Leni_Handayani_2611 · Fantasy
Not enough ratings
15 Chs

Love language

Hai, perkenalkan. Aku Sofia. Anak terakhir dari King Louis dan Ratu Eliza. Aku cukup bersyukur terlahir sebagai anak dari seorang pemimpin wilayah Swoires, dimana wilayahnya sungguh luas dan indah.

Aku tidak mengarang. Aku memang sangat menyukai pemandangan wilayah bagian barat milik Swoires. Selain karena pemandangan alamnya yang cantik, aku juga menyukai dia yang selalu menemaniku untuk pergi menikmati pemandangan tersebut.

Dia adalah Pangeran Justin, anak dari Raja Wilman atau musuh dari Ayah-ku.

Ya, benar. Kami memang telah menentang peraturan Kerajaan. Namun, aku tidak bisa mengambil keputusan apapun, apalagi jika harus berpisah dengannya.

Bagiku Pangeran Justin adalah segalanya. Dia lebih indah dari Wilayah bagian barat Swoires. Bahkan dia juga lebih istimewa dari Cakky, kucing kesayanganku.

Mungkin hanya itu yang bisa aku tulis pertama di buku kesayanganku ini. Aku akan kembali menyimpannya di dalam lemari, dengan tal ini pita berwarna biru muda pemberian Pangeran Justin minggu lalu.•

Setelah selesai membacanya, Arsen maupun Lesya termenung beberapa saat, menyimak kesimpulan yang baru saja mereka tangkap dari sebuah diary tersebut.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Arsen.

Lesya menggeleng kecil, dan membalas tatapan Arsen.

"Jadi itu artinya, buku ini milik adik dari King Avery?"

Arsen mengangguk membenarkan. "Kau benar. Putri Sofia menjelaskannya dengan jelas di sana, jika dirinya adalah anak terakhir dari King Louis, dimana King Louis adalah Orangtua King Avery juga."

"Lalu dimana Putri Sofia sekarang? Selama berada di sini aku sama sekali tidak pernah melihat kehadirannya?"

Arsen mengedikan bahunya. "Aku tidak tau. Mengapa kau tidak tanyakan langsung saja pada King Avery, atau Ratu Delfina?"

Lesya berdecak. "Kau gila, ya? Jika aku menanyakan hal ini, maka mereka akan menyimpan curiga padaku."

Arsen terkekeh geli, tangannya terulur untuk mengusap pipi Lesya, namun Lesya lebih dulu menghindarinya.

"Aku ingin membacanya kembali, Arsen."

"Tidak bisa. Ini semua tidak gratis, Queen."

Sungguh menyebalkan. Rasanya Lesya ingin sekali menenggelamkan Arsen di sungai yang berada di belakang Istana Mukesh ini.

Dimanapun Arsen berada, otaknya tidak akan pernah bisa diajak bekerja sama dengan baik. Selalu saja mesum dan mesum.

Terkadang Lesya berpikir, apakah Arsen benar-benar mencintainya, atau hanya menginginkan tubuhnya semata?

Namun firasat buruk itu selalu ia tengkas jauh-jauh, karena dirinya sadar diri jika Arsen adalah satu-satunya orang yang sekarang ia miliki.

"Sungguh demi tuhan Arsen, berikan buku itu padaku sekarang, atau aku akan--"

"Lagipula jika aku memberikan ini padamu, kau tidak akan memahami tulisannya, Amour."

Lesya berdecak kesal. Arsen benar. Tulisan tersebut sangat membuat matanya sakit, karena saking tidak memahaminya.

Lagipula mengapa Putri Sofia menggunakan kalimat-kalimat aneh pada diary-nya? Mengapa tidak menggunakan kalimat biasa, agar dirinya mudah memahami.

"Mengapa tuhan tidak memberiku seorang kekasih yang tidak meminta imbalan pada setiap perlakuan baiknya?"

Arsen memutar bola matanya malas. Saat tangannya hendak kembali membuka sampul buku tersebut, pintu ruangan sudah lebih dulu bersuara membuat Arsen mengurungkan niat itu.

"Masuklah."

"Salam hormat untuk Yang Mulia Putri dan Pangeran." Seorang prajurit membukukan tubuhnya memberi hormat.

"Ada perlu apa?" tanya Lesya, seraya berdiri menghampiri prajurit tersebut.

"Saya mendapat kabar dari Kerajaan Prisam jika Kaisar Vincent tengah mencari keberadaan Pangeran Arsen. Karena itu saya datang untuk menyampaikan kabar tersebut, Tuan Putri."

Lesya menatap Arsen sekilas, sebelum kembali menatap Prajurit dan berkata, "Baiklah. Jika ada seseorang dari Kerajaan Prisam datang kemari, sampaikan jika Pangeran Arsen akan segera kembali ke Istana-nya."

Prajurit tersebut mengangguk, lalu membukukan kepala sebelum melenggang pergi meninggalkan kamar Lesya.

"Pergilah."

"Itu terdengar seperti sebuah usiran untukku."

"Ya memang itu adanya. Kau harus segera kembali, atau tidak--"

"Atau tidak apa?" sela Arsen cepat, dan berdiri dari tempatnya.

Lesya mengedikan bahunya acuh. "Aku rasa Kaisar Vincent memang sedang membutuhkanmu, Arsen. Cepatlah kembali, bodoh!!"

"Oke, baiklah-baiklah. Aku akan kembali, tapi setelah aku--"

"Aku lebih memilih tuli daripada harus mendengar ucapanmu!!" Kini Lesya yang menyela ucapan pemuda tersebut. Ia sudah tau apa yang akan Arsen katakan.

"Amour, setidaknya peluk aku dulu."

Lesya memutar bola matanya, merasa jengah pada prilaku Arsen yang terlihat seperti anak kecil. Tetapi dibalik semua itu, Lesya sungguh menyukainya.

Sejak dulu rasa gengsinya memang besar, dan sulit untuk dikalahkan.

"Amour.."

Lagi-lagi Lesya berdecak kesal. "Baiklah, kemari," putusnya.

Seketika itu Arsen segera menghampiri Lesya dengan kedua tangan yang ia rentangkan lebar-lebar. Ia memeluknya begitu erat, sampai Lesya tertawa karena ulah jail kekasihnya.

"Kau mau membunuhku ya?" tanya Lesya. Suaranya sedikit terendam karena Arsen yang sedang mendekapnya.

Arsen melepaskan pelukan tersebut, beralih melemparkan senyuman manis pada Lesya.

"Aku akan kembali, dan aku berjanji jika aku memiliki waktu luang, aku akan segera menghampirimu."

Lesya mengangguk kecil. "Aku yakin jika di dunia reinkarnasi ini banyak sekali perempuan-perempuan cantik, jadi aku mau kau tetap jaga jarak dengan mereka."

Arsen mengangguk yakin. "Kau tenang saja. Walaupun aku bertemu dengan 1000 orang perempuan cantik, aku tidak akan berpaling darimu pada mereka. Menurutku perempuan yang cantik hanya dirimu saja. Benar-benar hanya dirimu. Bahkan tuhan dan semestapun tau jika dirimu lah yang paling aku cintai."

"Kau jangan takut. Aku berani membuktikan semua ucapanku padamu," sambung Arsen. Semua ucapan dan nada kalimatnya terdengar sangat tulus.

"Sudahlah Arsen, kau sudah tau jelas jika love languages-ku adalah acts of service, receiving gifts, and..."

"Physical touch," sambung Lesya setengah berbisik. Sedangkan Arsen tersenyum geli mendengar kalimat terakhir dari gadis itu.

"Jadi, simpan baik-baik semua kalimat tanpa diksimu itu."

BOHONG.

Jika ada seorang yang memiliki ilmu batin untuk mengetahui perasaan orang lain, maka seseorang itu mungkin akan mentertawakan Lesya karena telah berbohong. Jelas-jelas Lesya juga sangat menyukai Love language Word of affirmation dari Arsen. Namun, Lesya memang tidak terlalu membutuhkannya. Ia akan membutuhkan hal tersebut jika dirinya sedang berada di dalam kehancuran.

Bahkan saat pertama kali jatuh cinta pada Arsen, yang membuat Lesya mencintai pria itu karena Arsen memiliki Word of Afirrmation yang begitu baik.

"Oke, Queen. Aku akan pergi sekarang."

CUP

Arsen mengecup singkat bibir Lesya, benar-benar hanya sebuah kecupan. Tidak ada lumatan, ataupun gigitan seperti yang biasa Arsen lakukan pada Lesya.

Sementara Lesya menatap kepergian Arsen dengan sedikit tidak rela.

Jujur saja. Lesya sungguh menyukai Arsen jika pemuda itu berkunjung ke kamarnya seperti ini. Karena, jika tidak ada Arsen dirinya akan bingung harus melakukan apa. Tidak mungkin bukan jika dirinya harus menghabiskan waktu sepanjang hari, untuk berada di dalam kamar?

Tetapi sepertinya kali ini Lesya tau apa yang harus ia lakukan, dan menurutnya ini adalah sesuatu yang menarik.