webnovel

Pemakaman Ayah

Beberapa hari aku dan Mike berjaga di rumah duka. Tamu datang seakan tidak ada habisnya. Ayah memiliki keluarga besar dan mempunyai banyak relasi bisnis dan kebanyakan dari mereka sangat menghormatinya. Sehingga tidak mungkin melewatkan untuk datang kesini.

Kadang kala bila aku melihat Mike terlalu capek aku akan menyuruhnya pulang. Tapi dia selalu menolak. Dia hanya pulang saat malam hari dan menemaniku sepanjang waktu.

Lucy masih belum menunjukkan batang hidungnya hingga hari pemakaman.

Saat hari pemakaman, Lucy datang dengan gaun hitam yang chic dipadu dengan topi hitam besar dan ada jala-jala di bagian depannya seolah-olah sedang berangkat ke gedung opera. Sepatu haknya yang tinggi tidak cocok untuk lokasi pemakaman yang agak becek karena hujan semalam.

Dia mengangguk sekilas kepadaku lalu membaur di antara keluarga yang ikut menghadiri pemakaman ayah. Dia berbincang-bincang dengan salah satu sepupu dengan akrab. Seolah-olah dia adalah menantu idaman.

Walaupun kebanyakan keluarga kami tahu tentang masalah rumah tangga kami, tapi beberapa di antara mereka tetap menyukai Lucy karena sikapnya yang glamour. Lucy merupakan makhluk yang sekelas dengan mereka.

Aku menyadari bahwa di lingkungan keluarga kaya seperti keluarga besarku, sikap dan moral bukan syarat untuk diterima, melainkan persamaan derajat dan ekonomi.

Kau boleh bersikap seperti binatang dan akan tetap diterima karena persamaan derajat. Sedangkan orang baik dari keluarga biasa-biasa tidak akan mendapatkan tempat di sini. Terkadang aku melupakan detail kecil seperti itu. Tapi saat semua anggota berkumpul seperti hari ini, semua ingatan itu menyeruak masuk ke dalam otakku.

Itulah yang menyebabkan aku enggan ikut bersikap sok kaya seperti mereka. Menurutku sikap seperti itu tidak wajar dan aku tidak memiliki prinsip yang sama dalam hal itu. Uang dan kekuasaan bukan poin penting saat aku berhubungan dengan seseorang.

Prosesi pemakaman telah selesai dilakukan sebelum matahari bergerak ke atas. Aku memberikan salam terakhir pada ayah lalu melepas kepergiannya.

Biasanya acara pemakaman di keluarga besar kami akan dilanjutkan dengan acara makan-makan di restoran mewah. Tapi aku meniadakan hal itu di hari pemakaman ayah.

Aku merasa tidak sanggup lagi menghadiri acara berikutnya. Dan aku yakin ayah juga tidak keberatan karena setelah pemakaman ibu pun, ayah tidak mengadakan acara makan-makan.

Aku berterima kasih pada keluarga dan relasi yang menghadiri pemakaman dan memutuskan untuk meninggalkan tempat itu secepatnya.

Mike masuk ke dalam mobil bersamaku. Dan saat mobil kami berjalan menyusuri jalan menuju pintu gerbang, aku melihat Lucy sedang berdiri dibawah pohon yang amat besar. Ada sebatang rokok di mulutnya yang berwarna hitam pula. Aku menyuruh sopir menepikan mobil.

"Ayah perlu berbicara sesuatu dengan ibumu sebentar," lalu aku turun dari mobil.

Saat melihatku berjalan ke arahnya, Lucy mematikan rokoknya dan menyapaku dengan suaranya yang berat karena terlalu banyak merokok, "Hai James, apakah kau tidak apa-apa?"

"Menurutmu bagaimana? Kematian ayah begitu mendadak setelah kamu datang ke rumahnya." Kataku dingin. Aku mencari tanda-tanda penyesalan di raut mukanya tapi aku tidak menemukannya.

"Ayahmu memang sudah berumur James. Kita tidak bisa mengelak dari…"

"Plaaakk!!" Aku menamparnya keras.

Mike turun dari mobil. Dan saat aku hendak menamparnya lagi, Mike memegang tanganku.

"Jangan ayah."

"Kau masih juga membela ibumu. Wanita ini memang melahirkanmu tapi dia seekor monster Mike. Dia merebut warisanmu dan bahkan membunuh kakekmu."

"Jangan ayah. Biarkan dia pergi." Mike merengek.

"Kali ini aku harus menghukumnya. Dia seorang sociopath Mike. Dia tidak memiliki perasaan sedikitpun."

Aku memberikan warisanku agar ibu melepaskan ayah!"

"Apa maksudmu?"

"Sudah lama aku tahu kalian tidak akur. Dan saat ibu meminta bantuan secara finansial, aku hanya menginginkan satu hal sebagai gantinya. Jadi lepaskan dia ayah… kumohon."

Aku tak bisa lagi berkata apa-apa. Tanganku yang hendak menampar Lucy turun dan mengepal. Kulihat wajah Lucy tersenyum datar seperti tidak ada apa-apa.

Mike merangkulku dan menuntunku masuk ke dalam mobil. Aku terdiam dan meresapi kata-kata Mike barusan.

Oh Tuhan, kenapa anak ini terlahir begitu persis dengan diriku. Bukan hanya penampilan luarnya yang mirip tapi sifatnya pun persis diriku. Mike mengorbankan segala miliknya agar aku terbebas dari setan betina itu.

Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku. Sejauh apa Mike akan selalu berkorban hingga tidak memikirkan kebahagiaan dirinya sendiri?

Sesampainya dirumah aku mengajak Mike untuk berbincang-bincang di taman. Taman kami lumayan luas dan ditata dengan cermat. Rumput golf yang tumbuh tebal terasa empuk untuk dipijak.

Ada sebuah bangunan kecil berbentuk kotak di taman yang dilengkapi dengan sofa nyaman dan bar mini. Bagian atas bangunan ini ditutupi dengan tumbuhan mawar beraneka warna yang tumbuh rimbun menjuntai ke bawah dengan indah.

Aku menuangkan segelas sparkling wine untukku dan mengambilkan sebuah cola kaleng dingin untuk Mike. Aku meminumnya pelan dan cairan dingin itu membuatku merasa lebih tenang.

"Apakah kamu tahu ibumu ada kelainan Mike?"

"Yah aku baru mengetahuinya hari ini saat ayah tadi mengucapkannya. Tapi aku sudah lama menduganya."

"Ayah juga mengetahuinya tidak lama. Menggelikan bukan. Padahal kita tinggal di dalam rumah yang sama."

Mike mengangguk pelan.

"Kenapa kamu melakukan hal itu Mike? Kenapa kamu memberikan semua warisan kakek pada ibumu?"

"Ibu membutuhkan bantuan ayah."

"Dan ayah sudah bilang kan, orang sepertinya akan selalu merasa kurang. Tidak peduli kau sudah memberikan seberapa banyak."

"Bagaimanapun juga dia adalah ibuku. Dan lagi dengan begitu ayah bisa segera bercerai dengannya." Katanya sambil tersenyum.

Aku menghela nafas. Aku tahu kata-katanya memang benar. Tanpa adanya uang dalam jumlah besar, tidak mungkin Lucy hengkang semudah itu. Akhir-akhir ini keserakahan Lucy semakin menjadi-jadi karena perusahaannya sedang dalam kesulitan.

"Apakah kamu tahu bahwa ibumu pernah mengajak ayah bercerai saat kamu masih berumur empat tahun?" Aku sengaja tidak mengungkapkan perselingkuhan Lucy yang terjadi saat itu.

"Tidak. Kenapa ayah tidak menyetujuinya waktu itu? Kalau ayah bercerai saat itu, pasti ayah tidak perlu mengeluarkan uang sebanyak hari ini."

"Yah itu benar." Aku menelan minumanku lagi. "Karena ayah berharap ibumu akan berubah."

"Apakah ayah masih mencintainya?"

"Sudah lama tidak Mike. Ayah bertahan supaya kamu mempunyai orang tua lengkap."

"Tapi itu konyol sekali. Ibu hampir tidak pernah berbicara padaku selain saat dia membutuhkanku. Dan kalian hampir seperti orang asing saat bertemu."

"Ayah baru menyadarinya sekarang. Betapa konyol mempertahankan rumah tangga ini untuk hal yang sia-sia. Tapi ayah tidak bisa memutar kembali waktu kan?"

"Yah itu tidak mungkin." Sahutnya sambil tersenyum.

"Apakah benar ibu yang membuat kakek jatuh sakit?"

"Ayah masih belum tahu tentang kejadian hari itu Mike. Ayah perlu mencari tahu dari orang yang bersangkutan yaitu ibumu. Tapi apa untungnya? Apapun jawaban ibumu, dia tetap orang terakhir yang ditemui kakekmu sebelum dia jatuh sakit."

Mike diam dan alisnya saling bertautan.

"Tapi segalanya sudah terjadi Mike. Ayah sudah melepaskan kakek. Dia sekarang sudah bahagia bersama nenekmu di atas sana." Aku melihat ke atas langit malam yang sangat gelap.

"Yah kupikir begitu."

"Terima kasih untuk beberapa hari ini Mike."

"Itu sudah seharusnya kan. Tidak perlu berterima kasih ayah."

"Yah tapi tetap saja. Ayah sangat bangga padamu." Aku bisa melihat Mike yang senang karena mendengar pujianku.

Tidak terasa dua minggu lagi, Mike sudah akan berangkat. Aku merasa rumah yang kutinggali akan terasa terlalu besar untuk seorang diri.

Aku yang terlalu pengecut tapi selalu bersikap sok pahlawan sehingga malah melukai orang-orang di sekitarku. Tidak heran Mike tenggelam dalam dunia game online-nya karena aku tidak pernah benar-benar hadir dalam dunianya. Aku selalu berpikir yang terbaik untuk orang lain tanpa benar-benar melihat dari sisi mereka

Aku melihat apa yang ingin kulihat. Dan aku mendengar apa yang ingin kudengar. Hari ini aku menyadari bahwa sebuah kesalahan dalam hidupku tidak hanya disebabkan oleh orang lain saja, melainkan juga kesalahanku.

Aku menghela nafas. Tapi semuanya sudah terlambat. Dan aku tidak ada kuasa untuk memutar kembali waktu. Walaupun aku ingin semuanya kembali pada saat liburan dua puluh tahun yang lalu.