webnovel

Part 11 - FIRST NIGHT

***

Anin dan Yusuf langsung pulang ke rumah milik Anin. Atau lebih tepatnya, rumah mereka berdua. Karena sudah tidak ada milik Anin atau milik Yusuf, namun semua yang mereka miliki menjadi milik mereka berdua, milik KITA. Haruskah kata KITA perlu di perjelas pada semua orang bahwa mereka sudah saling memiliki satu sama lain dengan sebuah ikatan halal yang penuh dengan ridlo Allah.

"Assalamualaikum..."

Ucap Yusuf pertama kali saat memasuki rumah Anin untuk pertama kalinya. Sebenarnya dia sudah berkali-kali ke rumah Anin, namun tak pernah sekalipun dia memasukinya.

"Waalaikumsalam..."

Jawab Anin dengan senyum yang masih merekah sekalipun kalau boleh di bilang badannya terasa remuk setelah seharian harus berdiri. Tapi bukankah orang yang ada di sampingnya juga sama halnya merasakan hal yang sama seperti yang dia rasakan.

Yusuf yang melihat senyuman tersimpul manis di pipi Anin membuat rasa lelahnya memudar seketika. Dia pun juga ikut tersenyum tidak dapat menyembunyikan apa yang dia rasakan sekarang. Sekali lagi dia bertanya, apakah ini salah satu nikmatnya dalam pernikahan, hanya melihat senyum dari istri saja sudah membuatnya merasa bahagia seperti sekarang apalagi jika mulai sekarang, apapun akan mereka lakukan bersama.

Yusuf pun mengikuti Anin menaiki tangga menuju kamar mereka berdua yang dulu adalah kamarnya Anin. Kesan pertama yang dia lihat dari kamarnya, simple seperti orangnya. Namun dia juga menangkap ada hal yang membuatnya tidak menyangka, bahwa istrinya juga memiliki sisi feminim. Ada boneka teddy bear yang memiliki ukuran sebesar Anin di lengkapi dengan teddy bear versi mini-nya. Menyebut Anin sebagai istrinya saja sudah sukses membuat Yusuf tersenyum lebar.

"Mas mandi aja dulu. Kamar mandinya cuma ada satu, jadi harus gantian. Biar Anin beresin bajunya Mas dulu".

Kata Anin sambil mengeluarkan pakaian Yusuf dari koper menuju walk in closet yang ada di kamarnya. Bukannya mendapat jawaban, tapi yang ditanya malah masih mengukir senyum di wajahnya sambil menatapnya.

"Mas kenapa senyum-senyum gitu?? Mas ngga gila kan gegara habis nikahin Anin??"

Anin menghentikan aktivitasnya dan berganti menatap suaminya penuh selidik.

"Mas mau mandi pake air hangat?? Ya udah kalau gitu biar Anin siapin dulu.."

Yusuf pun segera meraih tangan Anin dan dengan gerakan cepat Anin sudah ada dalam pelukannya. Menghentikan apapun yang dilakukan Anin sekarang. Anin hanya bisa terdiam kaku, karena tidak tau dengan apa yang terjadi padanya sekarang. Seumur hidup dia belum pernah di peluk oleh pria manapun kecuali, Ayah dan Arwi.

"Makasih dek, kamu udah mau terima Mas dan sekarang kamu menjadi istrinya Mas.."

Terdapat gelenyar aneh dengan apa yang mereka berdua rasakan. Mereka sama-sama merasakan kehangatan dari masing-masing. Anin pun segera mengusap punggung lebar milik suaminya. Mencoba memberikan kehangatan lebih untuk Yusuf. Yusuf pun seketika menghirup kuat aroma greentea dari tengkuk leher Anin. Aroma tubuh Anin serasa energy baru untuknya.

"Mendingan sekarang Anin siapin airnya dulu, biar mas cepetan mandi. Udah malem..."

Kata Anin sambil menatap iris mata hitam pekat milik Yusuf yang dapat membunuh keinginan setiap orang yang melihatnya untuk mengalihkan matanya.

"Emangnya kenapa kalau udah malem?? Udah ngga sabar ya??"

Goda Yusuf yang langsung menimbulkan efek merah pada pipi milik Anin.

"Ya Allah... Mas mikir apaan sih??"

"Mas ngga mikir apa-apa loh... Kan ngga sabar pengen bobok, kan udah malem..."

Anin pun langsung ber-oh-ria mengiyakan apa yang dikatakan Yusuf. Membuat dirinya malu sendiri, karena memikirkan hal yang aneh-aneh.

"Kan udah ngga sabar pengen bobok bareng sama kamu, Dek..."

Lanjut Yusuf yang membuat Anin seketika itu juga mengalihkan pandangannya saking ngga kuat akan pesona dari suaminya dan ucapan cukup mengejutkan untuknya. Yusuf pun segera menarik dagu milik Anin dan mengecup bibir Anin.

Yusuf tanpa merasa bersalah langsung meninggalkan Anin yang masih terkejut. Terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Terkejut bahwa dia baru saja kehilangan ciuman pertamanya. Ciuman pertama yang berhasil dicuri oleh pemiliknya Anin sekarang. YUSUF. Dan sekarang pencurinya meninggalkan Anin yang mungkin saja sebentar lagi akan terkena serangan jantung karena saking ngga kuat menahan detak jantungnya yang harus bekerja extra saat dirinya bersama Yusuf.

***

Anin membuka beberapa pesan yang masuk membanjiri seluruh sosmed yang dia miliki. Saking capeknya, akhirnya dia tertidur di sofa saat Yusuf masuk kembali setelah selesai dengan mandinya.

"Dek..."

"Dek Anin..."

Anin pun mengerjabkan matanya setelah merasa ada yang memanggil matanya dan menepuk pipinya dengan halus. Dan betapa dia di kejutkan dengan penampilan Yusuf yang bertelanjang dada dan hanya memakai handuk yang melilit di pinggangnya, mengekspos otot-otot yang ada di tubuh suaminya.

"Astagfirullah, Mas... ngapain Mas Yusuf ngga pake baju kaya gitu??"

Dengan setengah berteriak, Anin menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya yang justru membuat terkekeh. Dia juga baru sadar bahwa dirinya hanya memakai handuk saja.

"Lah tadi Mas lupa bawa baju gantinya..."

Anin dengan menutup matanya berjalan menuju tempat dimana dia meletakkan baju yang ia siapkan sebagai baju ganti Yusuf. Dia pun memberikannya pakaian tersebut kepada Yusuf dengan tetap menutup matanya. Entah mengapa dia benar-benar malu, meskipun pemandangan itu sering dia lihat di drama korea yang menjadi tontonannya saat freetime. Tapi melihat hal itu ada di hadapannya sekarang dan itu adalah suaminya, membuat dirinya tidak bisa seperti biasa yang selalu berkomentar seksi tidaknya seorang pria.

"Ya udah, Anin mau mandi aja sekarang..."

"Kamu yakin mau jalan ke kamar mandi dengan mata tertutup??"

Tidak tau bagaimana caranya, Anin pun berjalan keluar kamarnya menuju kamar mandi. Dia yakin bahwa pertanyaan terakhir dari Yusuf hanya untuk menggodanya saja. Dan Yusuf tersenyum lebar melihat kelakuan lucu dari istrinya.

***

Yusuf membaca buku yang ada di kamarnya Anin. Membaca beberapa novel yang sempat di terbitkan oleh Anin. Dia mengetahui bahwa Anin memiliki pekerjaan lain selain pekerjaan utamanya sebagai General Manager di perusahaan milik Yusuf, yaitu sebagai penulis. Namun belum pernah sekalipun Yusuf membacanya.

Anin pun masuk ke kamar sesuai dengan style sehari-harinya saat dia berangkat menuju pulau kapuk. Memakai piyama adalah salah satu style favoritnya. Dan kali ini, dia sudah melepas jilbabnya yang kali ini Yusuf lah yang menjadi tidak berkutik. Dengan rambut yang masih basah karena habis keramas, entah mengapa malah membuat Anin terlihat seksi dimatanya, sekalipun Anin mengenakan piyama berwarna peach dihiasi dengan gambar beruang yang lucu. Jujur, Anin juga tidak tau harus memakai pakaian apa sekarang ini. Yang ada di pikirannya sekarang, bagaimana dia bisa tidur dengan senyaman mungkin karena besok dirinya harus masuk ke kantor. Dirinya dan Yusuf tidak mengambil cuti, karena ada proyek baru yang harus mereka persiapkan.

Dengan gerakan seperti robot, Anin berjalan menuju springbed kingsize favoritnya yang sekarang ini sudah di tempati makhluk lain, yang tidak lain adalah suaminya sendiri. Anin dengan hati-hati menyelimuti dirinya dan sekarang dia hanya berani menghadap ke langit-langit rumahnya. Menghadap ke kiri, otomatis dirinya akan menatap langsung kepada seseorang yang membuat jantungnya abnormal seperti sekarang. Menghadap ke kanan, dirinya tidak ingin memunggungi suaminya.

Yusuf yang sedari tadi melihat pergerakan dari Anin hanya bisa menahan tawanya di balik buku yang dia pegang. Entah mengapa dirinya selalu ingin tersenyum setiap melihat tingkah dari istrinya.

"Dek..."

"Hm..."

"Dek, kamu udah tidur??"

Yusuf masih stay dengan buku yang ada di tangannya.

"Ada apa, Mas??"

Jawab Anin semabri memposisikan dirinya untuk duduk bersenderkan bantal.

"Mas laper??"

Hanya di balas gelengan oleh Yusuf sembari meletakkan buku di nakas dan dirinya sekarang.

"Capek banget ya??"

Kata Yusuf sembari mengusap puncak kepala milik Anin.

"Capek sih, tapi udah terbayar lunas..."

Yusuf hanya mengernyitkan dahinya tidak mengerti dengan apa yang di bicarakan oleh Anin.

"Terbayar lunas, soalnya Mas udah jadi suamiku yang inshaAllah jadi Imam dunia akhiratku, Mas..."

Lanjut Anin dengan mengusap tangan Yusuf yang sekarang mengelus pipinya dengan lembut.

"Seharusnya Mas yang bilang gitu ke kamu..."

"Makasih karena kamu udah mau jadi makmum dalam sholatku. Wanita yang akan aku usahakan untuk kebahagiaannya, meskipun Mas sendiri juga tidak bisa menjaminnya. Tapi untuk sekarang, hanya kamu yang ingin Mas bahagiakan. Hanya kamu, Dek..."

Tanpa terasa airmata yang berhasil membuat bendungan di kelopak mata Anin sudah mengalir deras di pipinya. Yusuf pun mengecup mata kanan milik Anin disusul dengan mata kiri dengan penuh kehangatan dan sayang yang membuat Anin seketika itu juga tersenyum. Siapa yang tidak bahagia dengan hal seperti ini.

"Berjanjilah, kalau kamu tidak akan pernah mengeluarkan airmata itu lagi. Apalagi saat ada Mas..."

Anin kemudian menangkup wajah Yusuf dengan kedua tangannya.

"Kalau aku nangis bahagia dan itu karena Mas, masa tetep ngga boleh??"

"Ngga, kamu hanya boleh tersenyum sekalipun tangisan itu untuk Mas. Airmatamu itu terlalu berharga untuk aku..."

"Dan Mas terlalu sempurna untukku. Justru akulah yang sampai sekarang tidak percaya bahwa kamu akan memilihku, Mas..."

Jawab Anin dengan menatap mata tajam milik Yusuf.

Yusuf hanya bisa memeluk Anin dengan erat. Menikmati aroma susu bercampur bunga dari sabun mandi yang mereka gunakan yang dia hirup dari Anin. Anin hanya bisa mengelus punggung milik Yusuf. Merasakan kehangatan yang menjalar diantara keduanya.

"Sholat jamaah dulu yuk..."

Bisik Yusuf yang masih memeluk Anin.

Anin hanya memberikan anggukan dan melonggarkan pelukannya. Mereka segera mengambil air wudhu terlebih dahulu dan sekarang Yusuf menggelar sajadah untuk mereka berdua bersiap untuk sholat.

Ini bukan pertama kalinya Yusuf menjadi imamnya dalam sholat. Namun pertama kali inilah, dia mejadi satu-satunya makmum dalam sholatnya Yusuf. Alunan surat-surat yang terdengar merdu nan tegas membuat Anin tak hentinya mengucap syukur kepada Sang Pemilik Hatinya yang telah memberikan jodoh sebaik-baiknya untuk dirinya. Selesai sholat dan memanjatkan doa, Anin segera mengecup punggung tangan milik suaminya dengan khitmad dan di susul Yusuf mengucapkan sebuah doa sembari mengecup kening istrinya. Hal yang begitu sederhana, namun nyatanya mampu membuat airmata Anin mengalir lagi. Yusuf mengetahui bagaimana perasaan istrinya sekarang

Anin bahkan tidak peduli lagi, apakah adanya cinta atau tidak dalam pernikahan mereka. Tapi yang pasti, Anin hanya ingin menjalani kehidupan barunya bersama dengan Yusuf sebaik mungkin. Jikalau memang kisah cintanya bukanlah sebaik Ali dan Fatimah yang menjaga kesucian cinta mereka sampai maut mengambil nyawa Fatimah. Namun, Anin akan membuat cerita yang sempurna bagi mereka berdua yang pasti haruslah bersama dengan Yusuf.

Sedangkan Yusuf, meskipun hatinya masih milik yang lain. Namun dirinya tidak akan membiarkan Anin berusaha sendirian untuk memasuki kehidupannya. Memasuki hatinya. Dia membuat sebanyak-banyaknya pintu untuk Anin dan memberikan Anin kunci hatinya agar Anin bisa memasuki hatinya memenuhi hatinya dan tidak membiarkan ruang kosong untuk lainnya. Memikirkan bahwa dirinya menikahi Anin, perempuan yang tanpa alasan mau menerima pinangannya padahal hubungan mereka bukanlah hubungan yang dekat.

Sekarang Yusuf mengecup mata kanan, mata kiri, hidung dan berakhir di bibir milik Anin dengan lembut. Sedangkan Anin, hanya bisa memejamkan matanya mendapatkan perlakuan seperti itu dari Yusuf. Apapun yang dia rasakan sekarang, sudah tidak mampu dia katakan lagi dengan kata-kata. Hanya ucapan syukur yang selalu berusaha mereka ucapkan dalam hati mereka masing-masing, karena di beri kesempatan sebaik seperti sekarang.

***