webnovel

Naruto Story : Love, Decision, And Hatred

Dua tahun telah berlalu sejak perang dunia shinobi ke-4. Semua kembali normal Sasuke telah kembali dan menjalani petualangan bersama tim taka. Naruto mulai belajar untuk mengejar mimpinya sebagai Hokage dan Sakura mulai menyadari perasaannya terhadap Naruto telah berubah. Sementara itu sosok misterius muncul mengancam kedamaian dunia shinobi apa yang akan terjadi? Naruto masih milik paman Masashi Kishimoto

VaughnLeMonde · Anime & Comics
Not enough ratings
40 Chs

Chapter 36 : Almost Ruined

"Ya, akhirnya sampai juga!"

"E-eh?!" Pekik Sakura, terkejut melihat apa yang ada di hadapannya.

"Ada apa?" Tanya Naruto, mengalihkan pandangannya ke arah Sakura yang masih terkejut.

"Apa kau yakin ini tempatnya?" Tanya Sakura ragu, menujuk ke arah sebuah bangunan di hadapannya.

Naruto menoleh ke arah atensi yang di tunjuk Sakura, menatap sebuah gedung luas yang tidak terlalu tinggi di hadapan mereka.

"Ya, tentu saja, kenapa?" Sahut Naruto bersemangat, menampilkan sebuah senyuman sambil terus memandangi Gedung di hadapan mereka.

"Ini terlalu mewah." Jawab Sakura singkat, matanya berbinar-binar melihat bangunan yang begitu megah di hadapan-nya.

'Eh? Apa aku salah ya? Benarkah ini terlalu mewah?'

Naruto menoleh ke arah Sakura yang masih memandangi dalam diam, segera kembali mengarahkan pandangannya ke arah sekitarnya.

Wush...

Bunga-bunga Sakura berterbangan di sana, membuat suasana pagi hari itu begitu indah, Naruto hanya bisa tersenyum melihatnya, merasakan tempat ini begitu sempurna, sempurna untuk hari yang dinantikan.

Terus menikmati suasana yang begitu tenang hingga menyadari ada sesuatu yang salah, menoleh ke arah Sakura sekarang, mendapati tunangan-nya itu mulai menampakkan raut wajah lesu.

'Apa dia tidak suka ya? Padahal kan tempat ini sempurna!'

"Ehem." Naruto berdehem singkat, membuat Sakura terkesiap, mulai menoleh ke arah Naruto yang sedang memejamkan mata-nya.

"Apa kau tidak suka? Kita bisa cari tempat lain." Ujar Naruto, terkekeh pelan sambil menggaruk pelipis-nya.

"B-bukan, bukan itu." Jawab Sakura pelan, mulai menundukkan kepala.

"Lalu?" Tanya Naruto lagi, mulai mengerenyit bingung mendengar jawaban Sakura.

"Maksudku, tempat ini terlalu mewah, apa tidak apa-apa?" Tanya Sakira pelan, sedikit meragu, masih menundukkan kepala.

'Sekarang aku benar-benar tidak mengerti, Apa yang Sakura pikirkan sekarang?'

"Tapi, bukankah itu bagus, menurutku tempat ini sempurna." Jawab Naruto sambil memegang dagu-nya, masih mencoba memikirkan apa yang dimaksud Sakura tadi.

Sakura menggeleng cepat sebagai jawaban, mulai mengangkat kepala, menatap Naruto tepat di kedua mata-nya.

"Tidak-tidak, maksudku apa kau yakin? Tempat ini terlihat mahal..." Sakura kembali meragu, memelankan suara bicaranya di akhir.

Naruto tak bergeming, kedua mata-nya mulai mengerjap sesekali, mulai paham dengan maksud Sakura sekarang.

"Tenang saja!" Seru Naruto.

"Semua itu sudah di atasi!" Naruto mengedipkan sebelah mata-nya, mulai tersenyum lebar ke arah Sakura.

"Eh?" Sakura terkejut.

"Jangan-jangan..." Sakura kembali menundukkan kepala.

"Kau memakai semua tabungan-mu, ya, untuk menyewa tempat ini, ya?!" Sakura dengan cepat melontarkan banyak pertanyaan ke arah Naruto, Nada bicaranya begitu cepat dan tinggi, nampak begitu kesal.

Naruto terkesiap, sedikit terkejut melihat Sakura yang secara tiba-tiba marah kepadanya, Sakura sekarang terlihat seperti seorang ibu yang baru saja memarahi anaknya karena melakukan suatu hal bodoh.

"Heh, tentu saja tidak." Jawab Naruto terkekeh pelan.

"Lalu bagaimana, kau menyewa tempat ini?" Tanya Sakura dengan nada tinggi, mengangkat telunjuk di udara, mengarahkannya pada Naruto.

"Hmm, bagaimana menjelaskannya ya...." Naruto kembali mengangkat dagu, memikirkan sesuatu.

"Aku tidak ingin kau memaksakan seperti itu, aku lebih memilih resepsinya diadakan sederhana saja.." Sela Sakura, kembali menundukkan kepala, berucap pelan di akhir.

"Eh?" Naruto terkejut sekarang, kedua matanya mulai membulat, terkejap sesekali.

"Heh." Naruto kembali terkekeh, dengan cepat memegang kedua pundak Sakura.

"Tenang saja, ini gratis kok!" Sahut Naruto mengedipkan ssbelah mata-nya, tersenyum lebar ke arah Sakura.

"G-gratis?! Bagaimana bisa?!" Pekik Sakura, terkejut mendengar jawaban Naruto.

Seketika raut wajah Sakura berubah, memicing tajam ke arah Naruto, membuat Naruto terkesiap, dengan cepat melepaskan pegangannya pada kedua pundak Sakura.

"Jangan bilang, kau memeras pemilik gedung ini ya?!" Tanya Sakura kesal, mengarahkan telunjuknya teoat di depan Naruto.

"Hah?!" Pekik Naruto, menyipitkan kedua mata-nya, aura wajahnya mulai menggelap sekarang.

"Jangan-jangan, kau mengancam pemilik gedung ini ya? Menculiknya? Menguburnya? Memberikannya pada Orochimaru?" Sakura terus melontarkan banyak pertanyaan, semakin menyudutkan Naruto.

"Hei!" Gerutu Naruto, namun Sakura tak menangapinya.

"Jangan-jangan..." Sakura mulai merubah ekspresinya, menutup mulutnya dengan kedua tangan, nampak sangat terkejut.

'Pikirannya benar-benar kejam.'

"-k-kau membunuhnya?!" Pekik Sakura terbata-bata, memandang horor ke arah Naruto.

'Yap, aku yakin Sakura-Chan berubah menjadi psikopat sekarang!'

'Kurama, jika aku mati di sini, tolong beritahu semua orang, bahwa aku mati dengan bangga!'

'Ya, semoga berhasil, sampai berjumpa lagi!'

Naruto mulai menatap sinis sekarang, ke arah Sakura yang sedang bergerak mundur menjauhinya.

"Hei, itu tidak mungkinkan!" Sela Naruto, tak terima di sebut sebagai seorang pembunuh berdarah dingin oleh Sakura.

Sakura segera menggeleng cepat, membuat Naruto mengerenyit bingung sekarang.

"Itu benar juga, kau tidak mungkin melakukan itu." Sakura mengangkat dagunya, nampak kembali memikirkan sesuatu.

Sakura kembali merubah ekspresinya sekarang, mendelik tajam ke arah Naruto, aura di sekitarnya membuat Naruto menelan ludahnya sendiri sekarang.

"Jangan bilang, kau menggodanya, ya?" Tanya Sakura dingin, tatapannya seakan-akan bersiap menerkam Naruto hidup-hidup sekarang.

"Tidak-tidak, berhentilah curiga seperti itu!" Pekik Naruto ketakutan, mengibaskan tangannya di depan dada sambil memejamkan mata-nya.

"Hoh, jadi benar ya?" Sakura sudah ada di hadapan Naruto sekarang, menatapnya dengan wajah yang begitu horor, perkataannya tadi begitu seram, membuat Naruto yang sedikit mengintip mulai kembali menelan ludah, keringat dingin mulai mengucur membasahi wajahnya.

'Apa ini akhir bagiku?'

"Oh, sudah datang ya!" Sahut seseorang dari kejauhan, membuat Naruto dan Sakura mulai terkejut, mulai menoleh ke arah sumber suara.

Menyadari Sakura yang lengah, Naruto segera berlari menjauhi Sakura, bersembunyi di belakang punggung seseorang yang baru saja menyapa mereka.

"Eh, ada apa ini?" Tanya si sosok berkacamata, menoleh heran ke arah Naruto yang bersembunyi di balik punggungnya dengan tubuh yang bergetar hebat.

"Tolong aku.." Lihir Naruto, masih merinding melihat ke arah Sakura yang hanya memandangnya dengan heran.

"Ah, Sakura Nee-san, sudah lama tidak bertemu ya!" Sosok berkacamata itu segera menyapa, mencoba membuat suasana mulai tenang kembali.

"Apa aku mengenalmu?" Tanya Sakura, mengerenyit bingung menatap sosok yang berada tak jauh di depannya, mencoba menilik penampilan pemuda itu dari bawah hingga atas.

"Ah, tidak ingat ya." Ujar si pemuda, tertawa canggung sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Baiklah, perkenalkan namaku Tsuki Hikaru." Ujar si pemuda, mengukir sebuah senyuman.

"Hi-Hikaru?" Pekik Sakura terkejut.

"Ya, sudah lama tidak bertemu ya!" Jawab Hikaru, masih tersenyum.

Naruto yang merasa suasana sudah terkendali mulai beranjak dari punggung Hikaru, berdiri di sampingnya.

"N-Naruto, apa dia benar Hi-Hikaru?" Tanya Sakura, menunjuk ke arah Hikaru yang masih tersenyum.

"Ehem" Naruto berdehem, segera merangkul Hikaru yang ada di sampingnya.

"Ya kau tepat sekali, dia itu Hikaru, si pangeran cengeng yang sudah menjadi raja sekarang!" Sahut Naruto tersenyum lebar.

"Oii, aku tidak cengeng lagi sekarang!" Hikaru mendengus kesal.

"Benarkah?!" Tanya Sakura, lagi-lagi terkejut dengan hal yang baru saja dia dengar tadi.

"Y-ya begitulah." Hikaru tersipu malu, mulai menggaruk pelipisnya.

"Wah, kau hebat sekali!" Sakura dengan cepat menghampiri Hikaru, memegang kedua tangan Hikaru sambil menatapnya dengan mata yang berbinar-binar.

Hikaru terkesiap, mulai memandangi Sakura yang tersenyum lembut ke arahnya, membuat semburat merah kecil menghiasi kedua pipinya.

'Hei, kenapa dia merona seperti itu?'

"Ehem" Naruto berdehem singkat, bergerak menghampiri Sakura dan Hikaru.

"Cukup dengan acara pegangan tangannya." Sela Naruto, dengan cepat merentangkan kedua tangannya, menjauhkan Sakura dan Hikaru.

Tuk.

"Untuk apa itu?!" Pekik Naruto, merasakan Sakura baru saja memukul pelan punggungnya.

"Baka, kau membuatku malu saja...." Ujar Sakura malu-malu, memalingkan muka setelah mendapati Naruto menoleh ke arahnya.

"Hah?!" Naruto mengerenyit bingung.

"Kau membuatku seperti menyukai seorang anak kecil...." Tegas Sakura pelan, masih malu-malu.

'Memang terlihat seperti itu kan?'

'Tidak, kau saja yang cemburu berlebihan.'

'Urusai, kurama! Kau tidak lihat Hikaru merona tadi?'

'Ya, tapi bukan Sakura yang merona kan?'

'Benar juga sih...'

Melihat Naruto dan Sakura yang seperti itu membuat Hikaru tertawa keras sekarang, membuat Naruto dan Sakura mengerenyit bingung melihatnya.

"Naruto Nii-san, masih saja bodoh seperti waktu itu." Hikaru tertawa keras, membuat Sakura ikut tertawa, sedangkan Naruto hanya bisa mendengus kesal.

"Hei, kenapa aku yang dihina sekarang!" Gerutu Naruto.

"Maaf-maaf." Hikaru berusaha menghentikan tawanya, menarik nafas.

"Jadi, apa kalian sudah melihat gedungnya?" Tanya Hikaru setelah tawanya terhenti.

"Eh? Apa maksudmu?" Sakura seketika berhenti tertawa, mulai mengerenyit bingung ke arah Hikaru.

"Eh? Naruto Nii-san belum memberitahu Nee-san?" Tanya Hikaru, terkejut dengan pertanyaan Sakura.

Sakura menggeleng cepat, mendelik tajam ke arah Naruto, membuat Naruto terkesiap.

"Etoo.. kau dari tadi tidak pernah memberiku waktu untuk menjelaskan sih..." Naruto gugup, menggaruk pelipisnya sambil memalingkan muka, menghindari delikkan tajam Sakura.

"Baiklah, aku mendengarkan sekarang." Ujar Sakura, menghela nafas, mulai tersenyum aneh ke arah Naruto.

"Ya, baiklah-"

"Bagaimana kalau kita masuk saja dulu, kalian pasti belum melihat bagian dalamnya kan?" Sela Hikaru cepat, dengan segera berjalan ke arah gedung megah di hadapannya, melewati Sakira dan Naruto yang terdiam.

Sakura sekali lagi mendelik tajam ke arah Naruto, membuat Naruto terkesiap lagi.

"Kau masih berhutang penjelasan padaku!" Tegas Sakura, menunjuk ke arah Naruto.

"Iya-iya!"

---------------

"Ohh, jadi begitu ya!"

Hikaru mengangguk cepat, sedangkan Naruto terlihat sedikit kesal.

"Makannya dengarkan penjelasanku dulu!" Gerutu Naruto, mengerecutkan bibirnya.

"Haha, maaf-maaf." Sakura tertawa canggung, menggaruk belakang kepala sambil menjulurkan lidahnya keluar.

"Jadi, apa kalian suka dengan gedungnya?" Tanya Hikaru tiba-tiba, nampak menatap Naruto dan Sakira dengan mata yang berbinar-binar.

"Ya tentu saja, bagaimana denganmu, Sakura-Chan?" Naruto emnangguk mantap, menoleh ke arah Sakura sambil tersenyum.

"Etoo... Apa ini tidak berlebihan?" Sakura bertanya malu-malu, sambil menggaruk pelipisnya.

"Maksud Nee-san?" Tanya Hikaru bingung.

"Apa kau tidak apa-apa, menyewakan gedung ini secara gratis kepada kami?" Tanya Sakura malu-malu, menautkan kedua jari telunjuknya.

"Tentu saja, anggap ini sebagai balas budi ku kepada kalian, karena kalian juga lah aku akhirnya bisa menjadi raja menggantikan ayahku!" Jawab Hikaru riang, mengukir sebuah senyuman.

"Nee Hikaru, bagaimana kabar paman sekarang?" Tanya Naruto tiba-tiba, mengalihkan topik pembicaraan.

"Ayah baik-baik saja kok, ayah dan ibu sekarang sedang menikmati masa pensiun mereka dengan perjalanan keliling dunia!" Jawab Hikaru riang.

"Wah aku senang mendengarnya!" Sahut Naruto, ikut tersenyum riang.

"Berkat kalian akhirnya kerajaan kami semakin maju, ya banyak hal terjadi, aku tidak tahu harus bagaimana caranya untuk berterima kasih, semoga gedung ini bisa menjadi tempat sempurna bagi kalian!" Jelas Hikaru, tersenyum lebar.

"Ya mungkin inilah yang hanya bisa aku berikan." Tambah Hikaru.

"Ini sudah sangat cukup Hikaru, kami sangat terbantu, benarkan Sakura-Chan?" Naruto menoleh ke arah Sakura, masih tersenyum lebar.

"Y-ya benar, Terima kasih Hikaru." Ujar Sakura, masih malu-malu.

"Tidak usah seperti itu Nee-san, kalian berdua pantas mendapatkan yang terbaik untuk hari pernikahan kalian!" Tegas Hikaru, membuat Sakura akhirnya mengangkat kepala.

"Nah, kalau begitu bagaimana dengan persiapannya, apakah dekorasi sudah di siapkan? Catering? Kimono? Aku bisa membantu jika belum, aku banyak mem-"

"Tenang saja, itu semua sudah disiapkan, kau terlihat seperti ayahmu dulu sekarang." Sela Naruto, terkekeh pelan melihat Hikaru yang terlalu bersemangat.

"Ah, maaf-maaf!" Ujar Hikaru, tersipu malu sambil menggaruk belakang kepala.

"Ah itu mereka datang!" Pekik Naruto tiba-tiba, mendapati sekumpulan orang sudah berdiri di balik pintu kaca.

Naruto hendak beranjak dari kursinya, sebelum akhirnya terhenti karena Hikaru menepuk pundaknya.

"Serahkan padaku, kalian bersenang-senanglah, dua hari lagi pernikahan kalian kan?" Ujar Hikaru dengan segera mendorong Sakura dan Naruto ke arah pintu keluar.

"Eh, apa tidak apa-apa? Kau bisa kerepotan." Tanya Sakura, menoleh ke arah Hikaru yang masih semangat mendorong tubuhnya sambil tersenyum.

"Tenang saja, aku masih ingin membantu, lagipula Nii-san sudah memberitahuku tentang rencana dekorasinya!" Jawab Hikaru tersenyum riang.

Sakura menoleh ke arah Naruto sekarang ,menatapnya dengan tatapan meminta sebuah penjelasan.

"Etoo..ya sebenarnya aku sudah merencanakan dekorasinya bersama Hikaru, dan lagipula dekorasinya persis seperti yang kemarin kita pilih kok!" Naruto tergugup, menggaruk pelipisnya.

"Eh?" Sakura terkejut sekarang, bersiap ingin berbicara, namun tak jadi setelah mendapati dirjnya sudah ada di luar gedung sekarang.

"Tenang saja Nee-san, Tunanganmu ini seleranya tidak buruk kok, kau pasti menyukai dekorasinya!" Hikaru tersenyum, melepas kedua tangannya dari punggung Naruto dan sakura.

"Tapi-tapi-"

"Serahkan saja padaku, kau bisa pegang kata-kataku tadi!" Sela Hikaru, membuat Sakura akhirnya mulai tersenyum.

"Terima kasih Hikaru."

"Hei Hikaru, kalau kau kerepotan panggil kami ya, aku tidak mau kalau kau memaksakan diri!" Sahut Naruto, mengacungkan jempol ke arah Hikaru.

"Ya, tenang saja!"

Naruto dan Sakura saling menatap, sebelum akhirnya terkekeh pelan, membuat Hikaru mengerenyit bingung sekarang.

"Kalau begitu kami pergi dulu, yang mulia." Sakura dan Naruto segera membungkukkan badan secara bersamaan, memberi Hormat kepada Hikaru, membuat Hikaru terkesiap.

"Kalau begitu.." Hikaru mulai menyeringai, membuat Sakura dan Naruto sedikit terkejut.

"Selamat menikmati hari-hari terakhir sebagai lajang, calon Hokage, dan juga calon Nyonya Hokage." Hikaru membungkukkan badan.

Naruto dan Sakura yang melihatnya mulai tertawa keras, diikuti dengan Hikaru yang akhirnya ikut tertawa juga, menertawakan tingkah konyol mereka.

------------------

"Sekarang apa yang kita lakukan?" Tanya Naruto, setelah keluar dari kawasan taman pohon Sakura.

"Hmm, coba kita ingat-ingat lagi, apa yang kita lupakan." Sakura mengangkat dagu, memejamkan matanya.

"Gedung?"

"Sudah."

"Cattering?"

"Kita sudah mencoba testernya."

"Dekorasi?"

"Sudah, Hikaru mengurusnya."

"Tata rias?"

"Sudah."

"Fitting kimono?"

"Sudah, dua hari yang lalu kalau kau bertanya kapan."

"Berarti semua sudah siap!" Seru Sakura, menautkan kedua telapak tangannya.

"Begitu ya, berarti sekarang tidak ada lagi yang bisa kita lakukan ya?" Tanya Naruto, menoleh kearah Sakura.

"Tidak ada satu hal lagi!" Tegas Sakura, mengangkat telunjuk di depan dada.

"Apa lagi?" Tanya Naruto, mulai malas melihat ekspresi semangat Sakura sekarang, Naruto tahu apa yang ada di pikiran Sakura saat ini.

"Bulan madu!" Seru Sakura, membuat Naruto terkesiap, semburat merah kecil menghiasi kedua pipinya.

"Bukankah itu terlalu cepat?" Tanya Naruto malu-malu, memalingkan muka dari Sakura.

Sakura yang mendengarnya ikut terkejut, wajahnya mulai merah padam sekarang.

"Hei, aku tahu sifat bodohmu itu masih melekat, tapi jangan sampai itu membuat kamu tidak bisa berpikir jernih juga!" Sahut Sakura, ikut menundukkan kepala sambil memegangi dahinya.

"Hah?!" Naruto menoleh cepat ke arah Sakura, tidak terima dengan perkataaan Sakura tadi.

"Ehem, kau harusnya tahu bukan, yang kumaksud tadi adalah perkataaan Shikamaru, sepertinya kita melewatkan banyak hal disini." Sakura berdehem singkat.

"O-oh, soal itu ya.."

'Ternyata benar, Sakura dalam mode gosipnya sekarang, ini semua salahmu, Shikamaru!"

"Lalu, apa yang ingin kau lakukan dengan hal itu?" Tanya Naruto malas.

"Aku akan menemui Ino, dia pasti tahu tentang ini!" Sahut Sakura, tersenyum riang, dengan mata yang berbinar-binar.

"Aku harus menemui Ino sekarang!" Tegas Sakura, menoleh cepat ke arah Naruto sambil tersenyum riang.

"Tidak, aku tidak mau ikut dengan acara gosip kalian, lebih baik aku pergi ke Ichiraku saja!" Jawab Naruto, malas melihat ekspresi Sakura.

"Ya sudah, aku pergi dulu, jaa naa Naruto!" Sakura dengan cepat berlari menjauhi Naruto, sambil terus melambaikan tangan.

"Hei, dia bahkan tidak membujukku!" Gerutu Naruto, memilih menempatkan kedua tangannya di dalam saku celana, mulai berjalan ke arah yang berlawanan dengan Sakura.

'Sekarang aku mengerti, kenapa perempuan itu merepotkan!'

----------------

"Aku tidak tahu tuh, aku bahkan baru mendengar ini darimu!" Sahut Ino, menggeleng singkat.

'Sial Shikamaru, kau membuatku terjebak dengan hal ini!'

'Tapi aku penasaran, apakah Shikamaru akan memberikan hal itu sebagai hadiahnya?'

Ino akhirnya terkekeh pelan tanpa sadar, membuat Sakura, Hinata, dan Tenten yang melihatnya mengerenyit bingung.

"Kenapa kau tertawa?" Tanya Sakura bingung, memiringkan kepalanya.

"Tidak, tidak ada apa-apa kok!" Sela Ino cepat, mengibaskan tangan di udara.

'Aku harus bertanya kepada Shikamaru nanti!'

"Nee Sakura, bagaimana denganmu, apa kau sudah menyiapkan rencana untuk bulan madu?" Tanya Tenten, mengukir senyum aneh, membuat Sakura terkesiap, segera menundukkan kepala sambil memegang kedua pipinya yang mulai terasa panas.

"Kau bicara apa sih Tenten!" Sakura meracau, masih terus memegangi kedua pipinya yang terasa semakin panas.

"Ah iya, Sakura apa yang kau rencanakan dengan bulan madu itu? Apa kalian sudah berencana ingin pergi kemana? Tanya Ino ikut penasaran, ikut mengukir senyum aneh seperti yang Tenten lakukan tadi.

Sakura semakin salah tingkah, wajahnya mulai semerah tomat sekarang.

"Etoo... Etooo, a-aku b-belum merencanakannya." Jawab Sakura malu-malu, menundukkan kepala.

"Ah!" Pekik Hinata tiba-tiba, membuat semua perhatian tertuju kepadanya sekarang.

Hinata yang melihat tatapan Sakura segera mengukir senyum lembut.

"Tenang saja Sakura-San, Kakashi-Sensei kan sudah memberi-"

"Ah!" Sela Ino tiba-tiba, beranjak dari kursi taman.

"Hinata, bukankah tadi Toneri mencarimu, bukankah kalian berdua ada pertemuan dengan Rokudaime hari ini?" Tanya Ino, memaksakan sebuah senyuman.

Hinata seketika itu sadar, dengan cepat membekap mulutnya.

"Kau benar, aku harus mencari Toneri-Kun sekarang!" Sahut Hinata, terkekeh pelan, hampir saja.

"Ada apa?" Tanya Sakura, menatap Ino dan Hinata yang sedang tertawa.

"Tidak ada apa-apa Sakura-San!" Sela Hinata cepat.

"Ya tidak ada apa-apa!" Tambah Ino.

"Benarkan Tenten?"

"Ah, iya benar!" Tenten tersenyum canggung.

"Kalau begitu aku pergi dulu, sepertinya Toneri-Kun sudah menungguku!" Sela Hinata, dengan cepat membungkukkan badan, segera berlari meninggalkan ketiga sahabatnya itu.

"Heh?" Sakura mengerenyit bingung.

'Hampir saja!"

Ino menghela nafas, membuat Sakura sekarang menatapnya dengan tajam.

"Ada apa ini sebenarnya?" Tanya Sakura, sedikit kesal merasa ada sesuatu yang dirahasiakan darinya.

"Ah Tenten, bukankah Lee sedang mencarimu? Kalian berdua ada misi hari ini kan?" Tanya Ino, tak menggubris pertanyaan Sakura tadi.

"Ah iya kau benar, aku pergi dulu ya!" Tenten segera melambaikan tangan, ikut berlari seperti yang Hinata lakukan tadi.

"Hei, aku semakin tidak mengerti." Gerutu Sakura, mendelik tajam ke arah Ino.

"Itu, mereka semua sedang sibuk, jadi tidak bisa berlama-lama di sini." Ino tersenyum canggung, mengibaskan tangan di udara.

'Sial, Sakura sepertinya curiga, apa yang harus kulakukan?'

'Ah aku tau!'

"Jadi sebenarnya begini Sakura." Ino menghela nafas, kembali duduk di atas bangku taman, di samping Sakura.

"Ini tentang Sai." Tambah Ino, memaksakan raut wajah lesu.

"Eh ada apa dengan Sai? Apa dia berkata sesuatu yang aneh? Cih, anak itu tidak pernah berubah ya!" Sakura terlihat kesal, semua kecurigaannya hilang seketika.

'Berhasil, syukurlah!'

Ino segera menghela nafas lega, melihat Sakura yang sepertinya sudah tidak curiga lagi.

"Jadi, ada apa dengan Sai?" Tanya Sakura, menatap serius ke arah Ino, membuat Ino akhirnya segera sadar, memaksakan raut wajah lesu.

'Ya sebenarnya aku memang ingin cerita sih, ya baguslah, ini waktu yang tepat!'

"Jadi beginii....."

--------------

"Hei aku serius Shikamaru!" Pekik Ino, mulai mendelik kesal ke arah Shikamaru yang masih memalingkan muka yang dipenuhi lebam.

Shikamaru masih tidak berbalik, masih merasa kesal dengan hari yang sial ini, memilih untuk menyenderkan mukanya di atas telapak tangan.

"Hei, apa benar kau ingin memberi paket bulan madu sebagai hadiah pernikahan Naruto dan Sakura?" Tanya Ino, perlahan mencoba mengontrol emosinya.

"Itu kau tau, kenapa kau ingin menertawakan aku sekarang?" Ujar sinis Shikamaru, mendelik malas ke arah Ino.

"Hei dengarkan aku dulu!" Sela Ino tidak terima, mulai mengambil nafas dalam-dalam.

"Gara-gara kau, Sakura hampir tau tentang misi rahasia ini!" Pekik Ino, sedikit berbisik agar orang di luar tidak mendengar pembicaraan mereka.

Pfttt

Semua orang terkejut, mata mereka membulat seketika, mengarahkan seluruh perhatian ke arah Ino.

Semua terkejut, Chouji tersedak oleh mie ramen yang ada di mulutnya, Ayame dan Teuchi menjatuhkan perlatan masak yang sedari tadi mereka pegang, sedangkan Shikamaru dan Iruka hanya bisa terdiam, kedua mata mereka membulat sempurna.

"Sakura tau?" Tanya Chouji terkejut, masih terbatuk-batuk.

"Hah? Kenapa aku yang salah di sini!" Sela Shikamaru tidak terima, ayolah harinya sudah sangat sial hari ini.

"Cih, sadarlah, kau pasti keceplosan kan?" Ino berdecak kesal.

"Ada bulan madu yang harus diurus!"

Kedua mata Shikamaru masih membulat, seketika teringat dengan perkataannya pagi lalu, mulai menghela nafas pasrah.

"Ya mungkin kau benar, aku sepertinya keceplosan." Ujar Shikamaru pelan, tidak membantah lagi.

"Tuh kan!"

"Lalu kenapa? Jadi Sakura tau sekarang?" Tanya Shikamaru pelan, moodnya hari ini sudah buruk, sepertinya hari ini benar-benar hari yang merepotkan.

"Tidak, untungnya tidak." Sanggah Ino pelan.

"Bagaimana bisa?" Tanya Chouji penasaran.

"Hah... Aku..." Perkataan Ino semakin pelan, mulai meragu apakah dirinya harus bercerita sekarang.

"Katakan Ino, ini masalah serius sekarang!" Tegas Shikamaru.

"Hei, kenapa kau yang marah? Sudah bagus aku bisa menyelesaikan masalah yang kau buat hari ini!" Tegas Ino, mendelik tajam ke arah Shikamaru.

Shikamaru terkesiap, tak dapat lagi membantah, hanya bisa menunduk lesu.

"Aku.. bercerita tentang masalah hubunganku dengan Sai.." perkataan Ino terdengar pelan di akhir, semburat merah kecil menghiasai kedua pipinya.

"Hmm, lalu?" Tanya Shikamaru.

"Ya.. aku memang punya beberapa masalah kecil dengan Sai, tapi karena aku curhat kepada Sakura, aku jadi terbawa suasana.." Jelas Ino.

"Jangan bilang?!" Tanya Shikamaru.

"Ya, aku sedikit mendramtisir ceritaku." Jawab Ino, menggaruk belakang kepala sambil menjulurkan lidahnya.

"Lalu bagaiman dengan ekspresi Sakura saat itu?" Tanya Shikamaru, memastikan pikiran buruknya tidak terjadi.

"Dia... Kelihatan sangat marah." Jawab Ino pelan, menunduk lesu.

"Sial, kau tahukan Ino, Sai tidak bersangkut paut dengan masalah ini?!" Tanya Shikamaru berdecak kesal, menepuk dahinya keras.

"Aku tau... Tapi mau bagaimana lagi? Aku terbawa suasana saat itu." Ujar Ino malu-malu.

"Bagaimana ini? Jika Sakura bertemu Sai..." Ino sedikit ketakutan, nampak merasa bersalah.

"Sial, itu berarti kita harus menjauhkan Sai dulu, kita tidak boleh membiarkan Sakura bertemu Sai sampai hari pernikahan tiba!" Tegas Shikamaru.

'Sial, Naruto aku harap kau bisa menenangkan Sakura!'

------------

"Hachi!"

'Kenapa tiba-tiba perasaanku tidak enak ya?'

Sambil menyeka hidung yang terasa gatal, Naruto terus berjalan, sesekali mencuri pandang ke arah Sakura yang berjalan di sampingnya, ingin memulai pembicaraan namun Naruto menyadari sesuatu, Sakura saat ini sedang dalam keadaan bad mood.

"Sakura-Chan?" Tanya Naruto hati-hati, tak ingin membuat mood Sakura semakin buruk.

"Ya?" Sakura menoleh dengan patah-patah, ekspresi mukanya terlihat menyeramkan, membuat Naruto mundur perlahan.

"Apa kau sakit?" Tanya Naruto masih hati-hati.

"Ha-ha, aku sakit? Aku merasa sangat sehat, sampai ingin sekali memukul seseorang!" Sakura tertawa seram, memandangi Naruto dengan tatapan kosong, membuat Naruto merinding seketika.

'Sial, apa ini? Kemana Sakura yang terlihat imut!'

"Ada apa Naruto? Apa masih ada yang salah?" Tanya Sakura mendekat perlahan ke arah Naruto, membuat Naruto seketika itu sadar lagi, segera mengibaskan tangan di depan dada.

"Tidak-tidak ada apa-apa!" Naruto memaksakan sebuah senyuman, berharap Sakura tidak mendekat lagi.

"Heh, kenapa kau terlihat takut? Apa ada yang menyeramkan di sini?" Ekspresi Sakura berubah seketika, membalikkan badan, menatap ke arah pepohonan di samping jalan, mencoba melihat apa yang Naruto takutkan.

'Itu kau! Kau, Sakura, kapan mode imut Sakura kembali?!'

"Tidak ada apa-apa tuh!" Sakura mengerenyit bingung, tak mendapati sesuatu yang menyeramkan.

"Ehem, apa ada yang kau pikirkan Sakura-Chan? Kau terlihat sangat kesal hari ini." Naruto berdehem singkat, mencoba mengumpulkan keberanian.

"Eh? Hmm, ya aku sedang kesal dengan seseorang saat ini." Tatapan Sakura kembali menajam, membuat Naruto merinding lagi.

'Sial, siapa lagi sih yang membuat Sakura seperti ini? Ayolah kau harus bertanggung jawab!'

'Kembalikan Sakura yang imut sialan!'

'Ini pasti ulah Ino!'

"Maa-maa Sakura-Chan, bisa ceritakan apa yang terjadi sebenarnya?" Tanya Naruto hati-hati, memaksakan sebuah senyuman.

Sakura menghela nafas, mulai tampak tenang, membuat Naruto sedikit lega.

"Bagaimana kalau seperti ini, jika sahabatmu disakiti perasaannya, apa yang kau akan lakukan?" Tanya Sakura.

"Hmm maksudmu?" Naruto mengerenyit bingung.

"Ck, ya intinya, jika sahabatmu disakiti pacarnya, apa yang akan kau lakukan?" Sakura berdecak kesal, bertanya dengan nada tinggi.

"Hmm, tergantung permasalahannya, jika permasalahannya hanya terjadi secara internal, aku sih tidak akan ikut campur, aku percaya sahabatku itu pasti sudah dewasa." Jelas Naruto sambil mengangkat dagu.

"Jadi, kenapa kau tanyakan hal itu?" Tanya Naruto balik.

Sakura tak bergeming, kedua matanya menatap lekat-lekat ke arah Naruto, sebelum akhirnya tersenyum kecil.

"Tidak ada apa-apa, sepertinya aku mulai tenang sekarang!" Seru Sakura, tersenyum lebar.

'Apa yang terjadi? Aku tidak mengerti, apa yang aku perbuat?'

Naruto terdiam, memandang kosong ke arah Sakura, masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.

Sakura yang melihat tatapan Naruto, seketika itu tersipu malu, segera memalingkan sedikit wajahnya.

'Sebentar, ini tidak salahkan? Sakura kembali kan?'

"Etoo... Kenapa kau memandangiku seperti itu, apa ada yang salah?" Tanya Sakura malu-malu.

'Imut sekali!'

'Sial, kenapa imut sekali!'

'Ini menyebalkan, kenapa dia tiba-tiba imut sekali sih!'

'Tapi biarlah, ini lebih baik daripada Sakura yang tadi.'

Naruto menghela nafas lega, segera memberikan senyum lebar ke arah Sakura.

"Ehem, sudah larut, ayo, aku antar pulang!" Seru Naruto, mendekat ke arah Sakura yang masih tersipu malu.

"Eh?" Sakura terkesiap, memandangi uluran tangan yang di arahkan padanya.

"Ayo." Sahut Naruto, tersenyum lembut.

Tep.

Dengan malu-malu Sakura menggapai uluran tangan Naruto, membuat Naruto seketika itu tersenyum, mulai secara perlahan menariknya menyusuri jalan desa yang diterangi lampu jalan yang indah, berjalan di malam hari musim semi yang begitu indah.

To Be Continued.