webnovel

Naruto Story : Love, Decision, And Hatred

Dua tahun telah berlalu sejak perang dunia shinobi ke-4. Semua kembali normal Sasuke telah kembali dan menjalani petualangan bersama tim taka. Naruto mulai belajar untuk mengejar mimpinya sebagai Hokage dan Sakura mulai menyadari perasaannya terhadap Naruto telah berubah. Sementara itu sosok misterius muncul mengancam kedamaian dunia shinobi apa yang akan terjadi? Naruto masih milik paman Masashi Kishimoto

VaughnLeMonde · Anime & Comics
Not enough ratings
40 Chs

Chapter 21 : Uzumaki's In Danger

Euh..

Seorang pemuda pirang bangkit dari matrasnya, masih dalam keadaan memegang kepalanya yang terasa berdenyut, agak tidak nyaman bangun dengan keadaan seperti itu.

"Aku tidur berapa lama?"

Entah kepada siapa pemuda itu bertanya, melihat hanya dirinya sendiri yang berada di ruangan itu, mata shappirenya melihat sekitar, mendapati jendela yang terbuka, menampilkan langit malam yang sangat indah.

"Sudah malam eh?"

Pemuda berambut pirang yang bernama Naruto itu akhirnya berdiri dari matrasnya, sambil mencoba mengingat ingat kenapa kepalanya terus saja berdenyut, sungguh itu sangat tidak nyaman.

"Sudah bangun eh?"

Terdengar suara seorang gadis, mata shappirenya masih mencoba menerawang, saat ini pandangannya masih belum terlalu jelas, mungkin ini karena kepalanya yang terus berdenyut.

"Sakura chan?"

Naruto mencoba memastikan, setelah melihat sebuah siluet merah muda berdiri di dekat pintu kamarnya, hanya itu yang terlintas di benaknya jika melihat sebuah warna merah muda yang sering menghiasi hari harinya.

"Apa kepalamu masih pusing Naruto?"

Si gadis tidak menghiraukan sapaannya, malah balik bertanya, setelah melihat si pemuda yang terus menerus memegang kepalanya.

"Masih? apa maksudmu?"

Naruto tidak mengerti dengan apa yang baru saja dikatakan si gadis, tidak mau berpikir lantas malah melontarkan pertanyaan kepada si gadis yang tak lain adalah Sakura Haruno, kekasihnya.

"Eh? kau tidak ingat?"

Si gadis tidak menjawab, kembali bertanya sambil menaikkan salah satu alisnya, bersamaan dengan itu mulai bergerak menghampiri si pemuda yang seprrtinya tidak ada niatan untuk beranjak dari tempatnya berdiri.

"Kau baik baik saja?"

Sakura sekarang sudah berada di depannya, mencoba melihat ke arah wajah si pemuda yang sedang menutup wajahnya, sementara Naruto yang secara tiba tiba melihat wajah Sakura sudah sangat dekat dengan dirinya sontak sedikit kaget dan perlahan mundur beberapa langkah.

"Ada apa Naruto?"

Si gadis kembali menunjukkan ekspresi herannya, dan bersamaan dengan itu kembali mendekati si pemuda yang masih menyembunyikan wajahnya.

"Ah maaf Sakura chan, aku tadi sedikit kaget, tiba tiba saja melihat bidadari di depan mataku, aku takut jika ternyata aku sudah mati."

Naruto sudah melepaskan tangannya dari kepalanya, walaupun masih terasa denyutan, entah kenapa melihat Sakura berada di sana cukup untuk membuat dirinya merasa lebih baik, membuat si pemuda akhirnya kembali menunjukkan cengirannya seperti biasa.

Blush.

Timbul rona merah di sekitar pipi Sakura, kekasihnya yang satu ini memang sangat cerdas dalam hal menggoda dirinya.

"Ck kau ini..."

Sakura memalingkan wajahny dari Naruto sambil menyelingkan kedua tangannya di depan dada, mencoba menutupi rasa malunya di depan kekasihnya itu.

"Hehehe."

Naruto sangat gemas melihat ekspresi Sakura saat itu, membuatnya ingin sekali menghampiri si gadis, tapi entah kenapa timbul sedikit rasa gugup, membuat dirinya mengurungkan niatnya itu, lantas mulai menggaruk belakang kepalanya.

"Aku sudah menyiapkan makan malam, kau sudah seharian ini tertidur, ayo! pasti perutmu sudah lapar bukan?"

Setelah mengatakan itu Sakura lantas bergerak ke arah pintu, keluar dari kamar itu untuk menuju dapur, kembali melakukan kegiatannya yang sempat terhenti setelah mendengar suara Naruto dari kamar itu.

"Eh tapi-"

Kruuuk..

Suara itu terdengar sangat jelas, membuat si pemuda hanya bisa menggaruk pipinya, terlihat rona merah kecil di sekitar pipinya, benar benar sangat memalukan.

Sementara si gadis hanya bisa terkikik geli, lantas melanjutkan langkahnya keluar dari kamar itu.

"Wah ramen!! benarkah apa yang kulihat itu ramen Sakura chan?"

Naruto senang bukan kepalang, setelah melihat makanan apa yang dihidangkan Sakura di meja makan, dua mangkuk ramen yang agak besar itu membuat mata Naruto berbinar binar.

"Iya tentu saja, emangnya kenapa Naruto?"

Tentu perkataan Sakura tadi hanyalah basa basi belaka, dia sangat tahu kemana arah pembicaraan ini akan berujung, melihat Naruto yang sekarang sedang menghela nafasnya sebelum kembali berbicara.

"Jangan pura pura tidak tahu."

Naruto memicingkan matanya ke arah Sakura, menatap tajam si gadis, namun Naruto bukanlah sosok yang menyeramkan bagi Sakura, pemuda ini dimatanya hanyalah seseorang yang bodoh dan penyuka ramen, namun entah kenapa Sakura jatuh cinta kepada pemuda pirang itu.

"Eh, memangnya aku melakukan apa sih?"

Sakura sedikit menaikkan alisnya, hanya untuk menambah keseriusan aktingnya yang pura pura tidak tahu dengan maksud perkataan Naruto, tapi entah kenapa dirinya ingin sekali menjewer Naruto, melihat si pemuda masih saja memicingkan matanya kepada Sakura.

"Alah, terus saja mengelak, aku tahu kau yang sengaja membuang semua persedian ramenku!"

Kali ini Sakura tidak dapat lagi menahan aktingnya, cukup, sekarang dia sangat ingin tertawa, melihat Naruto menampilkan ekspresi manjanya itu membuat Sakura puas sekarang.

"Jangan tertawa, kau jahat sekali Sakura chan, kau tahu? aku sangat menderita selama 3 bulan tanpa ramen."

Perkataan Naruto itu membuat Sakura membayangkan suatu hal dibenaknya, kembali mengingat kejadian beberapa bulan lalu, saat mendapati seluruh isi tas Naruto hanyalah ramen, ya walaupun Naruto juga membawa beberapa benda penting di tasnya, tapi tidak bisa ditampik kalau tas penuh Naruto itu hampir semuanya karena cup ramen yang dibawa si pemuda sangat lah banyak, melihat hal itu pertama kali membuat Sakura sedikit geram, ingin sekali memukul pemuda pirang yang sedang tertidur itu karena kebodohannya, tapi terlintas suatu ide cerdik di kepala Sakura, ide yang membuat Naruto esok paginya seperti seseorang yang baru saja kehilangan semangat hidupnya.

"HAHAHA, kau harus melihat ekspresimu waktu itu."

Sakura terus tertawa, merasa puas mengerjai pemuda pirang itu, entah kenapa dirinya sangat gemas melihat Naruto yang menunjukkan ekspresi manjanya itu.

"Cih berhentilah mengejekku!"

Naruto berdecih sebentar, sebelum kembali melangkahkan kakinya menuju meja makan, dirinya saat ini sudah cukup digoda Sakura, ada lidah yang sudah sangat rindu akan cita rasa khas ramen.

Sementara Sakura?

Dia hanya terus tertawa sampai terlihat sedikit air mata keluar dari matanya.

"Hmm, aku kenal rasa ramen ini!"

Naruto menyadari sesuatu dari rasa ramen itu, sangat familiar baginya, sedikit terlintas suatu hal dibenaknya, namun dia urungkan untuk bertanya, saat ini dirinya hanya ingin kembali menikmati makanan kesukaannya setelah 3 bulan berpisah.

"Sudah sadar?"

Terdengar suara dari seberangnya, tapi Naruto tidak mau melihat ke arah pemilik suara, masih kesal dengan Sakura yang sekarang juga sedang menikmati ramen di hadapannya.

"Hihihi, ayolah Naruto, aku minta maaf ya, lain kali aku bikinin ramen lagi deh!"

Perkataan Sakura sukses mendapatkan perhatian penuh mata shappire Naruto, pemuda itu saat ini sedang menatapnya lekat lekat, seperti berharap perkataan Sakura itu bukanlah halusinasinya belaka.

"Baiklah aku maafkan, tapi aku masih berpikir, apakah ramen ini?"

Naruto sudah menaruh sumpitnya, semangkuk ramen yang beberapa saat lalu masih penuh sekarang sudah kosong tidak menyisakan apapun, sepertinya Naruto benar benar sangat menikmati ramen itu.

"Akhirnya kau sadar juga, aku tidak setega itu membuang semua ramenmu Naruto, aku hanya menyembunyikannya saja."

Perkataan Sakura membuat mata Naruto perlahan memebulat sambil masih menatap lekat lekat si gadis, seseorang harus menyubitnya saat ini juga, memastikan dirinya saat ini tidak sedang bermimpi.

Aw

Ya dirinya saat ini tidak sedang bermimpi.

"Dimana? Dimana? katakan Sakura chan ramenku ada dimana?"

Naruto lantas mulai melihat sekeliling, dia harus menemukan barang berharganya secepatnya, mengamankan semua barang itu dari tangan si gadis.

"Ck kau ini, duduklah dulu aku akan beritahu, tapi sebelum itu.."

Sakura bangkit dari kursinya, berjalan ke arah meja dapur yang terletak tidak jauh dari meja makan, mengambil sesuatu dari sana yang membuat Naruto menaikkan salah satu alisnya,

Apalagi ini?

Tep.

"Kau harus minum ini dulu."

Sakura meletakkan sebuah cangkir di meja makan, menyodorkanbya pada Naruto sambil tersenyum manis.

"Apa ini?"

Naruto mengerenyitkan dahinya, masih enggan mengambil cangkir itu, saat ini dirinya masih curiga dengan Sakura,

Apa yang kali ini Sakura rencanakan?

"Itu hanya teh hijau Naruto, itu bisa menghilangkan sakit kepalamu, sudahlah minum dulu! itu ku buat benar benar untukmu."

Sakura sedikit memaksa, dirinya baru saja meracik obat untuk Naruto, tidak tega melihat si pemuda yang masih saja merasakan sakit di kepalanya.

Naruto mulai mengambil cangkir hangat itu, menatap lekat lekat cairan hijau pekta di dalam cangkir itu, ternyata dirinya sudah curiga berlebihan kepada Sakura, gadis itu sepertinya benar benar mengkhawatirkan keadaan dirinya.

Slurp

Deg.

Semua terlambat, lidahnya yang masih dipenuhi dengan cita rasa ramen, sekarang sudah tergantikan dengan rasa pahit yang tidak tertahan, wajah Naruto mulai pucat, keringat dingin membasahi wajahnya, mulutnya menutup rapat, berusaha untuk tidak menyemburkan cairan hijau itu kepada wajah Sakura, Naruto dengan sekuat tenaga berusaha menelan cairan pahit itu,

Sungguh sangat tidak enak!

"Bagaimana? merasa lebih baik?"

Apanya yang lebih baik?

Kau makin membuatku menderita Sakura chan...

Glek..

Badan Naruto merinding seketika.

"Hehee iya.. teh hijau ini.. sangat en-ak!"

Naruto berusaha tersenyum, tidak mau membuat usahanya bertemu dengan cup ramen kesayangannya hancur sia sia, saat ini dia harus membujuk dan memuji Sakura.

"Baguslah ayo habiskan!"

Sakura kembali tersenyum hangat, merasa usahanya membuat teh hijau yang sudah dicampur obat itu tidak sia sia, dia senang Naruto merasa lebih baik.

"Ngomong ngomong, ramenku ada dimana Sakura chan?"

Naruto menaruh kembali cangkir di atas meja, berusaha mengalihkan topik pembicaraan, saat ini tenaganya sudah hilang karena menelan teh hijau itu, dia tidak bisa menelan cairan jahat itu sekaligus.

Tolong seseorang bantu Naruto.

Dia sedang tertekan saat ini.

"Habiskan dulu! baru aku beritahu."

Sakura menunjuk cangkir di depan Naruto, meminta si pemuda untuk kembali fokus meminum cairan itu, saat ini ada yang lebih penting dari persedian ramen kesayangan si pemuda.

Srek..

Naruto bangkit dari posisi duduknya, mulai berjalan mejauhi meja makan, semntara Sakura yang melihat hal itu sedikit kaget dan mulai menaikkan salah satu alisnya sambil melihat ke arah si pemuda yang sedang berjalan lontang lanting.

"Hei! kau mau kemana?! Habiskan dulu teh ini!"

Naruto menghentikan langkahnya, tubuhnya kembali merinding, dirinya saat ini tidak siap untuk menghadapi Sakura yang kesal dan juga cairan jahat itu bersamaan, lantas mulai sedikit menolehkan kepalanya ke arah pemilik suara.

"Tidak mau! ada barang berhargaku yang meminta pertolongan saat ini!"

Naruto kembali membuang muka, lantas kembali melanjutkan langkahnya, membuat Sakura semakin geram.

"Hei Naruto kembali kesini!"

Teriakan Sakura sepertinya tidak berarti, melihat Naruto tidak ada niatan menghentikan langkahnya, hanya terus berjalan sambil melihat sekeliling, seperti mencari sesuatu.

Wushh...

Hembusan angin yang cukup keras memasuki ruangan, angin dingin yang sangat menusuk, membuat beberapa helai rambut merah muda Sakura berterbangan seketika.

"He? bukankah aku sudah menutup jendelanya?"

Sakura melihat ke arah sumber hembusan angin, mendapati pintu jendela yang saat ini sudah terbuka lebar, seingatnya dia sudah menutup jendela itu dari tadi, bahkan sebelum dirinya pergi mencari tanaman obat untuk Naruto.

Wusshh...

Angin kembali berhembus, kali ini semakin kencang, menerbangkan bagian bawah baju Sakura, membuat Sakura sedikit menggigil.

Hah.

Sakura menghela nafasnya, sebelum memegang kedua pintu jendela, berusaha menutup pintu jendela agar angin tidak kembali masuk.

"Angin kali ini cukup besar, apa terjadi badai ya di suatu tempat?"

Sakura hanya bergumam, lantas mulai menutup rapat rapat pintu jendela, sedikit memastikan kali ini dia benar benar menutup jendela.

Brak..

"Itaii..."

Terdengar sebuah dentuman yang cukup keras, berasal dari kamar milik Naruto dan Sakura, sepertinya kekasih pirangnya itu kembali melakukan hal bodoh.

Tep.. Tep...

Sakura melangkahkan kakinya sedikit cepat, selain geram ada juga perasaan khawatir, takut jika kebodohan Naruto itu karena sakit kepala si pemuda belum sembuh, mungkin saja saat ini si pemuda sedang meringis kesakitan.

Sakura melihat sekeliling, banyak sekali laci yang dibiarkan terbuka, bahkan benda benda dirumah itu terlihat berserakan, Naruto benar benar ingin sekali menemukan cup ramennya.

Langkah Sakura terhenti di depan pintu kamar, banyak baju dan peralatan ninja berserakan, pemuda pirang itu sangat sukses mengacak acak barangnya,

Ehh tunggu!

Barangnya?

Ya Sakura melihat sendiri dengan mata emeraldnya, barang barangnya berserakan, seperti dilemparkan dengan asal, membuat seketika itu darah di sekujur tubuhnya mulai memanas, lantas mulai menekankan lebih dalam langkahnya memasuki kamar itu.

"Ittai.. apa ini?"

Naruto menyingkirkan sebuah benda dari kepalanya, dirinya baru saja terpeleset karena benda benda Sakura yang secara tidak sadar dia lemparkan kemana mana, membuat laci yang dipegangnya sebelumnya terjatuh, menjatuhkan semua isinya di wajah Naruto, begitu pula si laci yang tepat terjatuh di dahinya, membuat lebam merah di sekitar dahinya.

Apa ini?

Terasa lembut...

Eh?

Deg.

Naruto memandang horor benda yang dipegangnya, ini sesuatu yang di luar perkiraannya, dirinya hanya ingin menemukan cup ramennya, bukan pakaian dalam Sakura,

Tunggu...

Jadi?

Hiiii

Naruto terpaku, melihat sosok gadis di depan pintu, sekarang dirinya terlihat tertangkap basah sebagai orang mesum, sama seperti senseinya.

"Naruto, aku pernah dengar jika saat tuan Jiraiya ketauan mengintip oleh nyonya Tsunade, dirinya akhirnya harus berujung di rumah sakit dengan beberapa tulang yang patah."

Naruto semakin merinding, keringat dingin semakin mengucur deras, mengingat perkataan kapten Yamato tiga tahun lalu semakin memperburuk suasana, apakah cerita seorang pahlawan bernama Naruto akan berakhir disini? ya mungkin saja tergantung seberapa keras Sakura memukulnya.

Kretek.. kretek...

Naruto bergidik, semakin memandang horor wajah sang gadis yang sudah sangat merah, rasa malu dan kesal tercampur menjadi satu, mungkin saat ini tidak ada lagi yang bisa menyelamatkannya, hanya bisa berpasrah diri menghadapi apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Sakura chan.. ini tidak seperti yang kau pikirkan!"

Naruto mengangkat kedua tangannya, memberikan gestur agar Sakura berhenti menghampirinya, namun itu hanya memperburuk keadaan, tidak sadar pakaian dalam yang sedari tadi dia pegang sekarang sudah terlempar, tepat berhenti di wajah Sakura,  ketika itu pula aura Sakura semakin mengerikan, dan ketika suara teriakan muncul itulah hal terakhir yang diingatnya.

"Maaf ramen."

"Naruto Baka!"

Ohok..

Teme.. tolong...

------------------

Wusshh...

"Kau akan memberitahu apapun yang aku inginkan."

Angin berhembus, semakin menambah ketegangan antara dua pihak yang sepertinya sudah siap untuk bertarung, Sasuke akhirnya mulai mendapatkan sebuah jawaban, berdiri di depannya sosok yang telah dia cari, Fuushin.

"Apa bisa? Dirimu membuatku bicara hmm?"

Fuushin sepertinya kali ini tidak seperti anak buahnya yang termakan gertakan Sasuke, dengan nada bicaranya yang seperti itu, sepertinya Fuushin benar benar tidak takut dengan sosok di depannya itu.

Taiton : Mofuu Daireppa

Angin disekitar tempat Nowaki dan Sasuke berada semakin besar, berubah menjadi sebuah badai angin yang mulai merusak batang pohon yang sedang layu disekitar mereka, dengan Nowaki kah yang menjadi pusat badai itu sendiri.

Swushh...

Dengan membabi buta, Nowaki mulai melemparkan pedang chakra ke arah Sasuke, dan Sasuke sekali lagi harus menghindar benar benar keadaan saat ini tidak mendukungnya.

Melawan seorang penggunaan Kekkei Genkai bertype Taiton memang cukup merepotkan, melihat dirinya adalah pengguna elemen petir yang lemah terhadap serangan yang menggunakan elemen angin sebagai fondasinya.

Swush... Swush...

Beberapa pedang chakra kembali dilemparkan, membuat Sasuke harus meloncat ke udara, menghinadari serangan membabi buta seperti itu, ditambah lagi badai angin ini benar benar membatasi pergerakannya.

Tep..

Sasuke akhirnya bisa menjauh dari cakupan jurus Fuushin, saat ini dirinya sudah berdiri di salah satu batang pohon, melihat ke arah Fuushin yang masih berdiri di tempat asalnya dengan badai angin yang terus menerus mengelilingnya.

Taiton : Mofuu Daireppa.

"Woaaaaa"

Badai angin semakin membesar semakin menjulang tinggi ke atas langit, angin angin mulai berkumpul membentuk sebuah pusaran topan yang sangat besar, perlahan pusaran mulai bergerak, membabat habis semua pohon yang di laluinya, bergerak ke satu arah, menuju Sasuke Uchiha yang berdiri di batang pohon.

Melihat pusaran topan semakin mendekat ke arahnya, akhirnya membuat Sasuke menghentikan dirinya untuk menahan kekuataannya lebih lama, lantas mata onixnya mulai merah menyala, menampilkan mangekyou sharingan milik Uchiha Sasuke.

Krek... wushh...

Muncul chakra ungu berbentuk humanoid yang mengelilingi Sasuke, dirinya baru saja mengeluarkan kekuatan perfect susanoonya, harus menyelesaikan pertarungan ini lebih cepat, ada perasaaan khawatir menyelimuti hati dinginnya.

Duak..

Werrrr.. werrrr...

Pusaran topan terus beradu dengan kedua pedang susanoo milik Sasuke, ternyata kekuataan pusaran itu lebih kuat dari perkiraaannya, namun tidak cukup kuat jika dibanding dengan kekuatan susanoo milik Sasuke.

Wushh...

Sasuke menghempaskan angin itu dengan sekali tebasan, sedikit menahan kekuataan pedang itu, tidak mau membunuh orang di depannya, masih banyak hal yang harus ditanyakan.

"Cih ini belum selesai! Aaaaaa!"

Kembali muncul pusaran baru, kali ini lebih besar dan lebih kuat dari sebelumnya, tapi itu sudah cukup untuk Sasuke, tidak lagi mau bermain main, ada suatu hal yang harus dia khawatirkan sekarang, keadaaan Karin.

Syut....

Chakra ungu humanoid perlahan menghilang, diikuti dengan hilangnya sosok Sasuke, membuat Fuushin tersenyum, menganggap dirinya baru saja mengalahkan seorang Uchiha Sasuke.

Deg.

Fuushin akhirnya menyadari sesuatu, lantas menolehkan kepalanya ke atas, mendapati Sasuke yang sudah berada tepat tak jauh diatasnya.

"Jadi ini mata pusaran anginnya?"

Cringg.... Crtttt...

"Haaaaa!"

Muncul aliran listrik di tangan kanan Sasuke, lantas mulai melesat dengan cepat ke arah si lawan yang masih termenung melihat dirinya, sepertinya Fuushin benar benar tidak siap dengan serangan tiba tiba dari Sasuke.

Duarr.... Crtt...

Ledakan terjadi, begitupula aliran listrik dan pusaran topan yang perlahan mulai menghilang, menampilkan sosok Fuushin yang terbaring lemah akibat jurus Sasuke, sementara Sasuke sendiri sekarang sudah berdiri di depan si penuda berambut biru itu.

"Sialan."

Fuushin masih bisa mengumpat sebelum akhirnya dirinya melihat sesuatu berwarna merah menyala, Sasuke baru saja menggunakan matanya, mmebuat Fuushin taka sadarkan diri, terjatuh dalam pengaruh genjutsu Sasuke.

"Tempat apa ini?"

Melihat sebuah bangunan semacam istana dalam memori Fuushin membuat Sasuke sedikit bertanya tanya, sebenarnya siapa Fuushin dan temannya itu, tinggal di sebuah istana megah yang agak terpencil.

Deg.

Seketika langit yang terlihat di memori Fuushin berubah merah, Sasuke mendapati dirinya saat ini sudah hanyut di dalam sungai yang airnya berwarna merah, dan dia saat itu pula dirinya kembali melihat dua bola mata merah.

Ketsuryugan.

"Aku tidak akan teejatuh dalam perangkap yang sama lagi."

Sasuke merubah pola matanya, menampilkan kembali pola mangekyou sharingannya, mencoba mengalahkan siapapun pengguna genjutsu Ketsuryugan menggunakan genjutsu sharingannya, tapi semakin Sasuke mencoba, air sungai semakin menghanyutkan dirinya, membuat Sasuke akhirnya harus menyerah, alih alih melawan, dirinya saat ini harus keluar dari sana.

Hah.. hah...

Sasuke merasa nafasnya sangat berat, chakranya sudah hampir habis, matanya mengeluarkan darah, genjutsu ketsuryugan benar benar kuat, genjutsu itu seakan akan sangat sulit untuk dipatahkan.

Sasuke melihat sekeliling, mata onixnya tidak mendapati sosok Fuushin, sepertinya sosok itu sudah lama pergi, mungkin sejak Sasuke mencoba melawan genjutsu pemilik Ketsuryugan, namun apapun itu ada sesuatu yang harus dia khawatirkan sekarang, Karin.

Gadis itu terakhir bersama Nowaki yang sekarang memperkenalkan dirinya sebagai Fuushin, bahkan saat itu Karin tidak bersama dengan Nowaki, dirinya masih optimis bahwa karin adalah seorang kunoichi yang kuat, tidak akan mudah mati ditangan musuh, tapi tidak bisa ditampik Sasuke juga sedikit merasa khawatir,

Apa Karin diculik?

Oleh siapa?

Ah aku mengerti sekarang.

Sebuah kepingan puzzle terakhir akhirnya muncul dibenak Sasuke, sepertinya penyelidikannya akan menemui akhir, Sasuke sudah tahu siapa yang akan dihadapinya nanti, dan pasti sosok itu juga yang membawa Karin pergi.

Mungkinkah?

Ya aku harus pergi ke Lembah Neraka Sekarang.

Sasuke mulai berjalan, kembali ke tujuan awalnya, sebelum sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Sasuke!"

Tep... Tep...

Dua sosok berhenti di belakangnya, dapat Sasuke pastikan dia sangat mengenal suara itu, siapa lagi kalau bukan Suigetsu.

"Sasuke, apa yang terjadi disini? Apa kau baru saja bertarung?"

Suigetsu melihat sekeliling, mendapati banyak sekali pohon pohon yang tumbang, dan jangan lupa, dirinya juga beberapa saat yang lalu melihat sebuah pusaran topan dan Susanoo milik Sasuke ada disini.

"Hm."

Gumaman seperti biasanya, tapi Sasuke tidak menyangka kedua temannya itu akan mengikuti dirinya sampe kesini, benar benar hal yang diliar dugaan.

"Ehh lalu Karin kemana Sasuke? Bukankah dia bersamamu?"

Suigetsu kembali melontarkan pertanyaan, mendapati sosok gadis berambut merah mencolok tidak ada di sekitar mereka, bahkan hawa keberadaannya saja tidak ada sama sekali.

"Cih."

Sasuke mendecih, sebelum akhirnya berbalik membelakangi Jugo dan Suigetsu, dirinya sempat menghentikan langkahnya, lantas berbalik melihat ke arah Jugo yang berekspresi datar dan Suigetsu yang berekspresi kebingungan.

"Jugo, Suigetsu pergilah ke Konoha! Sampaikan pada Kakashi aku sudah menemukannya, di Lembah Neraka."

Setelah mengatakan hal itu, Sasuke lantas melanjutkan langkahnya, sementara Jugo hanya diam tanpa ekspresi, menandakan dia mengerti dengan apa yang Sasuke maksud, dan untuk Suigetsu dia hanya bisa menghela nafas kasar sebelum kembali berbicara.

"Lalu kau akan kemana?"

Suigetsu agak kesal diabaikan seperti itu, sudah jauh jauh menyusul Sasuke, sekarang dirinya harus menempuh perjalanan jauh menuju Konoha? Benar benar merepotkan, ya tapi perintah Sasuke harus dilakukan, Sasuke bukanlah orang yang memberi perintah tanpa alasan bukan?

Mendengar teriakan Suigetsu membuat Sasuke menghentikan langkahnya, lalu menolehkan kepalanya ke arah pemilik suara, dia harus memperjelas situasi saat ini, agak tidak tega meninggalkan temannya dalam kebingungan.

"Menyelamatkan Karin."

To Be Continued.