webnovel

NAMA DI KAIN KAFAN

Saat ini adalah malam Jum'at Kliwon. Suara tetes air hujan terdengar jelas dari atap rumah Seroja, yang terbuat dari genteng tanah liat. Sebuah sobekan kecil, kain kafan putih tergeletak di atas meja riasnya. Seroja mengambil sebuah silet, yang tergeletak di samping kain kafan tersebut. Sambil menyeringai sinis dan membaca mantra, yang pernah diajarkan oleh Ibunya, Nyai Ayu Rembulan. Kemudian dia mulai menyayat sedikit ujung jari telunjuknya, agar dapat mengeluarkan darah segar. Pada saat darah menetes, Seroja mulai menuliskan tujuh nama laki-laki di atas sobekan kain kafan tersebut. "Besok, aku akan menyelipkan kain kafan ini di jenazah Rembulan. Agar rohnya kelak dapat membantu aku, membalaskan semua dendam!" gumam Seroja sambil menyeringai penuh kebencian.

Ifan_Tiyani · Horror
Not enough ratings
284 Chs

PERISTIWA TENGAH MALAM

Malam hari ini cuaca masih nampak mendung, Pak Heru baru saja tiba dari Panti Asuhan menjemput anak yatim-piatu. Para tetangga yang diundang oleh Pak Gunawan juga sudah berdatangan.

Demikian pula dengan Pak Ustadz Ali, beliau juga sudah hadir untuk memimpin acara syukuran pada malam ini. Acara syukuran segera dimulai, setelah waktu sholat Magrib lewat tadi. Hingga saat ini memasuki waktu sholat Isya acara tersebut pun akhirnya selesai.

Setelah memberikan kotak makanan, goodie bag, juga uang di dalam amplop untuk anak yatim-piatu yang hadir. Semua tamu undangan juga anak panti asuhan pun, kembali ke rumah mereka masing-masing. Dan menjadi tugas bagi Pak Heru lagi, untuk mengantarkan anak yatim-piatu tersebut kembali.

Bertepatan sekali dengan selesainya acara. Juga para undangan yang pulang ke rumah mereka masing-masing. Maka hujan pun turun dengan derasnya, diiringi dengan suara petir yang saling bersahutan. Setelah itu Pak Haji Ibrahim sekeluarga langsung tertidur pulas di kamar mereka masing-masing.

Tepat tengah malam jam 24:00 WIB, Seroja merasa sangat haus sekali. Saat ini air dispenser yang berada di dalam kamarnya dalam keadaan kosong. Maka dia pun berjalan menuju ke arah dapur untuk mengambil air minum.

Setelah mengambil air minum. Seroja pun langsung meminumnya, sambil duduk di kursi dekat meja makan. Pada saat yang bersamaan. Tiba-tiba saja Seroja melihat sosok Nenek tua datang, bergandengan tangan bersama dengan seorang anak kecil.

Nenek tua dan anak kecil tersebut terlihat berjalan menembus pintu dapur. Lalu langsung menghampiri Seroja. Dengan pandangan mata kosong, juga wajah yang pucat pasi terlihat sangat mengerikan sekali.

Bulu kuduk Seroja langsung berdiri seketika, dan dengan refleks seperti biasanya. Seroja langsung merapalkan mantra-mantra yang memang sudah dipelajarinya sejak dulu.

Agar dapat berkomunikasi dan menaklukkan makhluk ghaib tersebut. Roh Nenek tua tersebut langsung berbicara kepada Seroja dengan suaranya yang gamang.

"Nak ... izinkan aku, tinggal di pohon besar, yang ada di depan rumah ini bersama dengan cucuku! Tolong ... jangan sampai kau usir kami. Apalagi perempuan menyeramkan, berambut panjang yang baru datang itu. Sungguh jahat sekali, dia ingin mengusir kami dan menguasai sekitar rumah ini ..." pinta Jin yang berwujud Nenek tua dan cucunya tersebut.

"Asalkan kau berjanji tidak menggangu juga menurut segala perintah aku. Maka aku akan membiarkan kau tinggal di sana, bagaimana?" jawab Seroja dengan raut wajah yang serius dan tegas.

"Ohh ... rupanya Nyai Srintil jin peliharaan aku, sudah mulai ingin menguasai sekitar rumah ini. Sehingga dia hendak menaklukkan makhluk ghaib, yang berada disekitarnya? Dasar, jin iseng!" gumam Seroja di dalam hatinya mulai memahami semua yang terjadi.

"Aku tidak akan menggangu ... aku berjanji ..." jawab Jin berwujud Nenek tua tersebut.

"Jika kau mengganggu, dengan menunjukkan wujudmu ... sekali saja, di hadapan manusia yang ada di sekitar lokasi tempat ini! Maka kau dan cucumu ini, akan aku usir! Dan ingat ... kau harus menuruti semua perintahku!" seru Seroja mengingatkan.

"Baiklah ..." jawab Jin Nenek tua dan cucunya tersebut.

Lalu setelah berkata demikian, Nenek tua dan cucunya. Kembali berjalan menuju ke arah pintu keluar, kemudian menghilang seketika pada saat di depan pintu.

Lalu Seroja pun segera berjalan kembali masuk ke dalam kamar, untuk melanjutkan tidurnya.

***

Pagi hari yang cerah, matahari bersinar dengan penuh kehangatan. Hingga menyusupkan bias cahayanya, masuk ke celah jendela rumah besar milik Pak Haji Ibrahim ini.

Saat ini Seroja yg terlihat sedang merapikan meja makan bersama dengan Mbok Jum. Mereka berdua meletakkan aneka menu makanan untuk sarapan pagi.

Tidak berapa lama kemudian. Pak Haji Ibrahim keluar dari dalam kamarnya, sambil tersenyum tipis melihat ke arah Seroja. Kemudian dia pun duduk di salah satu kursi dekat meja makan.

"Tunggu sebentar ya Pak Haji, saya buatkan kopinya dulu," ucap Mbok Jum.

Tampak sekali dia sudah sangat memahami kebiasaan majikannya tersebut, sambil segera bergegas berjalan menuju ke arah dapur.

"Oh iya, Mbok Jum," jawab Pak Haji Ibrahim sambil tersenyum ramah.

"Pak, apakah pagi hari ini Bapak akan kembali mencari keberadaan, Rembulan?" tanya Seroja sambil duduk di hadapan Pak Haji Ibrahim.

"Ya, seperti itulah niat Bapak, Seroja. Tetapi sebelumnya, Bapak ingin terlebih dahulu pergi menengok restoran milik Bapak. Karena sudah cukup lama Bapak tidak mengecek keadaan di sana. Setelah itu baru Bapak ke kantor Polisi, ingin menanyakan perkembangan pencarian Rembulan. Kemudian baru berusaha mencari sendiri dengan berkeliling, ke tempat yang mungkin saja dapat menjadi petunjuk keberadaan Rembulan saat ini," jawab Pak Haji Ibrahim. Dengan raut wajah yang tampak sangat muram sekali. Tidak ada keceriaan sedikit pun, di wajah lelaki separuh baya tersebut.

"Bolehkah aku ikut dengan Bapak, untuk melakukan semua rencana hari ini? Sebab aku rasanya sangat tidak enak, jika hanya berdiam diri di rumah saja?" tanya Seroja sambil menatap penuh harap kepada Pak Haji Ibrahim.

"Oh ya, tentu saja boleh Seroja. Nanti kita akan kembali menggunakan motor saja, sebagai alat transportasi. Agar lebih mudah dan cepat, saat nanti berkeliling mencari informasi keberadaan Rembulan," jawab Pak Haji Ibrahim sambil mencoba tersenyum tipis.

Mendengar jawaban Bapaknya, Seroja seketika tersenyum bahagia. Sebab rasanya akan sangat menyenangkan sekali, bisa selalu bersama dengan Bapaknya. Karena sejak Seroja kecil, dia sama sekali belum pernah merasakan kasih sayang seorang Bapak. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat diimpikannya, dan saat ini dia bisa mendapatkan kesempatan tersebut.

Tidak berapa lama kemudian tampak Mbok Jum datang sambil tersenyum, membawa segelas kopi menggunakan baki. Kemudian dia pun langsung meletakkan segelas kopi tersebut, di hadapan Pak Haji Ibrahim.

"Ini kopinya Pak Haji, silahkan diminum!" ujar Mbok Jum mempersilahkan.

"Terimakasih, Mbok Jum!" jawab Pak Haji Ibrahim sambil mengambil segelas kopi tersebut. Lalu dia meniupnya perlahan untuk segera meminumnya. Setelah itu Mbok Jum pun kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya.

Setelah menikmati seteguk kopi panas tersebut, Pak Haji Ibrahim pun langsung mengambil sepiring nasi goreng yang sudah dihidangkan di atas meja makan. Sambil melanjutkan berbicara kepada Seroja yang melakukan hal yang sama pula seperti dirinya.

"Apakah kau ada keinginan, untuk melanjutkan sekolahmu di sini, Seroja?" tanya Pak Haji Ibrahim.

"Sebenarnya aku sangat ingin sekali, melanjutkan sekolah aku, Pak. Tetapi mengingat saat ini, kita sedang ada permasalahan dengan Rembulan. Sebaiknya kita fokus saja, untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Agar kita dapat secepatnya mengetahui, di mana keberadaan Rembulan sebenarnya. Untuk kelanjutan sekolah aku, tidak usah dipikirkan sekarang ini," jawab Seroja sambil melihat kearah Pak Haji Ibrahim, lalu menyuap satu sendok nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Baiklah kalau begitu, terserah kau saja, Seroja," jawab Pak Haji Ibrahim sambil tersenyum getir. Seketika dia menghentikan tangannya menikmati sarapan paginya. Tampak sekali bahwa Pak Haji Ibrahim saat ini sangat tidak bernafsu, untuk menikmati semua makanan yang dihidangkan di hadapannya tersebut.