webnovel

NAMA DI KAIN KAFAN

Saat ini adalah malam Jum'at Kliwon. Suara tetes air hujan terdengar jelas dari atap rumah Seroja, yang terbuat dari genteng tanah liat. Sebuah sobekan kecil, kain kafan putih tergeletak di atas meja riasnya. Seroja mengambil sebuah silet, yang tergeletak di samping kain kafan tersebut. Sambil menyeringai sinis dan membaca mantra, yang pernah diajarkan oleh Ibunya, Nyai Ayu Rembulan. Kemudian dia mulai menyayat sedikit ujung jari telunjuknya, agar dapat mengeluarkan darah segar. Pada saat darah menetes, Seroja mulai menuliskan tujuh nama laki-laki di atas sobekan kain kafan tersebut. "Besok, aku akan menyelipkan kain kafan ini di jenazah Rembulan. Agar rohnya kelak dapat membantu aku, membalaskan semua dendam!" gumam Seroja sambil menyeringai penuh kebencian.

Ifan_Tiyani · Horror
Not enough ratings
284 Chs

MISTERI REMBULAN

Pak Haji Ibrahim menekan tombol bel rumah tersebut berulang kali, sampai akhirnya keluar lah seorang perempuan muda dari dalam rumah. Dia terlihat mengenakan jilbab panjang berwarna biru, berjalan sambil tersenyum ramah menyambut kedatangan mereka.

"Assalamu'alaikum Kania!" sapa Pak Haji Ibrahim sambil berusaha tersenyum.

"Waalaikumsalam, wah tumben Bapak Haji datang ke rumah saya, ada perlu apa Pak Haji? Loh kemana jilbabmu Rembulan? Kenapa kau tidak menggunakannya?" tanya Kania sambil mengerutkan dahinya, nampak sangat terkejut sekali melihat kepada Seroja yang dikiranya Rembulan.

"Oh ya, perkenalan Kania ini adalah Seroja, saudara kembarnya Rembulan dia baru saja datang dari Jawa Timur!" tutur Pak Haji Ibrahim memperkenalkan.

"Oh, maaf Pak Haji, saya kira Rembulan! Saya sampai terkejut sekali melihat penampilannya yang berbeda! Hehehe," sahut Kania sambil tersipu malu.

"Tidak apa-apa Kania, kami memang saudara kembar. Jadi memiliki fisik yang sama, jadi wajar saja jika kau salah duga apalagi belum pernah bertemu dengan aku sebelumnya," ujar Seroja sambil tersenyum mengerti.

"Mari silahkan masuk Pak Haji dan Seroja!" kata Kania mempersilahkan.

"Tidak perlu masuk Kania, Bapak datang ke sini hanya untuk menanyakan. Mengenai keberadaan Rembulan apakah dia menginap di rumahmu ini Kania?" tanya Pak Haji Ibrahim dengan tatapan mata penuh kecemasan.

"Rembulan? Menginap di sini? Tidak kok Pak Haji, Rembulan tidak menginap di rumahku. Saat kemarin kami pulang kuliah, kami berdua langsung pulang ke rumah masing-masing. Karena hari juga sudah terlalu malam, karena acara di kampus yang terlalu padat kemarin. Memangnya Rembulan belum pulang ke rumah Pak Haji?" jawab Kania sambil balik bertanya, dan seketika itu pula. Kania merasakan kecemasan atas keadaan Rembulan, sahabat tercintanya tersebut.

"Belum Kania, saat ini Rembulan belum juga pulang ke rumah. Makanya sekarang Bapak sedang berusaha untuk mencarinya, tadinya Bapak berharap dia menginap di rumahmu. Karena semalam hujan deras, sehingga mungkin jadi sulit untuk pulang ke rumah. Tetapi ternyata Rembulan tidak menginap di sini ya?" jawab Pak Haji Ibrahim sambil kembali bertanya,. dengan raut wajah yang nampak semakin bersedih.

"Maaf ya Pak Haji, saya juga tidak mengetahui keberadaan Rembulan. Saya juga tidak dapat memperkirakan, Rembulan saat ini ada di mana. Karena seingat saya, Rembulan memang langsung pulang kemarin tidak pergi kemana-mana lagi!" ujar Kania kembali menegaskan.

Di dalam hati Kania saat ini, mulai dihinggapi rasa khawatir akan keadaan Rembulan. Sedangkan Seroja yang sebenarnya mengetahui semua kebenarannya ini, hanya dapat menarik nafas panjang kemudian menghelanya perlahan.

"Sebenarnya aku sudah mengetahui, bagaimana keadaan Rembulan saat ini. Tetapi rasanya tidak mungkin, jika dia mengatakan itu semua kepada Bapak. Nanti aku pasti akan di anggap orang aneh, atau nanti Bapak jadi mengetahui bahwa aku menurunkan ilmu hitam yang dimiliki oleh Ibu. Aku takut jika Bapak mengetahui hal tersebut, dia tidak akan mau menerima aku di rumah ini. Sebab sejak dulu aku sudah tahu, Bapak sampai bercerai dengan Ibu penyebab utamanya karena ilmu hitam yang Ibu miliki. Jadi lebih baik biarkan saja nanti pihak kepolisian, yang memeriksa kasus ini dan akan menguak misteri hilangnya Rembulan. Lagi pula semua misteri ini, aku rasa sebentar lagi juga akan segera terkuak cepat atau lambat!" gumam Seroja di dalam hatinya dengan perasaan penuh kesedihan, apalagi bila mengingat jasad Rembulan yang saat ini berada di rumah kosong itu.

"Ya sudah, kalau begitu Bapak permisi pulang ya nak Kania, maaf mengganggu Terimakasih atas waktunya," ucap Pak Haji Ibrahim berpamitan.

"Iya Pak Haji, hati-hati di jalan! Nanti saya akan mencoba menghubungi teman-teman yang lainnya, barangkali saja di antara mereka ada yang mengetahui keberadaan Rembulan," ucap Kania sambil tersenyum cemas.

"Oh ya nak Kania, sekali lagi terimakasih ya, jika ada informasi sekecil apa pun mengenai Rembulan. Tolong langsung hubungi Bapak saja ya!" pesan Pak Haji Ibrahim.

"Baik Pak!" jawab Kania singkat sambil tersenyum tipis.

Kemudian setelah itu Pak Haji Ibrahim, segera menaiki motornya bersama dengan Seroja untuk segera menuju ke kantor Polisi.

"Sekarang kita akan kemana lagi Pak?" tanya Seroja di tengah perjalanannya.

"Kita langsung saja ke kantor Polisi Seroja, untuk melaporkan kehilangan Rembulan. Karena setelah Bapak tadi berbicara dengan Kania, sepertinya tidak mungkin jika Rembulan pergi menginap ke rumah temannya yang lain. Karena selain teman paling dekat Rembulan hanya Kania, Bapak rasa Rembulan tidak mungkin menginap di mana pun juga," tutur Pak Haji Ibrahim memutuskan.

Mendengar keputusan Bapaknya tersebut, Seroja hanya terdiam sambil menghela nafas perlahan. Setelah itu mereka berdua pun melanjutkan perjalanan, menuju ke arah kantor Polisi dengan terdiam karena sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Kurang lebih selama 30 menit, akhirnya mereka pun tiba di depan sebuah kantor Polisi. Yang memiliki gedung lumayan besar, dengan bentuk ciri khasnya sendiri sebagai tempat berkantor aparatur penjaga keamanan negara. Setelah memarkirkan motornya di parkiran, yang sudah tersedia di sekitar pekarangan kantor Polisi tersebut.

Pak Haji Ibrahim beserta dengan Seroja langsung berjalan bersama, memasuki kantor Polisi. Kemudian langsung menemui Polisi yang bertugas piket, dan berjaga persis di depan pintu masuk Polisi tersebut.

"Selamat pagi Pak Polisi, maaf mengganggu," sapa Pak Haji Ibrahim sambil tersenyum tipis.

"Selamat pagi Pak! Ada yang bisa saya bantu?" jawab Pak polisi tersebut sambil tersenyum ramah, menyambut kedatangan Pak Haji Ibrahim beserta dengan Seroja.

"Perkenalkan Pak Polisi, nama saya Pak Haji Ibrahim. Saat ini saya ingin membuat laporan kehilangan, mengenai anak kandung saya yang bernama Rembulan. Sebab sejak kemarin hingga hari ini, anak saya tersebut tidak ada kabarnya sama sekali. Saya juga sudah berusaha untuk mencari ke rumah teman-temannya, tetapi ternyata tidak ada satu pun di antara teman-temannya yang mengetahui keberadaan anak saya tersebut. Makanya saat ini saya datang kemari, karena ingin meminta bantuan kepada Bapak Polisi. Agar membantu mencari, di mana keberadaan anak saya itu," tutur Pak Haji Ibrahim menceritakan, dengan nada bicara yang sedikit bergetar karena penuh dengan rasa kesedihan dan juga khawatir.

"Baiklah kalau begitu Pak Haji Ibrahim, kalau begitu mari ikut saya masuk ke dalam ruangan. Untuk membuat laporan mengenai kehilangan anak Bapak ini, agar bisa segera diproses pencariannya. Apakah baru kemarin, anak Bapak tersebut tidak pulang ke rumah dan tidak ada kabarnya sama sekali?" tanya Pak Polisi tersebut sambil tersenyum ramah.

"Iya Pak, baru sejak kemarin, tetapi hal tersebut tidak seperti biasanya. Sebab anak saya Rembulan, selalu memberikan kabar jika pergi kemana pun," jawab Pak Haji Ibrahim.

Setelah itu Pak Haji Ibrahim beserta dengan Seroja pun, mengikuti langkah kaki Polisi tersebut. Masuk ke dalam sebuah ruangan, yang berada di lantai 1 di dalam gedung kantor Polisi tersebut. Untuk segera membuat laporan, mengenai kehilangan Rembulan.