webnovel

NAMA DI KAIN KAFAN

Saat ini adalah malam Jum'at Kliwon. Suara tetes air hujan terdengar jelas dari atap rumah Seroja, yang terbuat dari genteng tanah liat. Sebuah sobekan kecil, kain kafan putih tergeletak di atas meja riasnya. Seroja mengambil sebuah silet, yang tergeletak di samping kain kafan tersebut. Sambil menyeringai sinis dan membaca mantra, yang pernah diajarkan oleh Ibunya, Nyai Ayu Rembulan. Kemudian dia mulai menyayat sedikit ujung jari telunjuknya, agar dapat mengeluarkan darah segar. Pada saat darah menetes, Seroja mulai menuliskan tujuh nama laki-laki di atas sobekan kain kafan tersebut. "Besok, aku akan menyelipkan kain kafan ini di jenazah Rembulan. Agar rohnya kelak dapat membantu aku, membalaskan semua dendam!" gumam Seroja sambil menyeringai penuh kebencian.

Ifan_Tiyani · Horror
Not enough ratings
284 Chs

MENCARI KEBERADAAN REMBULAN

Waktu menunjukkan pukul 06:00 WIB, Seroja bangun dari tempat tidurnya kemudian langsung berjalan keluar kamar. Dia berjalan menuju ke arah ruang makan, sebab Seroja melihat Mbok Jum Yang nampak sedang sibuk, merapikan piring berisi makanan di meja makan.

"Selamat pagi Mbok Jum!" sapa Seroja sambil tersenyum tipis, kemudian duduk di kursi dekat meja makan.

"Selamat pagi juga Mbak Seroja, sudah bangun toh!" sahut Mbok Jum sambil tersenyum ramah.

"Iya Mbok, sepertinya Mbok Jum saat ini sudah selesai menyiapkan sarapan pagi?" tanya Seroja sambil melihat piring, yang tergeletak di atas meja. Berisikan aneka menu makanan, siap untuk dinikmati.

"Iya benar Mbak Seroja, sebab itu sudah kebiasaan di rumah ini. Semua biasanya selalu sarapan pagi, sebelum memulai aktivitas. Apalagi Mbak Rembulan, selalu mengutamakan sarapan pagi jika tidak sedang puasa sunah. Mbak Rembulan juga selalu membawa bekal, jika berangkat kuliah untuk makan siang di kampusnya. Sebab Mbak Rembulan memiliki penyakit maag parah, jadi untuk mencegah kambuh. Mbak Rembulan membawa bekal, agar ingat makan tepat waktu," tutur Mbok Jum menceritakan, ada getaran suara yang mencerminkan kesedihan di dalamnya.

"Oh seperti itu, aku merasa Rembulan memiliki pribadi yang sangat baik sekali, sabar, cantik juga penyayang benarkan Mbok Jum, apa yang aku katakan?" tanya Seroja seakan ingin sekali, mengetahui cerita tentang sosok kembarannya tersebut.

"Iya benar Mbak Seroja, benar sekali," jawab Mbok Jum sambil menatap Seroja lekat, sambil tersenyum penuh kerinduan.

"Rembulan itu, pasti sosok perempuan yang sangat sempurna sekali, untuk menjadi seorang istri dan Ibu," ujar Seroja lagi sambil tersenyum penuh kesedihan.

"Mbak Seroja matanya bengkak, habis menangis ya?" tanya Mbok Jum melihat ke arah Seroja dengan lekat.

"Mbak Jum juga, matanya terlihat bengkak. Pasti habis menangis semalaman mengingat Rembulan, sama seperti aku!" sahut Seroja sambil tersenyum tipis.

"Iya benar Mbak Seroja, Mbok Jum sehabis sholat isya terus menangis tanpa henti. Entah kenapa, mudah-mudahan saja Mbak Rembulan dalam keadaan baik-baik saja ya," ujar Mbok Jum sambil berusaha tersenyum.

"Iya Mbok, oh ya Mbok Jum, Bapak kemana? Kok tidak kelihatan?" tanya Seroja sambil melihat ke sekeliling rumah, terutama arah kamar Bapaknya.

"Seperti biasanya Mbak, Pak Haji Ibrahim selalu sholat subuh. Di masjid yang terdekat dengan rumah ini, namanya Masjid Al Ikhlas. Sebentar lagi juga biasanya Bapak sudah pulang kok," jawab Mbok Jum menjelaskan sambil melihat ke arah jam dinding.

"Sebaiknya Mbak Seroja sarapan pagi saja duluan, mumpung masih hangat!" ucap Mbok Jum mempersilahkan.

Pada saat yang bersamaan terdengar suara pintu depan terbuka, lalu muncullah sosok Pak Haji Ibrahim. Yang mengenakan baju koko, kain sarung dan kopiyah berwarna hitam. Pak Haji Ibrahim terlihat tersenyum tipis, sambil memandang ke arah Seroja yang duduk di kursi dekat meja makan.

"Assalamu'alaikum!" sapa Pak Haji Ibrahim.

"Waalaikumsalam ... baru pulang dari masjid Pak?" tanya Seroja sambil bangkit dari tempat duduknya, kemudian mendekati Pak Haji Ibrahim untuk mencium tangannya.

"Iya Seroja, apakah kau sudah sarapan nak?" tanya Pak Haji Ibrahim dengan nada suara, yang terdengar sangat lembut sekali.

"Baru saja ingin sarapan Pak, ayo kita sarapan bersama sekarang!" ajak Seroja sambil tersenyum dan kembali duduk di kursi dekat meja makan.

Pak Haji Ibrahim pun segera duduk di samping Seroja, sambil mengambil piring yang sudah disediakan. Sebenarnya Pak Haji Ibrahim nampak tidak bernafsu, untuk sarapan pagi hari ini. Hanya saja karena dia merasa tidak enak dengan Seroja, maka Pak Haji Ibrahim pun memaksakan dirinya untuk sarapan pagi walau hanya sedikit.

"Apakah setelah sarapan pagi ini Bapak akan ke kantor Polisi, untuk melaporkan Rembulan yang belum juga pulang?" tanya Seroja di tengah kegiatan sarapan pagi mereka.

"Bapak hari ini memang ingin melaporkan ke kantor Polisi, tetapi sebelumnya ingin mencari dulu ke rumah teman-temannya Rembulan. Setelah tidak menemukan informasi apa pun, baru kita melaporkan ke kantor Polisi," jawab Pak Haji Ibrahim sambil tersenyum tipis penuh kesedihan.

"Aku ikut ya Pak mencari Rembulan, juga ke kantor Polisi nanti?" tanya Seroja penuh harap.

Sebenarnya Seroja saat ini sudah mengetahui, bagaimana keadaan kembarannya Rembulan. Tetapi tentu saja dia tidak dapat mengatakan kepada siapa pun karena akan aneh sekali rasanya. Jika dia menceritakan semua yang diketahuinya tersebut, apalagi hanya melalui sebuah mimpi belaka. Saat ini yang dapat Seroja lakukan, hanyalah menunggu jasad Rembulan diketemukan oleh para Polisi yang mencarinya atau siapa pun nanti.

"Iya Seroja, nanti kau boleh menemani Bapak mencari Rembulan, sekalian melihat sekeliling lingkungan ya. Karena kau kan baru saja datang ke Jakarta, jadi pasti belum tahu. Bagaimana situasi di Jakarta saat ini," jawab Pak Haji Ibrahim sambil tersenyum.

"Mbak Aliza hari ini jadi pulang kan Pak Haji?" tanya Mbok Jum yang baru saja datang dari dapur, sambil membawa kopi hitam untuk Pak Haji Ibrahim.

"Seharusnya jadi Mbok, karena kemarin di telepon Aliza kan berkata demikian. Karena waktu PKL nya sudah selesai, maka dia akan segera pulang ke rumah," jawab Pak Haji Ibrahim.

"Pasti akan sangat menyenangkan sekali, aku bisa bertemu dengan Aliza. Sebab ternyata aku memiliki seorang adik, padahal sebelumnya aku hanya hidup sendirian tidak memiliki saudara," sahut Seroja sambil tersenyum bahagia.

Setelah selesai menikmati sarapan pagi mereka, Seroja dan Pak Haji Ibrahim segera bersiap untuk mandi dan berganti pakaian. Karena mereka berdua akan segera mencari keberadaan Rembulan, di rumah teman-temannya setelah itu baru melaporkan ke kantor Polisi.

Seroja dan Pak Haji Ibrahim berjalan menuju ke garasi mobil, tempat mobil dan motor Pak Haji Ibrahim diparkirkan. Pak Haji Ibrahim bersiap mengendarai motornya, lalu Seroja pun membonceng di jok belakang. Motor yang dikendarai oleh Pak Haji Ibrahim, langsung meluncur di jalan raya berbaur dengan kendaraan yang lainnya menuju ke salah satu rumah teman dekatnya Rembulan.

"Saat ini kita akan pergi ke rumah temannya Rembulan yang mana Pak? Apakah jauh rumahnya?" tanya Seroja ingin tahu.

"Saat ini Bapak ingin ke rumah sahabat dekatnya Rembulan, yang bernama Kania. Rembulan dan Kania itu berteman sangat dekat sekali, Bapak yakin dia mengetahui kabar terakhir dari Rembulan," jawab Pak Haji Ibrahim menjelaskan.

"Jika Kania tidak tahu kabar Rembulan, apakah kita akan langsung ke kantor Polisi saja Pak?" tanya Seroja lagi.

"Tidak Seroja, kita akan mencoba bertanya kepada beberapa teman Rembulan yang lainnya terlebih dahulu, setelah itu baru kita ke kantor Polisi," jawab Pak Haji Ibrahim nada suaranya terdengar sangat sedih sekali.

Tidak berapa lama kemudian, motor yang dikendarai oleh Pak Haji Ibrahim pun berhenti tepat di depan sebuah rumah. Yang memiliki warna bernuansa serba putih itu, lalu Pak Haji Ibrahim pun memarkirkan motornya persis di depan pintu gerbang rumah tersebut. Kemudian bersama dengan Seroja berjalan menuju ke arah pintu gerbang rumah, dan menekan bel rumah yang berada di dekat tembok pintu gerbang tersebut.