webnovel

NAMA DI KAIN KAFAN

Saat ini adalah malam Jum'at Kliwon. Suara tetes air hujan terdengar jelas dari atap rumah Seroja, yang terbuat dari genteng tanah liat. Sebuah sobekan kecil, kain kafan putih tergeletak di atas meja riasnya. Seroja mengambil sebuah silet, yang tergeletak di samping kain kafan tersebut. Sambil menyeringai sinis dan membaca mantra, yang pernah diajarkan oleh Ibunya, Nyai Ayu Rembulan. Kemudian dia mulai menyayat sedikit ujung jari telunjuknya, agar dapat mengeluarkan darah segar. Pada saat darah menetes, Seroja mulai menuliskan tujuh nama laki-laki di atas sobekan kain kafan tersebut. "Besok, aku akan menyelipkan kain kafan ini di jenazah Rembulan. Agar rohnya kelak dapat membantu aku, membalaskan semua dendam!" gumam Seroja sambil menyeringai penuh kebencian.

Ifan_Tiyani · Horror
Not enough ratings
284 Chs

CERITA SAAT RONDA MALAM

Setelah selesai dengan urusan Mbok Jum, yang masih nampak sangat ketakutan tersebut. Akhirnya Pak Haji Ibrahim bersiap, untuk mengikuti kegiatan ronda malam yang saat ini menjadi gilirannya.

"Oh ya Seroja, tolong ambilkan beberapa bungkusan cemilan di dalam lemari dekat dapur, untuk Bapak bawa malam hari ini menemani kegiatan ronda," pinta Pak Haji Ibrahim sambil tersenyum.

"Baik Pak!" jawab Seroja sambil segera berjalan menuju kearah dapur, untuk melaksanakan perintah bapaknya tersebut.

Tidak berapa lama kemudian Seroja pun keluar kembali dari dapur, sambil membawa kantong plastik berwarna merah. Yang berisikan berbagai macam aneka cemilan, yang langsung diberikan kepada Pak Haji Ibrahim.

"Ya sudah kalau begitu, sekarang Mbok Jum dan Seroja beristirahat saja ya. Bapak mau melaksanakan tugas ronda dulu malam hari ini, sebab jika Bapak tidak datang ikut serta dalam kegiatan ronda. Rasanya Bapak jadi tidak enak dengan warga di lingkungan sekitar ini," pamit Pak Haji Ibrahim, sambil segera menghabiskan segelas kopi yang berada di hadapannya.

"Iya Pak, hati-hati ya!" pesan Seroja sambil tersenyum tipis.

Setelah itu Pak Haji Ibrahim pun bergegas keluar dari dalam rumah, sambil membawa kantong plastik di tangannya. Lalu berjalan menuju ke arah pos ronda, yang berada tidak terlalu jauh dari rumahnya tersebut.

Pada saat Pak Haji Ibrahim tiba di pos ronda tersebut, waktu sudah menunjukkan tepat pukul 11 malam. Melihat kehadiran Pak Haji Ibrahim, Bapak-bapak yang ada di pos ronda tersebut langsung menyapa dengan ramainya.

"Waduh kemana aja nih Pak Haji Ibrahim, kok jam segini baru datang? Tumben Pak?" tanya Pak Roni salah satu warga yang terkena piket ronda malam ini.

"Maaf Pak Roni, tadi saya harus ke kantor Polisi, untuk melaporkan mengenai anak saya Rembulan yang hingga saat ini belum pulang juga ke rumah. Sehingga saya harus menyelesaikan urusan tersebut, baru bisa membantu ronda di sini. Saat ini juga di rumah saya juga sudah ada, kembaran anak saya Rembulan. Yang bernama Seroja, dia baru datang dari Jawa Timur. Sekarang anak saya itu tinggal bersama dengan saya, sebab Ibunya sudah meninggal dunia," tutur Pak Haji Ibrahim sambil tersenyum menjelaskan.

"Astaghfirullahaladzim! Semoga saja Mbak Rembulan dapat segera diketemukan oleh Polisi ya Pak Haji, dan insyaallah kami semua pun akan membantu Pak Haji untuk mencari Mbak Rembulan," sahut Pak Roni ikut merasa prihatin, dengan cerita yang disampaikan oleh Pak Haji Ibrahim.

"Tapi saat ini bukan masalah juga lah Pak Haji datang terlambat, karena datang dengan membawa kue yang enak dan banyak, hehehee," sahut Pak RT mencoba mencairkan suasana, agar dapat tertawa bersama. Sebab Pak RT merasa kasihan sekali, melihat raut wajah Pak Haji Ibrahim yang nampak sedih tidak seperti biasanya.

"Aah Pak RT ini bisa saja, hehehee," sahut Pak Haji Ibrahim sambil tertawa kecil, kemudian duduk di samping Pak RT di dekat pos ronda tersebut.

"Pak Haji Ibrahim sudah dengar belum, tentang cerita pencurian celana dalam yang terjadi di lingkungan wilayah kita ini?" tanya Pak Roni kepada Pak Haji Ibrahim.

"Sudah Pak, kemarin Mbok Jum saya secepat bercerita, katanya di lingkungan wilayah kita. Ada orang yang suka mencuri celana dalam," jawab Pak Haji Ibrahim sambil mengerutkan dahinya.

"Iya benar Pak Haji, bukan satu atau dua orang saja. Sudah puluhan orang perempuan, yang mengalami kehilangan celana dalam milik mereka, pada saat dijemur!" kata Pak Roni menceritakan.

"Zaman sekarang orang kok aneh-aneh saja, celana dalam di curi hehehee," ujar Pak RT sambil mengunyah makanan yang dibawa oleh Pak Haji Ibrahim.

"Biasanya kalau orang yang suka mencuri celana dalam seperti itu, karena digunakan untuk syarat pesugihan. Atau bisa jadi ... orang ini ada seorang psikopat!" ujar pak Roni memberikan pendapatnya.

"Waduh serem juga ya Pak Roni? Untung hanya celana dalamnya saja dicuri, bukan isinya! hahahaaa" Seloroh Pak Asep, salah satu Bapak-bapak yang ikutan ronda malam itu, sambil tertawa terbahak-bahak.

Mendengar ucapan Pak Asep tersebut, Pak Haji Ibrahim jadi tersenyum sendiri sambil menggelengkan kepalanya.

"Ayo sekarang kita gantian berkeliling, saya, Pak Haji Ibrahim juga Pak Roni segera pergi keliling komplek perumahan bertiga. Sedangkan kalian bertiga jaga di sini!" ucap Pak RT memberikan perintahnya.

"Baik Pak RT!" jawab semua Bapak-bapak hampir bersamaan.

Setelah itu Pak Haji Ibrahim, Pak RT dan Pak Roni pun, segera berkeliling ke daerah komplek perumahan mereka. Untuk mengecek keamanan sekitar lingkungan rumah mereka ini, yang beberapa waktu lalu sering terjadi berbagai macam pencurian. Lagi pula sebenarnya kegiatan ronda malam ini, sangat bagus untuk menjalin hubungan yang baik dengan para tetangga.

Waktu sudah menunjukkan pukul 03:00 WIB, akhirnya Pak Haji Ibrahim pamit pulang, kepada semua Bapak-bapak yang ronda malam itu. Karena besok dia akan ada pekerjaan di pagi. Baru saja Pak Haji Ibrahim membuka pintu gerbang rumah perlahan, lalu menguncinya kembali.

Pada saat Pak Haji Ibrahim akan masuk kedalam rumahnya, tiba-tiba saja terdengar suara kaleng terjatuh dari arah garasi mobilnya. Pak Haji segera menyalakan lampu yang ada, di tembok samping untuk memberikan penerangan kedalam ruangan garasi mobil.

Splash!

Lampu nyala seketika, tapi Pak Haji Ibrahim tidak melihat apa pun. Hanya ada kaleng kosong bekas cat, yang terjatuh ke lantai. Pak Haji Ibrahim kembali mematikan lampu garansi, tapi tidak berapa lama kemudian. Kembali terdengar suara, kaleng kosong yang jatuh di sudut ruangan garasi mobil ini. Pak Haji Ibrahim kembali menyalakan lampu garasi mobilnya.

Pada saat yang bersamaan, nampaklah berdiri tepat di depan wajah Pak Haji Ibrahim. Sosok roh perempuan dengan penampilan yang sangat mengerikan! Rambutnya yang acak-acakan dengan seluruh tubuhnya berlumuran darah segar, kedua mata perempuan tersebut terlihat bolong! Tanpa ada biji matanya sama sekali, dan leher perempuan tersebut pula, terlihat seperti ... habis dipotong menggunakan benda tajam yang besar. Pak Haji Ibrahim terlonjak kaget dan mundur kebelakang beberapa langkah.

"Astagfirullah aladziim! Astagfirullah aladziim ... a'udzu billahi minasy syaithonir rojiim!" gumam Pak Haji Ibrahim perlahan, sambil berusaha menenangkan hatinya yang merasa kaget. Dengan kehadiran sosok roh perempuan mengerikan tersebut.

Seketika roh perempuan tersebut, langsung seperti menangis mengikik.

"Hihihiiii ... hihihiiii ..." suaranya terdengar sangat pilu dan sangat menyedihkan sekali.

Roh perempuan mengerikan tersebut, berjalan mendekati Pak Haji Ibrahim. Dia berusaha berkomunikasi dengan Pak Haji Ibrahim saat itu. Tetapi karena badan Pak Haji Ibrahim yang sangat lelah, pada saat roh perempuan mengerikan tersebut menyentuh tangannya. Pak Haji Ibrahim seketika terjatuh pingsan tidak sadar kan diri.

Adzan Subuh berkumandang dengan indahnya. Mbok Jum yang baru saja bangun dari tidurnya, langsung bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Kemudian langsung mengerjakan ibadah sholat subuh setelah itu seperti biasanya, Mbok Jum bergegas berjalan menuju keluar rumah, melewati pintu samping untuk mematikan lampu depan.

Pada saat sedang membuka pintu samping, Mbok Jum sangat kaget sekali sekali. Melihat Pak Haji Ibrahim vyang tergeletak tidak sadarkan diri, di depan pintu dekat garasi mobil. Seketika Mbok Jum berteriak sekerasnya, dengan penuh rasa ketakutan bercampur panik.