webnovel

My Shine

Aku menyayangi Anda dan Athanasia. Aku menyayangi kalian, prioritasku.

Cheristi · Teen
Not enough ratings
5 Chs

Peony Sundae

"Saya mohon diri sebentar. Aku hanya ingin melihat wajah tunanganku yang sedang tertidur."

Pangeran Kris menatap sekitar. Kamar Merethyl tidak seperti kamar biasa, melainkan kamar rawat inap rumah sakit. Ia dapat mencium bau anyir di kamar Merethyl.

Baroness nampak ingin menghentikannya, tetapi Pangeran Kris sudah lebih dulu berdiri di samping tempat tidur Merethyl.

"Aku tidak tau di hari pertama kami bertemu, aku malah tidur di tempat tidurku sambil membelakanginya. Apa Yang Mulia akan marah?" Batin Merethyl. Ia sangat gugup saat ia melihat bayangan Pangeran Kris yang terbentuk di atas tempat tidurnya.

Merethyl merasakan sentuhan Pangeran Kris yang menyingkirkan rambut yang menutup wajahnya. Merethyl menutup matanya rapat - rapat. Namun, ia beranikan menatap wajah Putra Mahkota dari sudut matanya.

"...Yang Mulia Putra Mahkota...?"

Merethyl mendudukan dirinya dan bersandar pada kepala kasur. Ia menatap Pangeran yang menatap dirinya dengan aura kesedihan.

"Kenapa dia menatapku sedih seperti itu? Apa karena aku tidak terlihat anggun seperti kata ibu?" Batin Merethyl. Keringat mengucur dari pelipisnya. Ia sangat ingin berkata "Yang Mulia, bawa aku pergi dari sini."

Namun

"Jangan bersedih..."

Adalah kata yang berhasil Merethyl ucapkan sambil menatap Pangeran Kris.

"Aku sedih?"

"Tidak, bukan seperti itu, Nona. Aku sedang mengkhawatirkanmu. Aku berdoa agar kau kembali sehat jiwa dan raga."

"S-saya tidak sakit!" Kata Merethyl sambil menutup tubuhnya dengan selimut. Apa yang baru saja ia katakan? Itu sangat tidak elegan. Berteriak di depan tunagan adalah hal yang memalukan bagi kaum bangsawan.

Merethyl merutuki dirinya sendiri karena tidak memperlihatkan sifat bangsawannya. Baroness yang melihat itu siap - siap mengambil tongkat di belakangnya. Menurut Baroness, Merethyl masih harus dilatih kedisiplinannya.

"Nona, kamu suka warna apa?"

Merethyl mulai menatap mata Pangeran Kris..

"Warna... yang saya suka...."

"S-saya suka warna putih, seperti bunga snowdrop... Seperti warna mata Yang- "

Baroness sudah menyiapkan tongkat di belakang punggungnya. Merethyl melihat itu dan sontak mengatakan bahwa ia sangat menyukai warna biru.

"a-ah, saya paling suka warna biru! Saya paling suka warna...biru."

Merethyl terdiam dengan mata yang tak luput dari Baroness, ia berdiri tepat di belakang Pangeran Kris. Ekspresi wajah menutut membuat Merethyl tertekan. Ia sampai tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Baroness.

Tiba - tiba Pangeran Kris menghalangi pandangan Merethyl. Ia mencoba membuat Merethyl fokus terhadap dirinya. Merethyl tampak bingung dengan wajah tegangnya. Pangeran memegang tangannya sambil tersenyum hangat.

"Aku ulangi, Nona suka warna apa?"

"Y-yang Mulia... a-apa boleh saya mengatakannya?"

Pangeran Kris tersenyum. Melihat itu Merethyl tanpa sadar melantunkan kalimatnya

"... saya suka warna seperti bunga peony sundae yang mekar, melihatnya hati saya menjadi tenang dan... merasa hangat."

"Baiklah, aku minta kamar Nona Merethyl dipenuhi warna merah muda, sesuai dengan kesukaannya. Sepatu di dalam rak harus diganti menjadi sepatu yang layak digunakan anak 12 tahun."

Pangeran Kris memerhatikan ekspresi Baron dan Baroness. Mereka menurut pada perkataan Pangeran sepertinya. Nampak ekspresi cemas dari mereka berdua.

"Istirahat lah Nona. Minggu depan, aku akan mengunjungimu kembali."

Merethyl ikut tersenyum kecil, ia mengangguk. Namun, jika bisa. Ia ingin loncat - loncatan di atas kasurnya.

"Saya akan menunggu anda, Yang Mulia."

Merethyl terkejut saat Pangeran Kris mencium punggung tangan kanannya.

"Aku pulang dulu ya, Ety."

"Baik Yang Mulia, berhati - hatilah di jalan."

"Pasti."

Pangeran Kris berjalan keluar dari kamar Merethyl, diikuti Tuan Baron dan Nyonya Baroness. Saat merasa tidak ada orang selain dirinya di kamar, Merethyl tersenyum lebar.

Ia memeluk bantalnya gemas. Bulu mata yang lentik, rambut kuning seperti bulu sayap malaikat, senyuman yang candu, Merethyl sangat menyukai Pangeran dari Albany itu.

"...Ety..."

Ia menyembunyikan senyumannya pada bantal.

"...Saya suka.. Yang Mulia.."

***

"Jangan banyak mengeluh! Nasibmu masih jauh lebih baik dari anak lain!!"

Kakinya sudah tidak bisa menahan bobot tubuhnya. Merethyl merasa jika sekarang kedua kakinya seperti sedang digerogoti semut merah.

"2 hari lagi Yang Mulia akan kesini, kau harus menegakkan punggungmu dari yang biasanya! Lilieth! Pakaikan Merethyl korset."

Lilieth menengok Merethyl sejenak. Ia melihat Nonanya mengangguk pasrah, sedangkan ia hanya bisa menuruti perintah Nyonya besar itu.

Dasar kejam! Merethyl baru 12 tahun! Tapi pelajaran yang diberi setara dengan gadis 18 tahun. Orang tua macam apa dia ini.

Dada Merethyl terasa sangat sesak. Korsetnya terlalu ketat. Dia hampir tidak bisa bernafas.

"Nona, maafkan saya."

"Tidak apa apa Lily."

"Lilieth, pasangkan Merethyl sepatu hak tinggi dan beberapa buku dari perpustakaan."