webnovel

Chapter 9

     Perjalanan itu berakhir di ujung tebing yang sepi. Sebuah jalan buntu yang memiliki pemandangan yang jauh lebih indah dari sebelumnya. terdapat beberapa pohon yang tumbuh di ujung tebing. Juga beberapa bangku panjang di setiap sudutnya. Dari ujung pemandangan, lautan terbentang luas tak terbatas. Aroma air laut terbawa hingga ke tempat itu, angin yang tak berhenti bertiup dan terus memberikan kesejukkan.

     "Turunlah." kata Sehun sebelum turun dari mobil. Tidak berniat menunggunya, Sehun terus melangkah hingga akhirnya memilih duduk disalah satu bangku disana. masih terlihat ragu, Yoona memaksakan kakinya untuk melangkah, menghampiri Sehun yang sudah duduk santai mengamati keindahan yang terpampang di depan mata. Sesampai disana, disamping pria itu, hanya diam tak tahu hendak berkata apa. Ia menyadari itu, Sehun terlihat berbeda. "tidak ada yang ingin kau katakan padaku?" ujar Sehun tanpa menoleh.

     "..." dilihatnya Sehun yang terus menatap ke arah lautan.

     "Katakanlah.." masih tidak melihat kearah Yoona. gadis itu kembali merasa resah. Dirinya diam dalam wajah itu. menatap Sehun penuh pertimbangan. Ketika itu, setelah sekian lama tak menoleh padanya, akhirnya Sehun mengalihkan pandangannya lalu membalas tatapan Yoona. "kau sudah lebih dulu ke tempat ini bukan?" sambung Sehun. "pemakaman itu." menatap Yoona tenang. Tapi terlihat kecewa.  "dengannya." matanya mendadak sayu tak bersemangat. Tidak menyangka itu, ternyata Sehun sudah mengetahuinya.

     "Itu.. Aku.."

     "Aku mengerti. Tapi kumohon, mulai saat ini, jangan pernah lagi berhubungan dengannya." ujarnya penuh keseriusan.

     "Waeyo?" tanya Yoona akhirnya.

     "..." diam sejenak dalam tatapan itu. "kurasa kau sudah tahu alasannya."

     "Ijinkan aku bertanya." kata Yoona, dilihatnya Sehun diam menunggu perkataannya. "kenapa kau membencinya?"

     "Karena dia sahabat baik ibuku." jawab Sehun cepat.

     "Lalu apa yang salah?" mengingat seperti apa keadaan wanita itu ketika bersamanya pada waktu itu.

     "Kau tahu? dia sudah mencintai ayahku jauh sebelum ibuku menikah dengan ayahku. Itu benar-benar menyakiti perasaanku." dilihatnya Yoona yang diam menunggu penjelasan. "banyak cara untukku mengetahuinya." berusaha menahan amarahnya. "setelah mengetahui itu, apa menurutmu pernikahan mereka hanya sebuah kebetulan?"

     "Tapi dia sangat menyayangimu." balas Yoona. Yoona tidak tahu hendak mempercayai siapa, tapi ketika mengingat malam itu, dimana wanita itu menangis di dalam pelukannya. Seakan dapat merasakan kesedihan itu. "tidakkah kau pikirkan betapa tersiksanya dirinya? Kau yang tak pernah menganggapnya ada, dan juga rasa bersalahnya terhadap sahabatnya." Yoona mencoba memberanikan diri untuk mengatakan semua yang terlintas di pikirannya. "apa mencintai seseorang adalah kesalahan?" Yoona mulai terhanyut pada pemikirannya. "jika cintanya dan statusnya sebagai sahabat ibumu adalah sebuah kesalahan, lalu seperti apa kebenaran yang kau maksud? sedangkah hal baiknya sudah salah di matamu." sukses membuat Sehun diam tak berkutik. Tidak, raut wajah Sehun kembali serius.

     "Dia sudah membuatmu terluka." singkat, tapi dapat Yoona rasakan kesungguhan dari tatapan matanya.

     "Memangnya kenapa jika aku terluka? Itu memang pekerjaanku."

     "Ani, itu menggangguku." sela Sehun. "cukup ibuku yang terluka. Aku tidak ingin ada yang tersakiti lagi, terutama orang yang aku sayangi."  tubuh Yoona mendadak mendapatkan semburan hangat dengan getaran yang menggelitik. Mata itu menatapnya lekat. dengan raut wajahnya yang semakin memperjelas sejauh mana keseriusannya pada saat itu.

     "Tidakkah menurutmu kau terlalu egois?" jawab Yoona setelah itu. tidak menghiraukan perkataan Sehun sebelumnya. "saat ini dialah ibumu." dilihatnya Sehun diam dalam tatapannya. Menatap Yoona diam seakan tengah berpikir keras. "jika kau tidak ingin ada yang terluka. Maka lindungilah dia. Saat ini dia dalam bahaya." Sehun masih mengatup rapat mulutnya. "kupikir kau sudah tahu apa yang akan aku katakan."

     "Kupikir kau tidak perlu mengatakan apapun padaku, ini masalahku dan aku sendiri yang akan menyelesaikannya. Disini aku hanya meminta padamu untuk tidak berhubungan lagi dengannya. Hanya itu." nada suaranya terdengar ketus dan tegas. Yoona terdiam mendengar itu, pertama kali untuknya mendengar Sehun berkata keras kepadanya.

     "Andai saja kau melihat seperti apa keadaannya pada malam itu." Yoona menghentikan perkataannya. Entah mengapa, ia mendadak merasa geram. "apa kau senang jika ada seseorang yang memelas padamu? Mengharapkan perhatianmu tanpa akhir. Apa kau tidak pikirkan betapa tersiksanya mereka?" kembali menghentikan perkataannya. Terdiam menyadari apa yang telah ia katakan. Yoona terlihat tengah menahan amarah dalam dirinya. Menghela nafasnya dengan kesal. "lupakan kata-kataku." katanya setelah itu. menghadap ke laut. tidak menghiraukan Sehun yang masih menatapnya. Yoona terlihat gusar. Sebenarnya apa yang tengah ia pikirkan?

--

     Ternyata tanpa sengaja ia kembali mengingat peristiwa kelam itu. 5 tahun yang lalu, dimana ia melihat kedua orangtuanya tengah bertengkar. Sang ibu hanya diam menahan tangis. Lalu ayahnya terus melontarkan kata-kata kotor ke ibunya. bahkan hingga memukul ibunya yang sama sekali tidak melawan. Dengan isak tangisnya yang mulai pecah, ibunya diam menahan sakit. Yoona yang ketika itu memilih bersembunyi tidak bisa berbuat apa-apa. Mengingat ibunya meminta padanya untuk tetap bersikap baik pada ayahnya yang kasar itu. ya, Yoona sangat membenci ayahnya. Mengapa?

     Puluhan tahun mereka berumah tangga. Tapi ayahnya tak sekalipun bersikap baik pada ibunya. selalu pulang kerumah dalam keadaan mabuk. Setiap harinya berjudi dan berakhir berhutang disana-sini. ibunya yang terlalu mencintai ayahnya hanya bisa bersabar. Dan dengan baik menyimpan keburukkan ayahnya dari Yoona. berharap agar anak-anaknya tidak membenci orang yang sangat ia cintai itu. sesungguhnya Yoona sudah mengetahui sikap buruk ayahnya itu, tapi ia merasa kasihan terhadap ibunya. ia tahu bahwa selama ini ayahnya tak pernah mencintai ibunya. ibunya pasti akan sangat terpuruk jika tahu bahwa ia mengetahui itu. maka itu ia berusaha untuk berpura-pura tidak menyadarinya.

     Tapi seiring berjalannya waktu. Melihat ibunya yang terus terluka, terus mengharapkan perhatian dari ayahnya, dan tetap tidak membuahkan hasil. Dirinya merasa kesabarannya sudah diujung tanduk. Ia tidak bisa menahannya lagi. Baginya ayahnya tidak pantas mendapatkan kebaikan dari ibunya. sungguh diluar dari kesadarannya. Hingga akhirnya ia melihat aksi pemukulan itu lagi, seakan sudah tidak menganggap pria tua itu ayahnya. Dengan emosinya yang membara, ia menendang tubuh ayahnya dengan seluruh kekuatannya.

     "Hentikan itu! dasar keparat!" ayahnya berusaha bangun dari tendangannya. Tapi Yoona kembali melayangkan tendangannya hingga menghantam wajah ayahnya. Pria tua itu tersungkur ke tanah. Tentu tenaga Yoona terlampau kuat dibandingkan dengan ayahnya yang tengah mabuk itu. masih dipenuhi amarah, ia kembali menendang tubuh ayahnya tanpa henti. Matanya memerah tak kuasa menahan segala emosi yang selama ini ia pendam. Airmata terlihat mengalir dari wajahnya, tidak bisa ia pungkiri, sakit sekali rasanya.

     "Andwe! jangan lakukan itu!" teriak ibunya mencoba menghentikannya. Itu karena Yoona tengah menggenggam sebuah balok dan hendak menghantamkan balok itu ke tubuh ayahnya, yang masih tersungkur di tanah. "andwe Yoona-a.." menangis penuh haru, memeluk Yoona dengan isak tangisnya yang tak karuan.

     "Mianhae eomma, aku tidak bisa menahannya lagi. Eomma, jebal.. lepaskan dia." menatap ibunya penuh harap. "lepaskan dia dan mulailah hari yang baru. Aku akan bekerja keras untuk membiayai kebutuhan kita. aku berjanji padamu." menggenggam tangan ibunya dengan airmatanya yang terus mengalir. Ibunya tercengang melihat itu. pertama kalinya untuk ibunya melihat Yoona menangis.

     "Omo, Yoona-a.." langsung memeluk Yoona dengan erat. "sejak kapan kau mengetahui semua ini?" tanya ibunya diiringi isak tangisnya.

     "Sejak kita pindah kerumah ini." dan itu sudah 6 tahun lamanya.

     "Kau pasti sangat menderita." mengelus punggung Yoona.

     "Ani, eomma lah yang paling menderita. karena itu, kumohon, lepaskan dia." kembali menatap ibunya. "sudah cukup penderitaan yang selama ini eomma rasakan. manusia sepertinya tidak pantas menerima kasih sayang dari eomma." ibunya mengangguk dengan isak tangis yang tak usai. Lega bukan main, dipeluknya ibunya dengan erat. Mulai saat itulah, Yoona kerja banting tulang guna membiayai kebutuhan keluarganya. Ditambah setahun kemudian ibunya melahirkan si kembar, membuat Yoona semakin gila dalam bekerja. saking sibuknya, waktunya dirumah hanya untuk tidur beberapa jam saja. lalu dimana ayahnya sekarang? Entahlah. Mereka benar-benar telah melupakan pria itu.

--

     "Yak, wae geurae?" tegur Sehun menyadari adanya airmata yang tengah mengalir di wajah Yoona. Yoona mengerjap kaget. Ia telah tenggelam dalam kenangan itu terlalu jauh. Kisah kelam itu berhasil membuatnya meneteskan sebuah airmata.

    "Kau sudah selesai bicaranya? Jika sudah kita pulang saja." kata Yoona buru-buru bangkit dari duduknya. Melangkah cepat menuju mobil. Masih penasaran dengan airmata itu, Sehun berlari mengejarnya, menahan tangannya, sedikit menarik tubuh itu hingga berputar menghadapnya.

     "Aku tanya, kau kenapa?" tanya Sehun serius.

     "Naega wae? Nan gwenchana." berusaha terlihat tenang. Sehun amati wajah itu, memang sudah terlihat membaik, tapi Sehun yakin sekali, ada sesuatu yang gadis itu simpan.

     "Jangan belaga baik, ada airmata di wajahmu." ujar Sehun. Dengan santai, jemarinya bergerak lembut menyeka airmata Yoona. desir hangat kembali menghujani gadis itu. sentuhan itu membuat tubuhnya bergetar geli. Tangannya reflek menepis tangan Sehun lalu mundur selangkah. "jika perkataanku telah menyakitimu, mianhae." tambah Sehun. tapi ia merasa ada hal lain yang membuat Yoona meneteskan airmata seperti itu.

     "Mwoya ige? Aku menangis?" batin yoona. Dilihatnya Sehun yang tengah menatapnya cemas.

     "Arraso, kita pulang sekarang." masih terdiam tak percaya bahwa ia telah meneteskan airmata. Tak menghiraukan tangan Sehun yang tengah menggenggam tangannya, menuntunnya melangkah menuju mobil.

     Tidak fokus menyetir dikarenakan terus-terusan melirik Yoona. masih mencemasi gadis itu. padahal jelas sekali bahwa Yoona sudah terlihat baik. Ingin sekali menanyakan itu, tapi ia tahu, Yoona pasti tidak akan menceritakannya. Merasa tertinggal akan informasi mengenai gadis itu, ia pastikan untuk segera mencari tahu penyebabnya.

      Mereka tiba dirumah ketika semua orang pergi entah kemana. keadaan disana sangat sepi tidak seperti biasanya. Yoona mencoba mengaktifkan alat penghubung dirinya ke para pengawal. Tapi tidak ada yang menyahut panggilannya. Ia juga mencoba menghubungi mereka dengan ponselnya. Tapi tetap tidak ada jawaban.

     "Berhentilah menghubungi mereka dan ikuti aku." tegur Sehun yang sudah melangkah mendahuluinya.

--

     "Mwo? Kenapa harus aku? Kau bisa suruh yang lain." tolak Yoona dan hendak keluar dari kamar itu.

     "Yak!" panggil Sehun yang berhasil menghentikan langkahnya. "cepat kerjakan.." perintahnya memohon.

     "Ah, Kwangsoo oppa. Kau bisa meminta bantuannya. Dia hanya perlu menaiki sebuah meja untuk menempel ini."

     "Andwe, aku tidak suka jika ada yang memasuki kamarku." bantahnya cepat.

     "Oo? kalau begitu aku keluar sekarang." sadar Yoona dan kembali melangkah keluar. Hendak membuka pintu kamar itu, tapi tangan Sehun dengan cepat mendorong pintu kamar itu lalu tak lupa menguncinya. Yoona berbalik hendak marah, tapi posisi Sehun yang berada 5cm dihadapannya membuatnya mengatup rapat mulutnya. "kau sedang apa? Menyingkirlah." tegur Yoona yang tidak nyaman dengan posisi itu. membalas tatapan Sehun secara langsung.

     "Hah." Sehun tersenyum geli melihat wajahnya.

     "Kenapa kau tertawa? Ada yang lucu?" tanya Yoona ketus.

     "Ani." melangkah mundur dan kembali ke tempat semula. Dia benar-benar berani membalas tatapanku? Pikir Sehun seraya menggeser tangga ke samping tempat tidurnya. "illowa.." panggilnya meminta Yoona untuk segera menghampirinya.

     "Jika tidak suka ada yang masuk kesini, kenapa kau mengijinkan aku?!" gumam Yoona yang masih dapat didengar oleh Sehun. "lalu kenapa tidak kau saja yang kerjakan!" bentak gadis itu yang mendadak kesal.

     "Hmmm.. itu.." dilihatnya Sehun yang tengah mengamati tangga dari atas sampai bawah.

     "Heol, kau takut ketinggian?" tebak Yoona yang sepertinya benar.

     "Kenapa kau jadi cerewet seperti ini! Cepat kerjakan!" gantian Sehun yang membentaknya.

     "Aish!" dengan kesal kakinya menapak pada anak tangga rakitan itu. dibawahnya, Sehun memberikannya beberapa keping bintang yang akan Yoona tempelkan di langit-langit kamar itu.

     "Sebelah sana.." ujar Sehun memberi arahan. "yak, aku bilang sebelah sana!" bentaknya lagi yang kesal melihat tingkah Yoona. Yoona menempel kepingan bintang itu di area yang sama hingga menumpuk. "mwoya.. kenapa jadi seperti itu!" kesel bukan main dibuat gadis itu. "perbaiki letaknya!"

     "Kenapa harus menempel ini segala? Kau lupa dengan umurmu?" celutuk gadis itu. kesal dikatain seperti itu, Sehun menendang tangga itu sehingga membuat Yoona kehilangan keseimbangan. Tapi dengan cepat tangannya memegang tangga dan Yoona pun kembali berdiri dengan baik. "yak!" teriak gadis itu nyaris sakit jantung.

     "Maka itu kerjakan dengan baik." tersenyum dengan gadis itu seakan tak bersalah. Menahan amarahnya baik-baik dan mulai melakukan tugasnya dengan benar. Tidak butuh waktu lama, setelah naik turun tangga dan pindah kesana kesini, hanya 10 menit tugas itu terselesaikan.

     "Yak, pegang dengan baik.. aku mau turun.." panggil Yoona melihat Sehun yang tengah duduk santai di tepi kasur. Tak lagi memegang tangga dimana ia masih berpijak.

     "Turun saja, tidak akan jatuh." jawab Sehun tak menghiraukan tatapan ajakkan perangnya. Yoona semakin berapi-api tak sabar menyerangnya. Hoh, tapi dia tuanku. Pikir gadis itu. hal hasil api di dalam tubuhnya pun padam dengan sendirinya. perlahan, mencoba turun dari tangga yang memiliki tinggi 2 meter itu. kakinya gemetaran ketika melihat jarak antara dirinya dan lantai. setangguh-tangguhnya dia, ternyata dia takut ketinggian juga. Tapi paling tidak, masih berani dirinya dibanding pria yang tengah duduk santai dibawah itu.

     "Yak, kau tidak berniat membantuku juga?" tegurnya lagi yang masih ragu guna melangkah turun.

     "Aish, kau berisik sekali." bangkit dari duduknya. Berdiri dibawah Yoona, dengan sengaja menarik kaki Yoona sehingga membuat gadis itu kehilangan keseimbangan, tidak bisa bertahan, tubuh Yoona pun terjatuh dari tangga. Tapi ternyata ia sudah siap akan itu, atau mungkin memang sengaja melakukannya. Sepersekian detik, tangannya sudah menangkup tubuh itu. ya, Yoona jatuh ke pelukannya. Ini merupakan kedua kalinya gadis itu jatuh ke dalam pelukan Sehun.

     "Hoh, kau sengaja?" kata Yoona yang tengah berusaha terlihat tenang setelah kaget bukan main. masih dalam pelukannya, Sehun mengangguk imut. Lalu tersenyum nakal padanya. "aish, jinja." mulutnya bergetar menahan sumpah serapah. "yak, karena kau tuanku bukan berarti aku tidak bisa memukulmu." ancamnya penuh amarah. Sehun malah tertawa mendengarnya. semakin membuat Yoona geram. "turunkan aku." pintanya yang belum juga turun dari tubuh itu.

     "Shiro." jawab Sehun yang malah melangkah menuju balkon kamarnya. bersama Yoona yang masih di pelukannya.

     "Yak.. yak! apa yang kau lakukan! Cepat turunkan aku!" teriak gadis itu kuat.

     "Setelah ku pikir-pikir. Bukankah saat ini kita sedang berada di kamar?" katanya masih melangkah menuju balkon kamarnya. "dan aku sudah mengunci pintu kamarku." tambah pria itu yang sudah menginjakkan kakinya di lantai balkon. "dan hanya ada kita berdua disini." menurunkan Yoona di balkon itu. dekat dengan pagar pembatas. "bukankah ini moment yang baik?" melangkah maju, membuat Yoona ikut melangkah mundur guna menghindar darinya. "untuk kita." tambahnya yang sudah memenjarakan gadis itu dengan tubuhnya. tak ada ruang untuk gadis itu bergerak. Tubuhnya sudah menempel pada pagar, dan tangan Sehun menggenggam pagar pembatas tepat disamping tubuhnya.

     "Sepertinya kau benar-benar ingin dipukul." menatap Sehun dengan garang. Tapi Sehun terus membalas tatapan itu dengan tatapan hangatnya. Tentu masih dengan senyuman nakalnya. "aku tidak ingin merusak wajah tampanmu ini, jadi menyingkirlah." ujar Yoona seraya menepuk pipi Sehun dengan pelan.

     "Jadi menurutmu aku tampan?" tanya Sehun mendadak.

     "Ee?" Yoona terdiam. apa tadi aku mengatakan itu? pikirnya. "aish, aku Cuma minta kau menyingkir dari hadapanku.. tugasku sudah selesai, jadi aku sudah bisa pergi dari.." ia kembali terdiam. itu karena wajah Sehun bergerak maju. Berusaha sekuat mungkin untuk mundur guna menjauh dari wajah itu. "jangan memancing amarahku.." ancam gadis itu dengan giginya yang menempel rapat. Dilihatnya Sehun tak bereaksi dan terus menatapnya. tak bisa menahannya lagi. Tangannya dengan kuat mendorong tubuh Sehun. ia berhasil membuat Sehun bergerak mundur. Sudah terlalu geram dengan tingkah pria itu, tanpa takut kepalan tangannya bergerak cepat hendak memukul wajah itu. tapi siapa sangka, Sehun tak kalah cepat dan dengan mudah menahan kepalan tangannya. Yoona berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan Sehun, tapi tangan pria itu terlalu kuat.

     "Jika kau taekwondo, maka aku judo." bisik Sehun masih dengan senyum nakalnya. "menahan gerakkan adalah keahlianku."

     "Hoh, begitu?" membalas tatapan itu penuh amarah. Api membakar tubuhnya dengan ganas. Tak tahan lagi dengan perlakuan itu, kakinya bergerak bebas mendarat ke 'itunya' Sehun. waw, berhasil. Sontak pria itu teruduk di lantai, Yoona bebas darinya. Tidak ingin menunggu lagi, gadis itu langsung berlari keluar dari kamar itu. "mwoya! Dikunci?" ia berbalik guna melirik pria itu yang masih duduk meringkuh di lantai balkon. "aish.." pria itu selalu sukses memancing amarahnya. Dengan langkah geramnya, ia kembali menghampiri Sehun. "yak, berikan aku kunci kamarmu."

     "Hoh, kau tak lihat aku sedang kesakitan? kau nyaris merenggut nyawaku." sahutnya sembari menahan sakit. Melihat Sehun yang masih meringkuk membuat Yoona menyesal telah memukulnya.

     "Mwoya, apa sesakit itu?" malah menjadi cemas. Di tepuknya bahu Sehun pelan.

     "Apa kau pikir aku sedang berakting?" sambar Sehun kesal.

     "Omo, mianhaeyo.. aku tidak bermaksud melakukan itu." berjongkok dihadapan Sehun. menatap wajah itu dengan tatapan menyesalnya.

     "Dweso." duduk di lantai bersandar pada pagar. Setelah rasa sakit itu menghilang, ia baru bisa bernafas dengan lega. "berhati-hatilah dengan kakimu. Aish, kenapa kau kuat sekali." grutunya mendesah lelah.

     "Mianhaeyo.." benar-benar menyesalinya.

     "Mau maaf dariku?" kata Sehun setelah itu.

     "Ee?" Yoona diam sejenak lalu mengangguk mengiyakan.

     "Kalau begitu ikut denganku." pria itu bangkit dari duduknya, sedikit pincang Ia melangkah mendahului Yoona yang masih diam disana.

     "Mwoya.." ia merasa pria itu sudah berhasil mempermainkannya.

     "Kenapa masih disitu? Cepat kesini." tegur Sehun yang sudah berdiri di ambang pintu kamarnya. dengan langkah malasnya, ia menghampiri pria itu. Sehun kembali menuntunnya ke mobil. Kembali menyetir entah kemana. disampingnya, Yoona hanya bisa duduk pasrah.

--

     "Tolong carikan gaun yang cocok untuknya." kata Sehun ke karyawan butik tempat dimana mereka berada.

     "M-mwo? Yak, buat apa." kata Yoona cepat.

     "Bukankah kau mau maaf dariku? Lakukan saja." sahut Sehun yang beralih melangkah menuju kamar ganti.

     "Jamkamanyo!" Yoona menghadangnya. "kenapa aku harus pakai gaun? Memangnya kita mau kemana?" tanya Yoona cemas.

     "Kau akan tahu nanti." mendorong tubuh Yoona ke samping lalu masuk ke dalam kamar ganti.

     "Aish, dia terus berlaku seenaknya." geram bukan main, ia beranikan diri untuk masuk kedalam kamar ganti itu. "setidaknya katakan dulu padaku kita akan ke.." mulutnya mengatup rapat.

     "Hoh, apa kau penasaran dengan tubuhku?" kata Sehun yang ternyata sudah tak menggunakan baju. Syukur masih menggunakan celana. Cepat-cepat Yoona keluar dari ruangan itu. dibalik tirai yang memisahkan mereka, ia kembali protes.

     "Sekarang katakan padaku, kemana kau akan membawaku? Jika kau tidak mengatakannya, aku tidak akan ikut." tangkasnya sedikit mengancam.

     "Kita akan ke pestanya haraboji. Hari ini dia ultah." kata Sehun dari balik tirai. "seolma, kau tidak tahu? apa tidak ada yang mengatakannya padamu?"

     "Jadi maksudmu, mereka semua sudah di pesta itu? makanya rumah terlihat sepi?"

     "Ne, majjayo. Palliwa.. ganti pakaianmu dan pakailah sedikit riasan diwajahmu. Mereka akan mengurusnya."

--

     Dirasakan hawa didalam mobil itu yang berubah drastis. Entahlah, Sehun merasa kepanasan dan sesak nafas. Ia terlihat tidak fokus menyetir, matanya terus-terusan melirik kearah Yoona yang tengah duduk disampingnya. menahan senyum masih tidak menyangka itu. tidak menyangka Yoona akan secantik itu. padahal gadis itu hanya menggunakan sebuah long dress berwarna putih tertutup. Gadis itu juga hanya memoleskan sedikit makeup di wajahnya. Tapi hasilnya, Yoona terlihat jauh berbeda dari dirinya yang biasanya.

     Mereka tiba di hotel dimana pesta itu berlangsung. Tiba disana dikala malam sudah tiba. Mobil berhenti di depan pintu masuk. Seorang petugas segera membukakan pintu untuk mereka. Sehun turun dari mobil lebih dulu, lalu langkah cepatnya bergerak menuju pintu Yoona. membukakan pintu untuk gadis itu. raut gugup kembali menerpanya, melihat wajah itu sungguh membuatnya gugup bukan main.

     Dilihatnya Yoona yang kesusahan dengan gaun dan heels yang ia gunakan. Tangan Sehun langsung menarik tangan gadis itu agar segera keluar dari mobil. Ketika sudah berdiri, Yoona kembali kehilangan keseimbangan karena itu pertama kali untuknya menggunakan heels diatas 3cm. Merasa gadis itu butuh bantuan, Sehun reflek mengencangkan genggaman tangannya. Barulah gadis itu bisa menjaga keseimbangannya. Dengan tangan mereka yang tergenggam erat, melangkah masuk kedalam hotel yang sudah ramai akan para tamu undangan.

     Sudah bisa Yoona tebak, semua tamu berasal dari kalangan atas. Bahkan terlihat banyak artis yang mengunjungi pesta itu. pesta yang luar biasa mewah. Sebuah panggung terlihat di sudut, dengan lantai dansa yang terdapat di tengahnya. Musik berdentum keras, beberapa undangan menari di lantai dansa mengikuti alunan musik. Terlihat juga Chanyeol dan Kai disana, tengah menari asal bersama ketiga pengawal dan Kwangsoo. Dan tidak jauh dari mereka, Gook Ju tengah berpesta dengan aneka makanan yang tersaji disana. Yoona tersenyum melihat itu. dan Sehun kembali gugup karena baru saja melihat manisnya senyuman itu. dan masih tidak menyadarinya, tangannya masih menggenggam tangan Yoona dengan erat. Berdiri di sudut ruangan besar itu, tak berniat bergabung dengan yang lain.

     "Pergilah kesana.." kata Yoona menyuruh Sehun untuk bergabung dengan mereka yang tengah menari ria.

     "Aku tidak suka keramaian." jawab Sehun dengan raut wajahnya yang terlihat suntuk.

     "Lalu kenapa kau membawaku kesini." sahut Yoona yang tak kalah suntuk.

     "Aku tidak ingin dibunuh haraboji. Ditambah dia memerintahku untuk membawamu."

     "Jadi sajang-nim mengundangku." kembali tersenyum.

     "Haraboji sangat menyayangi semua orang yang bekerja dengannya." jelas Sehun kembali meliriknya. Dan diam-diam ikut tersenyum melihat wajah itu. lucunya, ia tertangkap oleh Yoona.

     "Kenapa kau tersenyum?" tanya Yoona cepat.

     "Wae? Aku tidak boleh tersenyum?" jawab Sehun tak kalah cepat. Mereka pun sama-sama terdiam.

     "Oo? Sehun oppa?" sapa seorang gadis. Mereka berdua tersentak dan akhirnya mengalihkan pandangan. Sehun menoleh ke seorang gadis yang baru saja menyapanya. Dan ia tidak mengenal gadis itu. hal hasil Sehun hanya diam menunggu gadis itu kembali berkata. "wah, oppa, kau semakin tampan saja." tambah gadis itu dengan senyum lebarnya. "yak teman-teman! Sehun oppa disini." teriak gadis itu ke teman-temannya. Setelah itu, lima orang gadis lainnya berlarian kearah Sehun.

     "Omo! Oppa! Oppa! Wah.." histeris melihat keberadaan Sehun disana. merasa harus pergi dari sana, Yoona melangkah mundur hendak pergi. Tapi tangan Sehun masih menggenggam tangannya, mengetahui Yoona yang sudah melangkah mundur Sehun reflek mengencangkan genggamannya. Bermaksud tidak ingin Yoona meninggalkannya.

     "..." memaksakan senyuman diwajahnya, sepertinya gadis-gadis alay itu merupakan fansnya. Dapat ia rasakan tangan Yoona yang mencoba melepaskan genggaman tangannya. Tapi Sehun tidak berniat melepaskan tangan itu.

     "Oo? oppa, siapa wanita itu?" sadar mereka yang kini melihat kearah Yoona.

     "Kekasihku." jawab Sehun asal. Gadis-gadis alay itu langsung mematung disana. termasuk Yoona yang terdiam dalam genggaman itu. "aa, aku harus pergi. Nikmatilah pesta ini." masih menggenggam tangan Yoona, mulai melangkah menuntun gadis itu keluar dari gedung itu. melangkah menuju taman yang terdapat di belakang gedung. Syukur, disana sepi dan tak ada seorang pun disana. akhirnya Sehun bisa bernafas lega begitupun Yoona.

     "Sekarang lepaskan tanganku." kata Yoona ketus yang sudah berhasil bersabar sekian lama.

     "Gomawoyo.." ujar Sehun lembut. Tapi tak dihiraukan Yoona. gadis itu malah melepaskan heelsnya. Lalu lanjut melangkah menuju sebuah pondok kecil beratapkan mawar putih. Dengan dindingnya yang diselimuti dedaunan menjalar. Lampu berwarna kuning redup menyinari pondok itu. jendela terbuka bak bangunan Princess. Disana lebih terasa nyaman , mungkin dikarenakan aroma mawar. Taman yang terletak dibagian outdoor itu benar-benar terlihat indah.

     "Mereka fansmu?" tanya Yoona yang mengetahui keberadaan Sehun disampingnya.

     "Molla, kurasa." kata pria itu tidak tertarik.

     "Kau bukan artis, mengapa punya fans segala. Tapi bagaimana mereka bisa masuk?"

     "Kurasa orangtua mereka mengenal haraboji." ketika itu terdengar alunan biola. Tidak jauh dari mereka, terlihat seorang wanita yang tengah memainkan biola ditemani seorang pria yang tengah mengiringinya dengan gitar acoustic. Sepertinya mereka memang ditugaskan untuk membuat suasana taman lebih nyaman. Beberapa saat Yoona dan Sehun termenung menikmati alunan yang menyentuh itu.

     Menghadap ke jendela yang terbuka itu, bersamaan mengamati permainan biola dan petikkan gitar yang nikmat itu. alunan musik itu seakan menghipnotis mereka, sukses membuat mereka terdiam dalam waktu lama. Dengan suasana romantis berkat dekorasi disana, mawar putih terlihat menghiasi setiap sudutnya. Lampu kuning remang menyelip dari sela rerumputan. Tiba-tiba saja, Sesuatu terlintas di pikiran Sehun. ia langsung menoleh ke arah Yoona, menyadari tatapan itu, Yoona pun membalas tatapannya.

     "Waeyo?" tanya gadis itu.

     "Berdansalah denganku." kata Sehun yang sudah berdiri dihadapannya. Menjulurkan tangannya meminta Yoona untuk meraihnya.

     "Mwoya.. aku tidak bisa.." tolak Yoona .

     "Kau hanya perlu mengikuti gerakkanku." ujarnya yang sudah menarik tangan Yoona. tangannya kanannya dengan cepat melingkar di pinggang Yoona, dan tangan kirinya stay menggenggam tangan Yoona. dihadapannya, menatap gadis itu lekat. Lalu tersenyum senang.

     "Yak, aku tidak bisa."

     "Ikuti saja aku.." mulai menggerakkan kakinya, diikuti Yoona yang bergerak kaku namun terlihat lucu. Sehun terus tersenyum senang bukan main. dilihatnya wajah Yoona yang kesusahan menggerakkan kakinya. Giyowo. Pikirnya.

     "Kau selalu memaksa." gumam Yoona pelan. "kenapa aku merasa pekerjaanku kali ini lebih berat." gumamnya lagi yang membuat senyuman Sehun semakin melebar. Menyadari senyuman itu, Yoona langsung menatap pria itu, yang sedari tadi terus menatapnya. "wae..wae?"

     "Apa jadinya jika kau tidak bekerja dengan haraboji." kata Sehun tak berniat bertanya.

     "Apa maksudmu?" masih terus bergerak pelan mengikuti alunan biola dan gitar yang tak henti mengiringi gerakkan mereka.

     "Jika kau tidak bekerja dengan haraboji, maka kita tidak akan bertemu. Ani, jika kau tidak menolong haraboji, kita tidak akan bisa berdansa seperti ini." jawab Sehun serius dengan senyuman diwajahnya yang sudah memudar. Semburan hangat kembali dirasakan Yoona.

     "Kau ini ngomong apa." mencoba untuk tidak menghiraukan perkataan itu.

     "Jika kau tidak bekerja dengan haraboji, maka aku tidak akan memiliki orang yang kusayangi, lagi." sukses memenjarakan mata Yoona pada tatapannya. "saat ini hanya kau. Hanya kau yang ada dipikiranku." menatap Yoona lekat.

     "..." Yoona benar-benar tidak tahu hendak berkata apa. Gerakkan mereka terhenti begitu saja, tapi masih saling menatap.

     "Karena itu, jangan membuatku cemas. Kau tahu? kemarin kau nyaris membuatku gila." setiap kata yang ia ucapkan terdengar penuh keseriusan.

     "Sudah cukup candamu." buru-buru berbalik hendak melangkah pergi. Tapi dengan cepat tangan Sehun menarik tangan Yoona sehingga membuat Yoona kembali menghadapnya.

     "Apa aku terlihat sedang bercanda?" semburan hangat kembali menggelitik Yoona. Sehun menatap tepat ke tengah bola matanya.

     "Yak, selama ini kau hanya.." masih mencoba tidak mempercayai itu.

     "Apa yang selama ini aku lakukan tidak cukup untuk menjelaskan seperti apa perasaanku?" sela Sehun seperti kilat. "aku terus memikirkannya, alasan mengapa aku terus ingin bersamamu, ingin terus melihatmu, menggenggam tanganmu. Kupikir ini terlalu awal, keundae! Jika aku mencoba menyingkirkannya, semakin membuatku merasa gila." bisiknya dengan emosi dan gejolak yang hendak membeludak. "Cuma satu jawabannya.." diam sejenak dalam tatapan itu. "saranghae."

     "..." Yoona merasa bingung namun juga senang. Sulit untuknya melepaskan tatapan itu. tangan Sehun yang masih menggenggam tangannya memberikan sensasi yang menggetarkan. Menyembur hingga keseluruh tubuhnya. dan pernyataan yang baru saja ia dengar, sukses membuatnya mematung seakan telah terpisah dari nyawanya. Tapi sedetik kemudian ia mengerjapkan matanya lalu merunduk. Mencoba mengatakannya dengan yakin. "aku tidak percaya dengan cinta." ujarnya mengingat seperti apa pengalaman percintaannya dulu. Melihat reaksi itu membuat Sehun geram.

     "Akan kubuat kau mempercayainya." dengan lihai kedua tangannya menangkup wajah itu. sedetik kemudian, mencium bibir itu penuh perasaan. Dapat Yoona rasakan lututnya yang melemas seakan kehilangan energi. Menahan itu seraya mengepalkan tangannya, sensasi yang kini ia rasakan membuat tubuhnya melemah.

     "Kisseu?" batin Yoona. matanya melotot tak percaya. Sehun terus bergerak lembut, mencium gadis itu dengan segala perasaannya yang selama ini tertahan. Tapi Yoona merasa itu tidak benar, ia masih belum yakin dengan itu. tidak bisa membiarkannya, dengan kuat mendorong tubuh Sehun hingga ciuman itu terhentikan. "aku harus pergi." langsung berlari pergi dari sana. Tidak langkahnya terhenti, dihadapannya, Chanyeol tengah menatapnya lemah. dilihatnya mata pria itu yang memerah, menatapnya penuh kekecewaan. kondisinya pada saat itu membuatnya tak tahu hendak berbuat apa. Dibelakangnya Sehun juga tengah menatapnya. hatinya masih sangat kacau dengan apa yang baru saja terjadi. Tak bisa berlamaan disana, ia mengambil langkah lain dan segera pergi dari sana. Tanpa alas kaki, masuk kedalam taksi dan terdiam hingga tiba di depan rumahnya.

Continued..