webnovel

Chapter 8

Sajangnim=Bos/ketua

Ne=iya

Mwo=apa

eomma=ibu

hyung=abang (cwo ke cwo)

oppa=abang (cwe ke cwo)

eonni=kakak (cwe ke cwe)

nuna=kakak (cwo ke cwe)

omo=astaga

Haraboji=kakek

Omoni=Ibu

.

.

.

.

.

.

Dapat ia rasakan tubuhnya yang sulit digerakkan. Rasa nyeri membuatnya gelisah. Kepalanya terasa berat. Ia sudah sadar beberapa menit yang lalu, tapi masih sulit membuka matanya. Sedangkan telinganya sudah lelah mendengar keributan disana. keributan? Ya benar sekali. Si kakek bervespa beserta ketiga pengawalnya, lalu Kwang Soo, Chanyeol dan Kai berada disana. memenuhi ruang inapnya. Keberadaan mereka membuat suasana tak terlihat seperti berada di rumah sakit. Lalu mengapa mereka terdengar ribut?

.

Si kakek bervespa tengah asik memainkan game yang sudah Kwangsoo sambung ke televisi di kamar itu. melawan Jae Suk yang terlihat tidak ingin mengalah darinya. Permainan apa kali ini? Soccer dengan berbagai macam tenaga aneh yang dimiliki setiap pemainnya. Mereka bersorak riang setiap terjadinya goal. Tidak menghiraukan Yoona yang masih menutup mata. Tidak seperti Chanyeol yang duduk tenang di sofa di samping tempat tidur Yoona. lalu Kai? Kali ini tanpa Tabletnya. Ikut duduk diam bersama Chanyeol, mengamati tubuh Yoona yang belum bergerak sedikitpun. Lalu dimana Sehun?

.

--

.

Mendengarkan penjelasan dokter mengenai hasil tes kesehatan Yoona. ia tegang bukan main. melihat kondisi Yoona membuatnya berspekulasi terlalu jauh. Dilihatnya sang dokter yang tengah membaca lembar kertas yang ada ditangannya. Terlihat serius dan semakin membuat Sehun gelisah. Dari balik kaca mata yang bertengger dihidungnya, dokter itu menatap Sehun tenang.

"Apa dia tidak makan seharian?" tanya dokter itu ke Sehun.

"Ee?" pertanyaan apa itu? pikir Sehun. " maksud anda? "

"Tidak ada masalah dengan tubuhnya. hanya beberapa luka lecet dan lebam. Tapi masalah terbesarnya ada pada lambungnya. Penyebab ia pingsan yaitu dikarenakan tidak mengkonsumsi apapun pada hari itu. ketika ia harus bekelahi, ia membutuhkan banyak tenaga. Banyaknya tenaga yang terkuras membuat daya tahan tubuhnya berkurang drastis. Tak ada energi yang tersimpan sehingga membuatnya pingsan hingga pagi ini." jelas dokter itu panjang lebar. Sehun masih diam dan mulai tenang. "cairan infuse tidak terlalu membantu memulihkan tenaganya. Jika ia sudah sadar, pastikan untuk memberinya banyak makanan. Maka ia akan pulih dengan cepat. Tapi dia tetap harus istirahat beberapa hari sebelum kembali ke aktifitasnya."

.

--

.

Keluar dari ruangan itu dengan raut wajahnya yang tampak bingung. menghembuskan nafas panjangnya. Entah mengapa rasa tegang masih tersisa di tubuhnya. kembali menghembuskan nafasnya, mencoba untuk tenang. Seakan baru tersadar dari situasi itu, sendi kakinya mendadak melemah dan membuatnya terduduk di sebuah kursi tunggu. Ia tersenyum lega. Mengingat perkataan dokter barusan, benar-benar melegakan.

.

Memikirkan malam itu, seberapa cemas dirinya ketika melihat keadaan Yoona. ia menggila di rumah sakit. Meneriaki para perawat yang tak kunjung membawa seorang dokter. Hingga akhirnya ia bergerak dengan sendirinya, menghubungi salah seorang profesor yang ia kenal, tak lagi menunggu lama, profesor yang ternyata sangat di disegani dirumah sakit itu langsung menghampiri Sehun dan langsung menangani Yoona.

"Kalau saja haraboji mengambil alih rumah sakit ini, pasti semuanya akan berjalan lebih lancar." batinnya lalu kembali tersenyum.

"Yak!" panggil Chanyeol dari kejauhan diikuti Kai dibelakangnya, menghampiri Sehun yang masih duduk disana dengan senyuman yang tertinggal diwajahnya.

"kenapa kau tersenyum? Hoh, kau membuatku takut." kata Kai yang sudah duduk disampingnya.

"Bagaimana? Apa yang dokter katakan?" serbu Chanyeol tak sabaran. "nuna baik-baik saja kan?" dan lebih terlihat cemas.

"Kenapa?" balas Sehun. "kenapa kau terlihat cemas seperti ini?" tidak suka melihat reaksi yang Chanyeol perlihatkan.

"Yak.. aku bertanya!" bentaknya kesal.

"Dia baik-baik saja!" balas membentak. "bukankah kemarin dia pergi bersamamu? Apa kau tidak membawanya makan?"

"Ee?" Chanyeol segera mencoba mengingatnya.

"Pasti tidak." sela Sehun dan langsung berdiri.

"Yak, apa maksudmu? Apa hubungannya denganku?" tanya Chanyeol mencoba menahan Sehun yang hendak melangkah.

"Dia pingsan bukan dikarenakan luka-luka itu. Tapi karena tidak makan seharian." jelas Sehun sedikit berteriak karena kesal.

"Hahaha.." dan Kai tertawa lepas.

"Kenapa kau tertawa?" tangkas Sehun tak senang.

"Aku sudah menduganya." sahut Kai yang memilih mendahului mereka, melangkah kembali ke kamar inap Yoona. masih dengan tawanya yang renyah, namun terdengar sedikit kelegaan di suaranya itu.

.

--

.

"Apa?" teriak seisi ruangan itu.

"Jadi, dia pingsan karena lapar?" kata Joong Ki.

"Bukan karena luka-luka ini?" sambung Jae Suk.

"Hoh, daebak." tambah Jong Kook.

"Cepat beri dia makan!" perintah di kakek entah kepada siapa.

"Tapi sajang-nim, dia masih tidur." jawab Kwangsoo.

"Bangunkan saja.." kata si kakek itu lagi.

"Ehei sajang-nim, mana mungkin aku membangunkannya.." bantah Kwangsoo.

"Sudahlah, haraboji pulang saja, kalian juga hyung. Aku akan menunggu disini, sebentar lagi keluarganya juga akan datang." sela Sehun yang sudah gerah dengan keributan yang mereka perbuat.

"Baiklah jika begitu, mari kita pergi!!!" sorak si kakek dengan semangat. "hari ini aku ingin main golf!" sambungnya. Ketiga pengawal itu pun langsung cemberut, mereka selalu tidak bahagia jika berolahraga bersama si kakek. Kwangsoo yang tengah melangkah mendahului mereka menyempatkan untuk menertawai mereka sejenak.

"Hyung, semangat! Haha.." ujar Kwangsoo lalu berlari kencang menghampiri si kakek yang sudah lebih dulu melangkah keluar.

"Kenapa nasib kita seperti ini? Yak! kapan kalian mengambil alih posisinya? Aku sudah sangat lelah." bentak Jae Suk ke ketiga tuan mudanya. Ketiga tuan muda itu sampai terdiam heran.

"Kami tidak pernah bilang akan mengambil posisinya." sahut Chanyeol polos. Para pengawal mendengus dengan serentak, dengan langkah gusar mereka melangkah keluar dari kamar itu.

"Ada apa dengan mereka." kata Kai yang mulai mengeluarkan tabletnya. Duduk santai di atas sofa dan mulai menonton drama kesukaannya. Diikuti Chanyeol yang duduk disampingnya.

"Kenapa kalian masih disini?" sela Sehun lagi.

"Hoh, memangnya kenapa jika kami disini?" jawab Chanyeol.

"Sebaiknya kalian pergi saja. sebentar lagi keluarganya akan datang, aku tidak mau kalian."

"Karena itu kami disini." sambar Kai tanpa melepaskan pandangannya dari tablet.

"Aku tidak sabar melihat seperti apa adiknya." Chanyeol tersenyum kegirangan. Disampingnya, Kai ikut tersenyum dan tetap menikmati dramanya.

"Ani, kalian harus pergi." bantah Sehun cepat. Memaksa Kai dan Chanyeol agar segera bangkit dari duduknya.

"Yak.. yak.. Kau ini kenapa sih? " Chanyeol berusaha menghindar dari dorongan Sehun.

"Hoh, kenapa kami harus pergi? Wae? Wae?!!" sela Kai yang sudah memeluk tabletnya. Mencoba membantu Chanyeol dari serangan Sehun.

"Sudah pergi saja!" bentak Sehun masih berusaha mendorong mereka berdua sekaligus.

"Yak sakit! " keluh Kai asal ucap. Tapi Sehun terus mendorong mereka.

"Kalian hanya akan membuat keadaan menjadi berisik." kata Sehun terus berusaha mendepak mereka.

"Kami berjanji tidak akan ribut!" jawab Chanyeol cepat diikuti anggukan Kai yang terlihat imut.

"Tidak, aku bisa percaya pada kalian, tapi tidak dengan mulut berisik kalian. Palli kka!!!" terlalu sulit untuk Sehun menangani mereka. "kkarago.."

"Aish.. kenapa kalian ribut sekali." suara itu pun menghentikan aksi mereka. Para tuan muda serentak menoleh ke arah kasur dimana Yoona terbaring. "orang koma pun bakal sadar jika kalian berisiknya seperti ini." seakan tidak merasa sakit sedikitpun, Yoona duduk dari tidurnya. Terlihat mudah dan wajahnya juga terlihat segar. Yang tersisa hanya sebagian luka lecet yang sudah mengering di wajah dan tangannya.

"Nuna!" teriak Chanyeol dan Kai serentak. "nuna, gwenchana?" sambung Chanyeol kelewat ramah.

"Luka-luka ini, dari mana kau mendapatkannya?" tambah Kai.

"Heol, kenapa kalian jadi seperti ini?" sela Sehun berusaha terlihat tenang walau sebenarnya dirinya tengah senang bukan main.

"Kurasa ini pertama kalinya kalian memanggilku nuna. Anijyo?" kata Yoona diikuti senyuman diwajahnya. Pada detik itu, mereka diam mematung. pertama kali untuk mereka melihat senyuman itu di wajahnya. Mereka terpana akan senyuman yang terkulum manis di wajah itu. Bahkan Sehun sampai nyaris lupa bernafas.

"Nuna!!!" sebuah suara melengking terdengar dari balik pintu kamar itu. pintu kamar itu terbuka, terlihatlah sebuah kepala yang menyempil dari sela pintu yang terbuka. "yeogita!" teriak Seoeon kegirangan yang pada akhirnya menemukan kamar kakak tertuanya itu.

"Mana mana mana?" dan kali ini kepala Seojun yang ikut menyempil. "wah, nuna! Eomma, disini!" teriak Seojun lalu berlari masuk kedalam kamar itu. dengan mobil-mobilan yang mereka pegang, berlari menghampiri Yoona yang sudah duduk di tepi tempat tidur.

"Yak, siapa mereka?" bisik Chanyeol ke Sehun.

"Bukankah kalian ingin bertemu dengan adiknya? Mereka adiknya." jawab Sehun dengan senyuman tertahannya.

"Apa? Yak Kai! Bukankah kau bilang adiknya cantik? Mengapa yang terlihat malah 2 kurcaci seperti ini?" bisik Chanyeol lagi, kali ini ke Kai.

"Aku juga tidak tahu.." balas Kai ikut berbisik.

"Oo? hyung!" si kembar berteriak memanggil Sehun. Seakan sudah sangat akrab, mereka berlari lalu memeluk Sehun dengan erat. Sehun tertawa atas perlakuan mereka. Lalu melirik Yoona dengan Senyumannya. Dilihatnya Yoona yang kebingungan melihat keakraban mereka.

"Oo, Yoona-a.." dan kini ibunya yang masuk kedalam kamar itu. ibunya langsung memeluk Yoona diiringi tangisannya. Ibunya cemas bukan main ketika mendengar kabar itu. "bagaimana keadaanmu? Omo, luka-luka ini." keadaan disana mendadak senyap. "bagaimana bisa kau mendapatkan luka-luka ini?" tangisannya merintih sedih.

"Eomma, jangan menangis. Aku baik-baik saja." mengelus pundak ibunya.

"jika tahu kau akan seperti ini, eomma tidak akan mengijinkanmu bekerja disana." ujar ibunya dengan tegas. "mulai saat ini, berhentilah bekerja disana!" ketiga tuan muda membeku seketika.

"Eomma, duduklah." ia bangkit dari duduknya, menjaga selang infusenya dan menuntun ibunya untuk duduk di sofa. Ketiga tuan muda serentak bergeser dari posisi mereka dan berakhir berdiri di sudut ruangan. "eomma bisa lihat sendiri. aku baik-baik saja." mulai membujuk ibunya. "begini saja, aku berjanji padamu, aku tidak akan terluka lagi. Eomma, tenanglah.. kau lupa siapa aku? Aku putrimu.. aku tidak akan jatuh dengan pukulan seperti itu." dilihatnya ibunya yang mulai terlihat tenang. Kembali memeluk ibunya, mungkin selama ini ia terlihat cuek, tapi sebenarnya ia sangat menyayangi ibunya. "eomma mianhae, sudah membuatmu mengkhawatirkanku."

"..." dalam diam, membalas pelukan Yoona.

"Eomma, ini berat sekali!" Krystal baru saja tiba disana dengan teriakkannya yang mengguncang kamar. "mwoya, siapa kalian?" sadarnya ketika melihat kehadiran ketiga tuan muda disana. "oo? bukankah kau yang semalam?" tanyanya ke Sehun.

"Hem, kau benar." jawab Sehun seraya mengambil alih barang bawaan Krystal yang ternyata memang sangat berat. "omo, kau bisa mengangkat barang seberat ini?" meletakkan bungkusan yang berisikan kotak makanan itu ke atas meja.

"Itu hal kecil untukku." dan ketika itu Krystal melihat kearah Chanyeol dan Kai, setelah lama mengamati mereka, tatapannya berhenti pada wajah Kai. "kenapa kau ada disini?" tanyanya ke Kai.

"Yak, bersikap sopanlah!" sambar Yoona yang sudah menepuk kepala Krystal. "mereka tuan mudaku." jelas Yoona.

"Tapi mereka bukan tuan mudaku." jawab Krystal tak peduli.

"Sepertinya dia lebih seram." bisik Chanyeol ke Kai. Kai mengangguk mengiyakan.

"Sudah sudah." sela ibu mereka. "mari kita makan. Ah, kalian, tolong angkat meja itu kesini." pinta ibu Yoona ke Chanyeol dan Kai. Kedua tuan muda itu terdiam sejenak, pertama kali untuk mereka di perintah seperti itu.

"Tidak eomma, biar aku saja." sela Yoona kilat.

"Bagaimana bisa kau mengangkatnya dengan infuse yang menempel di tenganmu." jawab ibunya kesal.

"Nuna, biar kami saja. yak cepat bantu aku." menarik Kai agar segera membantunya mengangkat meja itu.

"Sehun-a, bawa barang bawaanku kesini." kali ini memerintah Sehun.

"Ne omonim." jawab Sehun lembut dan segera memindahkan barang bawaan itu keatas meja yang baru saja di angkat Chanyeol dan Kai. Segera wanita tua itu menyiapkan semua kotak makanan yang sudah ia siapkan dari rumah.

"Wah.. daebak. Omonim, kau yang memasak semua ini?" tanya Chanyeol berusaha terlihat akrab.

"Tentu saja.. sini duduk bersama. Pakai sumpit ini." memberikan sumpit ke ketiga tuan muda. Mereka langsung duduk manis mengelilingi meja. "makanlah."

"Hoh, eomma, kenapa kau lebih memikirkan mereka?" keluh Krystal yang merasa tidak dihiraukan. Masih berdiri dan enggan duduk.

"Ini." seperti kilat, Kai memberikannya sebuah sumpit. "ambillah dan cepat makan." tambah Kai, ia terlihat sangat santai, menatap Krystal tenang. Malah Krystal yang terlihat sedikit kikuk. Dilihatnya Krystal yang hanya mengerutkan kening, reflek tangan Kai menarik tangan Krystal agar segera duduk, dengan cepat ia berikan sumpit itu langsung ke tangan Krystal. Seakan tidak terjadi apa-apa, Kai lanjut menyantap makanannya dan tidak menghiraukan Krystal yang sudah duduk disampingnya.

.

Dengan Seojun yang duduk di pangkuannya, Sehun menyantap makanan itu dengan nikmat. Sesekali menyuapi Seojun, tak lupa mengambilkan makanan untuk Seoeon yang memilih duduk disampingnya. dihadapannya, Yoona mengunyah dengan tenang, tanpa sekalipun melepaskan pandangannya dari Sehun. Ia masih sangat penasaran akan kedekatan pria itu dengan si kembar.

"Jangan hanya menatapku, perhatikan saja makananmu." tegur Sehun yang membuat semua orang menoleh kepadanya, lalu beralih menatap Yoona dengan tatapan penuh tanya. Yoona segera mengalihkan pandangannya ke piring. Entah mengapa, ketika itu Yoona merasa ada sesuatu yang aneh pada dirinya. Tapi dengan cepat di tepis begitu saja olehnya.

.

--

.

3 hari sudah berlalu. Yoona juga sudah mulai kembali bekerja setelah 3 hari absen dari tugasnya. Bekas luka sudah tak terlihat lagi, berkat bantuan krim yang dokter berikan. Pagi itu, ia sempatkan untuk sarapan bersama keluarganya. Mendengarkan keluh kesah ibunya yang ternyata masih berat untuk melepaskannya. tapi Yoona terus berusaha meyakinkan ibunya agar tidak mengkhawatirkannya.

"Seoeon-a.. Seojun-a.. kalian sudah siap? Pagi ini nuna yang akan mengantar kalian." tegur Yoona yang sudah selesai dengan makanannya.

"Ne nuna!" sorak mereka serentak.

"Eomma istirahatlah.. selama 3 hari ini kulihat eomma jarang tidur karena menjagaku. Hari ini aku yang akan mengurus mereka." ujarnya.

"Nuna palli kajja!" teriak si kembar yang sudah berdiri di ambang pintu siap dengan tas tyrano yang mereka pakai.

"Baiklah.." sebelum ia bangkit dari duduknya, disempatkannya melihat kearah Krystal yang terlihat tenang menikmati sarapannya. "yak kau, jangan pernah bolos lagi, mengerti?!"

"Apaan sih. Bolos apanya." bantah Krystal.

"Aish kau ini." geram ingin memukul adiknya itu, tapi Yoona menahan tangannya, mengingat ibunya berada disana. "baiklah jika begitu, eomma, kami berangkat dulu." melangkah keluar dengan kedua tangannya yang menggenggam masing-masing tangan si kembar.

"Oo? hyung!" si kembar sontak berlarian menghampiri Sehun yang tengah berdiri bersandar pada mobilnya di perkarangan rumah itu.

"Cepat masuk, sebelum kalian terlambat." tidak menghiraukan tatapan Yoona, Sehun segera menuntun si kembar agar segera masuk kedalam mobilnya. Setelah menutup pintu mobilnya, dengan terpaksa menghadap Yoona yang masih berdiri disana, menatapnya penuh pertanyaan. "kau tidak masuk?"

"Kau tidak perlu melakukan ini." kata Yoona tanpa ekspresi.

"..." diam sejenak guna mendapatkan jawaban yang tepat. "sebenarnya aku sudah berjanji dengan mereka. Aku berjanji untuk mengantar mereka hari ini." jawabnya santai. "wae? Kau tidak suka?"

"Ne." sahut Yoona tetap tanpa ekspresi. Mendengar itu mulut Sehun reflek mengatup rapat.

"Tapi.." berusaha untuk tidak menghiraukan reaksi Yoona, Sehun melangkah ke belakang Yoona. "kau harus segera masuk sebelum kita telat mengantar mereka." ujarnya seraya mendorong tubuh Yoona agar segera masuk kedalam mobil.

"Yak.." sela Yoona, tapi Sehun tidak menghiraukannya dan terus memaksa Yoona untuk segera masuk kedalam mobil. "aku bisa mengantar."

"Setelah ini temani aku ke suatu tempat." putusnya. Yoona terdiam. "karena itu, cepat masuk agar kita bisa segera mengantar mereka. Aku juga tidak boleh telat." raut wajah Sehun tampak serius.

"Memangnya kau mau kemana?" tidak bisa menahannya lagi, tangannya menggenggam pergelangan tangan Yoona, lalu tangan lainnya mendorong tubuh Yoona, sedikit memaksa hingga akhirnya Yoona benar-benar terduduk di dalam mobil.

"Nanti kau juga akan tahu." ucapnya sebelum menutup pintu.

.

--

.

Yoona gugup bukan main. Mobil itu melaju menuju pemakaman. Tentu ia masih sangat mengingat jalan itu. mengingat beberapa hari yang lalu ia sudah lebih dulu mengunjungi tempat itu bersama ibu tiri Sehun. Entah menyadarinya atau tidak, Sehun terlihat santai sambil terus fokus menyetir. Mobil itu melewati tempat dimana dulunya Yoona menghadapi perkelahian. Tidak membuatnya takut, tapi Sehun lah yang lebih membuatnya takut.

.

Mobil telah memasuki area parkir pemakaman. Sedikit ragu, Yoona melangkah turun dari mobil. Dilihatnya Sehun yang tengah membeli serangkai bunga, dari raut wajah pria itu, dapat Yoona lihat kerinduan yang begitu mendalam. Tidak seharusnya gelisah, tapi entah mengapa, Yoona tetap saja merasa resah. Mengingat apa yang pernah wanita itu katakan padanya, mengenai Sehun yang belum bisa menerima keberadaan ibu tirinya itu.

"Kau sedang apa? Cepat kesini." tegur Sehun yang sudah melangkah jauh hendak masuk kedalam bangunan tua itu. mencoba menguatkan dirinya, berdehem pelan dan mulai melangkah menghampiri pria itu.

.

Berdiri beberapa langkah di belakang Sehun. Dilihatnya pria itu yang tengah memandangi foto ibunya. tersenyum manis kepadanya. Diambilnya foto itu, tak lupa membersihkan bingkai dan kaca foto itu dengan sapu tangan miliknya. Meletakkan bunga yang telah ia beli di lantai, beralaskan kain ditemani serangkai buka lainnya. Sehun terlihat mengerutkan keningnya, keberadaan bunga itu membuat raut wajahnya menegang. Terdengar dengusan nafas kesalnya. Seakan sudah bisa menebak bunga siapa itu. lama menunggunya, akhirnya Sehun melangkah keluar. Sedikit tenang, Yoona kembali mengikutinya melangkah keluar dari bangunan itu.

"Biar aku saja yang menyetir." tawar Yoona, merasa bahwa kondisi Sehun pada saat itu kurang baik.

"Tidak masalah.. masuklah." tolak Sehun yang sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil dan kembali duduk di balik stir.

.

Mobil kembali meluncur keluar dari perkarangan pemakaman. Yoona menyadari sesuatu, mobil itu melewati jalur lain. tidak sama seperti yang Yoona lewati beberapa hari yang lalu. Ia berpikir bahwa jalur keluar dari sana hanya satu, namun ternyata Sehun mengetahui jalur lainnya. dan jalur ini memiliki pemandangan yang luar biasa indah. Bukan pepohonan, melainkan jurang dengan background persawahan yang hijau.

.

Mobil terus bergerak pelan, seakan ingin menikmati suasana disana. tapi Sehun terlihat tak antusias dengan keindahan disana, itu terlihat dari raut wajah Sehun yang masih tampak suram. Entah apa yang tengah ia pikirkan, yang jelas, Sehun terlihat tengah beradu batin. Disampingnya, juga tak bisa menikmati keindahan itu, terus gelisah ditambah Sehun yang tak sekalipun mengeluarkan suara.

.

Perjalanan itu berakhir di ujung tebing yang sepi. Sebuah jalan buntu yang memiliki pemandangan yang jauh lebih indah dari sebelumnya. terdapat beberapa pohon yang tumbuh di ujung tebing. Juga beberapa bangku panjang di setiap sudutnya. Dari ujung pemandangan, lautan terlentang luas tak terbatas. Aroma air laut terbawa hingga ke tempat itu, berkat angin yang tak berhenti bertiup dan terus memberikan kesejukkan disana.

"Turunlah." kata Sehun sebelum turun dari mobil. Tidak berniat menunggunya, Sehun terus melangkah hingga akhirnya memilih duduk disalah satu bangku disana. masih terlihat ragu, Yoona memaksakan kakinya untuk melangkah, menghampiri Sehun yang sudah duduk santai mengamati keindahan yang terpampang di depan mata. Sesampai disana, disamping pria itu, hanya diam tak tahu hendak berkata apa. Ia menyadari itu, Sehun terlihat berbeda. "tidak ada yang ingin kau katakan padaku?" ujar Sehun tanpa menoleh.

"Oo?" dilihatnya Sehun yang terus menatap ke arah lautan.

"Katakalah.." masih tidak melihat kearah Yoona. gadis itu kembali merasa resah. Dirinya diam dalam wajah itu. menatap Sehun penuh pertimbangan. Ketika itu, setelah sekian lama tak menoleh padanya, akhirnya Sehun mengalihkan pandangannya lalu membalas tatapan Yoona. "kau sudah lebih dulu ke tempat ini bukan?" sambung Sehun. "pemakaman itu." menatap Yoona tenang. Tapi terlihat kecewa. "dengannya." matanya mendadak sayu tak bersemangat. Tidak menyangka itu, ternyata Sehun sudah mengetahuinya.

"Itu.. aku.."

"Aku mengerti. Tapi kumohon, mulai saat ini, jangan pernah lagi berhubungan dengannya." ujarnya penuh keseriusan.

"Waeyo?" tanya Yoona akhirnya.

"..." diam sejenak dalam tatapan itu. "kurasa kau sudah tahu alasannya."

"Ijinkan aku bertanya." kata Yoona, dilihatnya Sehun diam menunggu perkataannya. "kenapa kau membencinya?"

"Karena dia sahabat baik ibuku." jawab Sehun cepat.

"Lalu apa yang salah?" mengingat seperti apa keadaan wanita itu ketika bersamanya pada waktu itu.

"Kau tahu? dia sudah mencintai ayahku jauh sebelum ibuku menikah dengan ayahku. Itu benar-benar menyakiti perasaanku." dilihatnya Yoona yang diam menunggu penjelasan. "banyak cara untukku mengetahuinya." berusaha menahan amarahnya. "setelah mengetahui itu, apa menurutmu pernikahan mereka hanya sebuah kebetulan?"

"Tapi dia sangat menyayangimu." balas Yoona. Yoona tidak tahu hendak mempercayai siapa, tapi ketika mengingat malam itu, dimana wanita itu menangis di pelukannya. Seakan dapat merasakan kesedihan itu. "tidakkah kau pikirkan betapa tersiksanya dirinya? Kau yang tak pernah menganggapnya ada, dan juga rasa bersalahnya terhadap sahabatnya." Yoona mencoba memberanikan diri untuk mengatakan semua yang terlintas di pikirannya. "apa mencintai seseorang adalah kesalahan?" Yoona mulai terhanyut pada pemikirannya. "jika cintanya dan statusnya sebagai sahabat ibumu adalah sebuah kesalahan, lalu seperti apa kebenaran yang kau inginkan? sedangkah hal baiknya sudah salah di matamu." sukses membuat Sehun diam tak berkutik. Tidak, raut wajah Sehun kembali serius.

"Dia sudah membuatmu terluka." singkat, tapi dapat Yoona rasakan kesungguhan dari tatapan matanya.

"Memangnya kenapa jika aku terluka? Itu memang pekerjaanku."

"Ani, itu menggangguku." sela Sehun. "cukup ibuku yang terluka. Aku tidak ingin ada yang tersakiti lagi, terutama orang yang aku sayangi." tubuh Yoona mendadak mendapatkan semburan hangat dengan getaran yang menggelitik. Mata itu menatapnya lekat. dengan raut wajahnya yang semakin memperjelas sejauh mana keseriusannya pada saat itu.

.

.

.

.

.

.

Continued..