webnovel

Prolog

Mata ku terasa berat.

Badan ku terasa sangat kaku.

Perlahan mata ku terbuka, di depan ku terdapat ornamen langit-langit yang ku ingat.

Itu terasa sangat nostalgia, dimana itu terlihat seperti langit-langit atap kamar ku saat masih

kecil.

Ingatan ku sedikit tumpang tindih dan kepala ku masih terasa sakit.

Aku sedikit menggerakkan tangan ku, namun itu terasa sangat berat.

"Munya~ munya~ Onii-sama..." aku mendengar sebuah suara kecil yang imut di samping ku.

Secara refleks, aku memiringkan kepala ku dan mendapati sosok yang ku kenal!

Sosok yang begitu imut namun menakutkan!

Seketika itu juga, aku merasakan rasa sakit yang luar biasa di kepala ku. Seperti memori rasa sakit yang aktif saat melihat adik kecil ku yang imut ini.

Oh! Aku ingat sekarang!

Rasa sakit ini!

Rasa takut ini!

Rasa tidak berdaya ini!

Aku telah bertahun-tahun memendam semua rasa sakit ini.

Itu karena dia adalah orang yang bertanggungjawab atas kematian ku sebelumnya!

Adik imut ku...

Dia yang membunuh ku dengan begitu santainya setelah menghabisi seluruh anggota keluarga ini. Sebuah tragedi yang tercipta karena Ayah kami menolak permintaannya untuk menikah dengan salah satu rakyat biasa.

Sebenarnya dia bukan rakyat biasa yang biasa.. itu karena dia memiliki ilmu pedang dan sumber sihir yang luar biasa. Singkatnya, adik ku dan orang ini berada di kelas yang sama dan sedikit muncul bumbu cinta diantara mereka.

Tapi tolonglah.. jangan bawa aku ke dalam kematian keluarga ini.

Keluarga kami adalah bangsawan dari Kerajaan Flora dan Ayah ku memegang kedudukan berupa 'Duke of Flora' dimana kedudukan itu tidak bisa menyelamatkan dirinya dari pembantaian yang dilakukan oleh adik imut ku ini.

Aku masih ingat hari itu, tepat dibawah guyuran hujan dan sambaran petir. Tempat tinggal Duke Flora mengalami peristiwa hebat setelah makan malam berlangsung. Aku sendiri tidak mengerti bagaimana kondisi adik imut ku tapi yang pasti.. saat itu ia dipenuhi dengan sosok yang tidak aku kenal...

Sosok yang tersenyum begitu senangnya dengan pisau berlumuran darah ditangannya.

Senandung lagu indah yang keluar dari mulutnya setelah membersihkan beberapa orang-orang yang menghalangi jalannya menjadi pengiring kematian keluarga ini.

Dan ucapan manisnya seperti, "Ini tidak sakit kok, Onii-sama".

Omong kosong macam apa itu!

Senyuman dan senandung lagu itu adalah malapetaka yang terjadi di malam itu.

Tarian langkah kakinya yang berjalan diatas genangan darah sudah cukup memasukkan trauma yang mendalam di kepala ku.

Di malam itu, aku tewas dalam keadaan yang lumayan epik.

Luka di leher, sengatan kaca tajam, terjedot pintu besi, jatuh menggelinding di anak tangga, lalu terjatuh di atas kaktus hanya demi melarikan diri dari adik ku.

Epic sekali bukan? Paket komplit untuk mati mengenaskan.

Aku sangat yakin kalau saat itu aku mati!

Tapi..

Kok aku ada disini?

Kenapa?

Kok bisa?

Seseorang.. adakah yang bisa menjelaskannya? Di Sampingku ini ada Dewi Kematian yang sedang tertidur pulas loh!

Setelah ku lihat kembali, adik imut ku ini lumayan cantik juga. Jika saja ia menjadi gadis yang imut tanpa sisi mengerikan seperti itu. Apa yang akan terjadi dengan keluarga ini ya?

Aku memikirkan kembali kejadian malam itu.

Apakah ada cara untuk menghindari kejadian itu?

Aku sudah cukup menderita di kehidupan sebelumnya dengan pelatihan keras Ayah ku.

Dan sekarang aku mengulanginya kembali?

Merasakan siksaan itu kembali? Eh, itu bukan siksaan sih.. lebih ke arah tekanan mental.

Ya, itu karena tuntutan seorang pewaris dari tahta 'Duke of Flora'.

Yang pasti! Aku ingin menikmati indahnya hidup kali ini!

Menikmati rasanya hidup normal!

Menekan perkembangan iblis yang bersembunyi di dalam adik imut ku ini.

Mengembangkan wilayah dari bawahan-bawahan kurang ajar yang bermain-main menggunakan nama 'Duke of Flora'.

Dan..

Apa ini? Kok semakin banyak daftar yang ingin kulakukan?

Oh! Aku ingin merasakan cinta yang layak! Aku mati sebelum musim semi hadir di hidup ku!

Yang terpenting..

Aku ingin selamat dari terkaman adik ku ini!

[...]

Cahaya pagi yang menyambut wajah ku terasa begitu hangat.

Aku bisa merasakan kelopak mata ku berwarna hitam, rasanya sudah lama aku tidak merasakan mimpi buruk yang terasa nyata seperti ini.

Oh, biar kuluruskan..

Itu memang mimpi buruk!

Adik kecil ku yang imut ini perlahan bergerak, gerakan kecilnya itu menutup wajahnya dari sorotan sinar mentari pagi yang terlihat begitu elegan dan menawan.

Jika saja dia gadis kecil yang normal!

Aku bisa merasakan pelukan eratnya di tanganku sepanjang malam. Itu bukan tenaga yang normal untuk ukuran gadis kecil seperti ini loh! Rasanya aku seperti dikurung pada jeruji besi dan tak bisa bergerak bebas.

Melihat keindahan wajah imutnya, tanpa sadar tangan ku mengelus pipi mungilnya. Sangat lembut dan kenyal untuk ukuran gadis kecil.

Jika aku melihat ukuran tubuhnya, kurasa aku kembali di usia ku yang menginjak 10 tahun.

Aku dan adik ku memiliki selisih waktu satu tahun. Ya, tidak ada spesialnya bagiku. Yang kutahu saat ini hanyalah dia hanyalah gadis kecil yang abnormal dengan kekuatannya yang luar biasa. Berbanding terbalik dengan ku yang hanya seorang penerus keluarga yang lemah.

Aku menarik-narik pipi yang mengemaskan itu hingga tatapan mata merah menyala ada dihadapanku.

Di pagi hari ini, tubuh ku menggigil bukan karena udara dingin melainkan tatapan merah tajam yang penuh dengan nostalgia. Tatapan dimana ia memandang seseorang seperti sampah yang tidak berarti.

"Muuu~ Onii-sama?"

Namun, tatapan merah yang ada dihadapanku ini lebih ramah dan bersahabat.

Hey! Kemana perginya tatapan menakutkan yang membunuh ku itu!

"Selamat pagi!" dengan nada canggung ini, aku memberanikan diri untuk menyapanya.

"Selamat pagi, Onii-sama" adik ku tersenyum.

Sebuah senyum yang entah kapan aku bisa melihatnya kembali, senyum itu terasa begitu hangat dan nyaman.

Tentu saja itu berbanding terbalik dengan senyum di malam itu.

Aku paham sekarang, dia hanyalah gadis normal. Sesuatu telah merubahnya hingga menjadi iblis bertubuh manis di malam itu.

Tapi apa penyebabnya?

Aku perlu mencari tahu hal ini demi kelangsungan hidup ku!

Untuk keluarga? Mari kita masukkan itu ke dalam rencana opsional terakhir.

Nyawa ku lebih penting untuk saat ini!

"Onii-sama.. kenapa bagian bawah mata mu menghitam?"

"Ah.. aku hanya kurang tidur saja"

Tatapan mata merah itu perlahan berubah menjadi merah darah. Saat itu juga tubuh ku bergetar hebat setelah melihat senyum tipis yang menakutkannya di hadapan ku.

"Fufufu~ Onii-sama.. kurang tidur itu tidak sehat loh" adik ku dengan tawa kecilnya itu mulai mengelus kepala ku.

Aku sedikit merasakan rasa kantuk yang luar biasa dan membuat tubuh ku terasa lemas. Mata ku terasa berat dan ingin rasanya aku tertidur.

Aku perlahan mulai terlelap dalam alunan belaian tangannya hingga sebuah suara ketukan pintu membangunkan ku.

"Cih!" secara tidak langsung aku mendengar adik ku mengucapkan kalimat itu.

Heh?

Sejak kapan dia punya kepribadian seperti ini?

Apa dia sangat mengerikan sejak lahir?

Kenapa ini?

Apa yang salah di dalam kepalanya?

"Karl-sama.. Chiyuki-sama.. memohon ijin memasuki ruangan."

Hampir saja aku lupa.

Saat ini, ruangan kami memang menjadi satu. Aku dan adik ku yang bernama Chiyuki ini memiliki ruangan yang sama dan berpisah setelah aku terlalu sibuk menjalani pelatihan sebagai penerus kepala keluarga.

Jika aku memikirkannya kembali, aku sangat jarang bertemu dengan adik ku setelah pelatihan itu.

Kurasa, aku harus lebih memperhatikan adik ku ini.

Jika anjing bisa dibesarkan dengan penuh kasih sayang, manusia juga bisa kan?

Baiklah, kita coba dengan kasih sayang yang umum terjadi dikalangan adik-kakak.

Aku perlahan memberanikan diri membelai rambut adik ku yang sedikit berantakan itu. sebuah sensasi yang sangat sulit dirasakan merasuki hati ku. Antara rasa takut dan juga ketagihan melihat senyum manis yang tercipta dari belaian tangan ku.

Senyuman manis yang mencuci mata ku dan dentuman lagu kecil yang riang mulai berselancar di telinga ku.

Kurasa, aku telah berhasil memperbaiki perasaan hatinya yang kacau.

Melihat senyumnya itu, aku tidak sengaja mencium pipinya.

Rasa kenyal dan empuk membuat ku sedikit menggigitnya. Saat melepasnya, aku bisa melihat seluruh pipi mungilnya yang berwarna merah menyala.

Lalu.. secara perlahan. Aku bisa melihat wajahnya yang ikut memerah.

"MOOOOOOOO~ Nii-sama BAKAAA!!!" Chiyuri lalu membenamkan seluruh wajahnya pada salah satu bantal dan berguling-guling sembari menutupi wajahnya.

Apa ini?

Adik ku memiliki kelemahan semacam ini?

Kurasa..

Aku harus mencari kelemahannya yang lain untuk meluruskan sifat dan perilakunya.

Demi mencegah hancurnya keluarga ini dan hilangnya nyawa ku!

Aku akan menjadi seorang kakak yang berada satu tingkat diatasnya!

[...]