webnovel

Chapter 35

Saat kami sampai di depan rumah, Sebastian telah berdiri menunggu ku.

Selena, Chiyuki, dan Ivan pergi meninggalkan ku.

"Kali ini, apa yang terjadi?" tanya ku.

Sebastian hanya memberi ku sebuah ponsel yang berisi berita tentang terbakarnya Kuil Kerajaan Flora dan respon kerajaan lain. Untuk itulah aku berdiri hingga menghabiskan beberapa waktu berharga ku untuk mencerna informasi ini.

"Mercedes selalu bergerak cepat untuk mengamati kondisi" puji ku untuk Mercedes.

"Anak itu memang bergerak lebih cepat dari yang lain, ngomong-ngomong.. Master Karl" sepertinya Sebastian ingin mengatakan sesuatu.

"Katakan saja, Sebastian. Pasti tidak enak ketika memendam pertanyaan yang muncul di kepala mu."

"Apakah kita akan berperang melawan pihak kuil?" tanya Sebastian.

"Aku harap tidak. Mengurus seseorang yang terlalu fanatik dan religius? Aku tidak pernah memikirkan ini sebelumnya. Tapi, jika mereka bergerak. Kau tahu apa yang terjadi kan?" jawaban ku ini menimbulkan pertanyaan baru untuk ku.

Apa yang harus ku lakukan?

Ini berbeda dengan kehidupan ku sebelumnya.

Berperang melawan suatu kepercayaan yang memiliki banyak pengikut. Itu akan sangat merepotkan!

Tapi..

Tidak terpikirkan oleh ku, jika situasi menjadi kacau seperti ini.

Pihak kuil bahkan menutupi kematian Saintess dan mencoba menghidupkannya. Jika perkiraan ku benar, mereka telah menyerah untuk tetap di jalan yang lurus dan terjun dalam jurang kesesatan.

Jadi..

Apakah menyatakan perang kepada pihak kuil adalah pilihan terbaik?

Untuk saat ini, mari kita amati situasi terlebih dahulu.

"Pertanyaan mu sangat bagus, Sebastian. Tidak biasanya kau penasaran dengan sesuatu seperti ini. Ngomong-ngomong.. dimana Mercedes?"

"Mercedes-sama? Kurasa dia ada di dalam kamar Master Karl."

"Ah, jika bisa.. tolong bawa dua cangkir teh hangat untuk kami. Sepertinya.. kesibukkan ku terus bertambah."

"Dengan senang hati, Master Karl."

Sebastian pergi meninggalkan ku. Aku lalu berjalan menuju kamar ku dan mendapati Mercedes tertidur di atas kasur. Disampingnya terdapat Chiyuki yang ikut tertidur pulas.

Pemandangan antara gadis Elf dan adik yang manis membuat hati ku berdegup kencang. Pakaian mereka yang tipis membuat suasana mereka terlalu berbahaya untuk dilihat. Sesuatu di dalam pikiran dan tindakan ku bertempur satu sama lain.

Cepat atau lambat, aku mungkin akan hilang kesadaran dan menyerang mereka.

Kurasa.. aku butuh kamar pribadi untuk memperbaiki perasaan ini.

Masa muda memang di penuhi hormon yang tidak menentu. Aku harus bisa mengontrolnya.

"Master Karl?" di belakang ku, Sebastian berdiri sembari membawa troli yang berisi makanan kecil dan cangkir teh.

"Oh, Sebastian.. perubahan rencana. Mau menikmati malam bersama ku di luar?"

"Em?" Sebastian sedikit kebingungan.

"Well, bisa di bilang Mercedes dan Chiyuki sedang tidur dalam kondisi yang membahayakan."

Sebastian yang memahami arti dari perkataan ku pun terdiam.

"Kalau begitu, apakah Master Karl butuh ruangan baru?" tanya Sebastian.

"Wow, kau memahami maksud ku rupanya" aku sedikit kagum dengan pemahaman Sebastian.

"Master Karl, ini mungkin terdengar cukup menyeramkan tapi.. gadis-gadis serigala mulai membentuk jadwal khusus untuk menjadi pelayan pribadi Master Karl."

"Huh?" ini pertama kali aku mendengarnya.

Pelayan pribadi?

Gadis-gadis serigala itu?

Memangnya.. apa yang akan mereka lakukan?

"Dan.. keputusan itu telah disetujui oleh Victoria-sama."

Huh?

Mama menyetujuinya?

Apa ini? tiba-tiba perasaan ku menjadi tidak enak.

"Sepertinya.. Victoria-sama ingin memiliki cucu."

"HAAAAH?!" aku sangat terkejut dengan perkataan terakhir Sebastian.

"Sebastian.. jangan bilang.." aku mulai gemetar untuk melanjutkan kata-kata ku.

"Yah.. um.. bagaimana untuk mengatakannya.. gadis-gadis serigala itu sedang memasuki masa muda mereka untuk memperbanyak keturunan. Mereka tidak ingin melakukannya dengan sembarang orang. Terlebih.. Master Karl adalah tipe pria ideal sebagai pemimpin kelompok mereka" lanjut Sebastian.

"Um.. Sebastian.."

"Yah.. untuk menjaga pola hidup Master Karl yang sehat. Kurasa.. ini pilihan yang terbaik. Tenang saja, Master Karl. Akan ku pastikan kamar itu kedap suara."

Perkataan terakhir Sebastian membuat ku terkejut akan realita baru ini.

Aku belum sempat mengalami kejadian seperti ini.

Aku sangat senang!

Tidak sia-sia aku hidup selama ini!

Tapi, untuk suatu alasan. Bulu halus ku tiba-tiba berdiri tegak.

Ini bukan pertanda buruk kan?

[...]

Aku dan Sebastian saling duduk berhadapan di kursi taman. Kami menikmati malam yang dingin ini dengan secangkir teh dan camilan kecil. Nafas yang kami hembuskan terdengar sangat berat.

"Haaaaaah!!" aku dan Sebastian saling menghembuskan nafas yang dipenuhi beban ini.

"Master Karl, kenapa nafas mu panjang sekali?" tanya Sebastian.

"Kau juga sama, Sebastian. Apa menjadi butler sangat melelahkan?" jawab ku.

"Melelahkan sih tidak, itu sudah menjadi pekerjaan ku selama 43 tahun. Melayani Keluarga Duke Flora selama 2 generasi membuat ku terbiasa melakukan pekerjaan ini."

"2 generasi kah? Aku kau mau memperpanjangnya hingga 3 generasi?" aku sedikit bercanda untuk mengisi obrolan malam kami.

"Ahahaha! Tanpa di minta pun, Aku.. Sebastian akan melayani Master Karl dan keturunan Master Karl. Apakah Master Karl sudah siap untuk itu?"

Aku terkejut mendengar jawaban dari Sebastian. Melihat nadanya yang lembut, dia melakukan pekerjaannya dengan sepenuh hati. Kesetiaannya untuk melayani keluarga kami benar-benar sangat tinggi.

"Sebastian, menurut mu.. seperti apa perbedaan Keluarga Duke Flora dalam 2 generasi?"

"Perbedaannya? Kurasa.. itu sangat berbeda di setiap generasi. Saat aku melayani Duke Flora sebelumnya, dia hanya fokus memberantas kelompok bandit dan sekawanan monster."

"Terdengar sangat mirip dengan sifat alami Kakek, dia sangat suka bertarung bukan? Apakah itu merepotkan mu, Sebastian?"

"Ah, tidak apa-apa, Master Karl. Aku sudah terbiasa membersihkan pedang dan armor yang berlumuran darah, merawat luka akibat terkena sayatan pedang, menarik anak panah yang tertanam di dalam tubuh, dan mengubur mayat yang mereka bawa sebagai bukti."

Mendengar pengakuan ini, teh yang kurasakan tiba-tiba terasa pahit.

"Uh, Kakek memang seperti itu. Untung saja, di usianya yang tua saat ini dia tidak melakukan aktivitas yang berlebihan."

"Tenang saja, Master Karl. Saat ini, dia memiliki hobi berburu dari jarak jauh menggunakan senapan laras panjang dan memancing di sekitar aliran sungai."

"Bagaimana dengan Nenek?"

"Kurasa, dia sedang bersenang-senang membuat kue kering akhir-akhir ini dan membagikannya ke anak kecil di sekitar taman bermain."

"Ahh.. Nenek.. ku harap dia tidak berlebihan melakukannya."

Aku meminum teh hangat ini dan melanjutkan pembicaraan malam kami, "Bagaimana dengan generasi Duke Flora setelah Kakek ku? Aku ingin tahu pendapat mu tentang kepemimpinan Ayah ku."

"Di generasi selanjutnya, aktivitas perdagangan mulai stabil karena sebagian markas bandit telah hancur dan mereka melarikan diri. Jadi, Duke Flora yang baru pun mulai membangun jalur perdagangan, eksplorasi sumber daya alam, membangun lokasi pertambangan, dan mengembangkan usaha lokal."

"Ayah.. dia sangat bekerja keras rupanya."

Tapi?

Kenapa di kehidupan sebelumnya aku harus mengurus semua pekerjaannya?

Kondisi saat ini memang berbeda dengan kondisi di kehidupan ku sebelumnya. Tanpa sengaja, aku membuat wilayah ini menjadi sangat modern. Mengandalkan pengetahuan dari kekuatan ku sebelumnya, aku mencuri ilmu pengetahuan dunia lain dan menerapkannya di sini.

Berbicara tentang kekuatan, aku sedikit rindu dengan kekuatan tidak berguna ku.

Uh.. tidak berguna.. namun sangat efisien untuk kondisi saat ini. Wilayah ini telah siap untuk menerima pengetahuan modern dari dunia lain.

"Kalau begitu.. bagaimana dengan generasi sekarang?" lanjut pertanyaan ku.

"Untuk generasi sekarang? Master Karl masih belum menjadi penerus kan? Kondisi kita saat ini dipenuhi dengan musuh yang tertidur dan siap menyerang kapan saja. Tapi, aku sangat yakin jika Master Karl telah mempersiapkan sesuatu untuk mencegah hal itu terjadi, bukan?"

Jawaban yang ku dengar ini, sedikit membuat ku tertekan.

Tanggungjawab yang begitu besar ini.

Apa aku sanggup untuk memikul nya?

"Tentu saja, kami akan membantu mu, Master Karl."

Jawaban itu membuat ku tersadar akan sesuatu.

Aku tidak sendirian untuk memikul nya.

"Terima kasih, Sebastian."

Kami pun melanjutkan obrolan malam ini hingga ke topik sensitif mengenai wanita dan pernikahan.

Malam yang panjang.

[...]