webnovel

Chapter 25

Aku terbangun dari tidur lelap ku, selama beberapa tahun ini tubuh ku telah terukir oleh pelukan erat dari dua gadis di setiap malam.

Entah kenapa Mercedes dan Chiyuki saling berebut dan mendominasi kamar ku. Padahal, mereka memiliki kamar pribadi tersendiri.

Well.. memang dari awal mereka ingin berada di kamar yang sama dengan ku. Tapi, ini berubah menjadi musibah yang belum pernah ku hadapi.

Dahulu, aku tidak sempat merasakan masa muda seperti ini karena mati lebih awal.

Sekarang.. tubuh gadis kecil yang lucu telah berubah menjadi seorang gadis. Beberapa ukuran mereka terlalu berbahaya jika bersentuhan dengan kondisi ku saat ini.

Tentu saja, saat ini aku masih bisa mengontrolnya namun dengan sentuhan yang mereka berikan. Aku juga bisa mencapai batasan ku sendiri.

Aku bergegas bangkit dari tempat tidur ku untuk menghindari kemungkinan terburuk. Perlahan aku melepas pelukan erat Chiyuki dan Mercedes.

"Hng~ Master~"

"Uhn~ Onii-sama~"

Suara mereka telah berubah dan terasa menggoda. Itu sangat indah namun mematikan jika digunakan secara maksimal. Aku pernah mendengar jika seorang penari mampu menggali sebuah informasi hanya dari godaan suaranya saja.

Mereka berdua terbangun bersamaan setelah tangan ku lepas dari pelukan mereka.

"Selamat pagi, Master."

"Selamat pagi, Onii-sama."

Yah, rutinitas ini telah terjadi beberapa tahun sebelumnya. Sepertinya, jam di tubuh mereka untuk bangun adalah saat tangan ku lepas dari pelukan mereka.

"Selamat pagi, Chiyuki.. Mercedes.." aku membalas ucapan mereka.

Mereka masih menahan rasa kantuknya dan bergegas pergi menuju kamar mandi kecil yang berada di dalam ruang kamar.

Berkat pembangunan beberapa tahun belakang ini, wilayah kami sedikit lebih maju dengan teknologi dan perkembangan sihir. Karena itu, beberapa bangsawan yang masih memahami situasi mereka mulai bergabung menjadi masyarakat kami.

Kami dengan senang hati menerima mereka dengan beberapa pertimbangan dan hasil dari kerjasama satu pihak itu adalah ini...

Sebuah ponsel yang tercipta untuk mengatur wilayah ini.

Beberapa perkembangan seperti transportasi publik, pelayanan kesehatan, variasi masakan, kreasi pakaian, dan pengelolaan tempat tinggal dapat dengan mudah di selesaikan. Padahal.. di kehidupan sebelumnya, wilayah ini sangat miskin dan kotor. Ini menjadi penebusan dosa ku setelah mati lebih awal dan meninggalkan janji-janji ku yang pernah terucap sebelumnya.

Sekilas aku melihat sebuah artikel berita yang baru saja di muat oleh staff kami. Sebuah akademi militer yang berdiri di pusat kota mengantikan gedung serikat petualang. Semenjak kami keluar dari kebangsawanan Kerajaan Flora, kami memilih untuk siap bertahan dengan segala situasi.

Untuk itu, sebuah akademi dan pelayanan masyarakat di tingkatkan agar mereka siap menghadapi situasi darurat. Setelah semua persiapan yang mendadak ini, kami telah memiliki staff yang cukup sebagai pengajar di akademi itu.

Sebagai wilayah yang bertanggungjawab atas kerugian dua kerajaan. Tentu saja, ada kemungkinan campur tangan pihak lain yang mencoba mempelajari teknologi kami. Lagipula, beberapa kerajaan di sekitar kami memang merepotkan.

Sebuah laporan khusus masuk ke dalam kotak masuk ku.

"Hmm.. apa ini? undangan dari Kuil?"

Ayah kami tiba-tiba mengirim sebuah gambar yang berisi undangan untuk menghadiri acara keagamaan. Berdasarkan pengalaman ku sebelumnya, pihak kuil hanya berinteraksi untuk kegiatan yang berkaitan dengan Dewi mereka. Namun, undangan ini sedikit berbeda karena seharusnya aku mendapatkan undangan ini di tahun-tahun sebelumnya.

Ya, ini adalah undangan untuk menerima kekuatan suci yang diberikan oleh Dewi Dunia ini.

Haruskah aku menghadiri undangan ini setelah mengetahui seberapa tidak berguna kekuatan ku?

Atau.. aku harus menghadirinya untuk formalitas saja?

Ahh.. aku jadi semakin khawatir tentang ini.

Umur ku memang lebih panjang dari sebelumnya dan.. apa yang akan terjadi masih sebuah misteri.

Untuk itu.. sebuah persiapan tambahan diperlukan.

Akan lebih baik jika kami memiliki sekutu tambahan yang bisa di andalkan.

[...]

"Kau tahu situasi saat ini kan?" tanya Ayah ku.

Aku segera menemui Ayah ku untuk mengatasi masalah ini. Dalam sejarah keluarga kami, berurusan dengan agama sangat merepotkan. Itu karena terlalu banyak aturan di dalamnya mengenai kewajiban dan larangan untuk setiap pengikutnya.

Sejak dulu, kami hanya membantu pihak kuil saat dibutuhkan. Kesampingkan tentang korupsi kecil dan penipuan berlandaskan agama mereka, kami tidak sebodoh itu untuk tertipu.

"Yang benar saja, donasi 10.000 Koin Emas hanya untuk menghidupi anak-anak terlantar dan biaya perawatan korban perang? Mereka terlalu melebih-lebihkan sesutatu." Balas ku.

"Tidak juga, memang benar mereka golongan orang-orang yang merepotkan namun kekuatan mereka cukup kuat untuk menguncang dunia."

"Ah.. benar juga. Jika tidak salah.. mereka memiliki pengaruh besar di kerajaan tetangga kita kan? Masalahnya adalah.. apakah mungkin mereka melakukan gerakan kecil di balik layar?"

"Tentu saja mereka melakukannya, memanipulasi kebijakan politik di Kerajaan Flora pernah mereka lakukan. Terima kasih untuk itu.. kita sekarang memiliki pajak tambahan untuk mendirikan bangunan."

"Terdengar mencurigakan, haruskah kita berperang melawan mereka?"

"Dengan situasi saat ini, lebih baik menghindari perang dahulu. Masih banyak kekurangan yang perlu kita perbaiki. Seperti.. kenapa aku menjadi Kepala Akademi?"

"Ayah, jika mereka mengetahui aku yang memimpin akademi itu.. bukankah akan terlihat konyol? Aku sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk itu."

"..." Ayah kami terdiam dan menghela nafas yang begitu panjang.

"Asal kau tahu, Karl. Mereka akan tunduk kepada mu tanpa terkecuali?"

"Huh?" Aku sangat kebingungan dengan perkataan Ayah ku.

"Lupakan itu, kau harus bersiap-siap mengikuti ujian masuk yang telah direncanakan."

"Eh? Kenapa aku harus mengikutinya?" aku sedikit merasakan firasat buruk tentang ini.

"Karl, apa jadinya jika Chiyuki di biarkan berkeliaran di Akademi yang berisi bangsawan dari kerajaan lain?"

"Eh? Kenapa mereka kesini? Bukankah di kerajaan mereka ada Akademi tersendiri?"

"Sepertinya.. wilayah kita saat ini menjadi oasis di tengah gurun."

"Ah, begitu rupanya. Mereka ingin menyelidiki seberapa berbahaya kita ini dengan mengirim mata-mata mereka? Hmm.. aku jadi terpikirkan ide bagus tentang ini."

"Ide apa lagi yang kau buat ini?" tanya Ayah ku yang penasaran.

"Hanya sedikit menanam Sleeper Agent di jantung musuh."

"Yah.. terserah pada mu. Aku akan menunggu keputusan mu tentang ini."

"Oh, kita akan melakukannya nanti."

"Eh?"

"Boleh ku minta beberapa kertas? Ada beberapa soal tambahan yang diperlukan saat ujian masuk."

Ayah ku segera memberi beberapa kertas dan peralatan tulis yang diperlukan. Jika kerajaan tetangga sedang memata-matai kami maka hanya satu hal yang bisa dilakukan. Memberi mereka informasi rahasia kami tanpa cacat sedikit pun.

Pertanyaan yang mendasar adalah.. bagaimana cara membedakan bangsawan dan agen mata-mata?

Pertanyaan itu hanya bisa di jawab langsung oleh orang yang bersangkutan.

Sebuah pertanyaan simpel namun menjebak telah tertanam. Jawaban dari pertanyaan simpel ini akan menentukan identitas kecil mereka.

"Oh.. begitu. Aku yakin bangsawan kerajaan akan terjebak ke dalam pertanyaan ini apalagi dengan nilai skor yang begitu tinggi." Ayah ku yang penasaran dengan daftar pertanyaan ini pun duduk di sebelah ku.

"Yah, bukan cuma itu saja.. pertanyaan ini akan mengintip keseharian dan identitas mereka."

"Cerdik juga, darimana kau tahu pertanyaan ini akan menentukan kepribadian mereka?"

"Nah, ini hanya sebagian kecil dari perang psikologis. Mereka takut kalah jika beradu kekuatan murni, maka kita akan memberi mereka pilihan mengenai perang psikologis."

"Karl.. untuk catatan kasar. Kita tidak ingin menambah situasi kembali buruk seperti tahun-tahun sebelumnya."

"Tenang saja, Ayah. Untuk perang yang satu ini.. di jamin aman asalkan mereka tidak terlalu bodoh untuk bertindak atau Chiyuki yang berindak di luar jalur."

"Ah.. masuk kan itu ke dalam daftar situasi terburuk kita. Oh! Hampir saja lupa. Bagaimana dengan tawaran pihak kuil?"

"Yah, kita terima sajalah. Ah! Jika bisa kita adopsi anak-anak berbakat untuk mengisi Akademi kita yang kosong itu."

"Siap, Boss!" canda Ayah ku.

[...]