webnovel

Chapter 22

"Selamat pagi untuk kalian semua, seperti yang kalian lihat. Pelajaran kali ini adalah membersihkan peralatan perang dari debu dan partikel aneh yang menempel di dalamnya."

Seperti yang kalian dengar, pagi ini di isi dengan pelajaran membersihkan unit Remi-class dari sisa-sisa pertempuran satu malam.

Sejujurnya, itu bukanlah pertempuran. Itu hanyalah menerobos barikade manusia dengan sedikit sentuhan kecil yang menyakitkan.

"Guh~ menjijikan" tanpa sadar aku mengucapkan kalimat itu setelah melihat keadaan unit Remi-class yang mengerikan.

"Apa ini?" tangan ku bergerak untuk meraih sisa-sisa armor yang menutupi sela-sela bagian bawah unit Remi-class. Sebuah jari manusia yang memakai cincin tersangkut di dalamnya. Di lihat dari ukiran cincin nya, itu adalah cincin yang digunakan oleh komandan perang tetangga sebelah Kerajaan Flora.

Tunggu sebentar!

Tanpa sadar kami menabrak komandan mereka?

Nah, itu bukan hal yang biasa jika dalam kondisi berperang.

Bercak noda darah yang berwarna merah dan mengumpal pun memupus semangat ku untuk membersihkan unit Remi-class. Bau amisnya sedikit menusuk hidung, tapi kendaraan ini masih diperlukan untuk bertahan dari invasi yang akan datang.

Salah satu tetangga kerajaan kami memang menyebalkan, situasi Kerajaan Flora memang dalam kondisi kacau. Tapi, itu bukanlah alasan utama untuk menyerang Ibukota Kerajaan Flora menggunakan pasukan penyihir.

Situasi berperang telah terjadi namun tanggapan Raja Kerajaan Flora masih terdiam. Kami masih mengamati mereka, namun tampaknya mereka terlalu menganggap remeh tetangga kita.

Beruntungnya, sisa-sisa orang kami cukup untuk di tampung di bunker darurat. Inilah alasan kenapa kami terlalu santai karena persiapan seperti ini telah di rencanakan.

Well, pihak ketiga ini di luar prediksi sih. Tapi, itu tidak mengubah persiapan kami yang telah matang.

Gadis-gadis serigala yang berada di dalam komando ku kali ini terdiam. Mereka terlalu fokus membersihkan sisa-sisa organ tubuh yang menempel di unit Remi-class mereka.

"Pertama, kalian bersihkan noda yang menempel di sela-sela kendaraan. Walaupun itu kecil, namun itu sangat berpengaruh dalam pertempuran. Kalian tidak ingin jika unit Remi-class kalian berhenti berfungsi saat bertempur kan?" sembari mengatakan itu, aku membersihkan celah-celah kecil di bagian bawah. Menggosoknya secara perlahan dan menarik sobekan armor yang menganggu.

"Yah, lihat kan. Bahkan potongan armor seperti ini bisa ditemukan di sela-sela terkecil. Ini sangat berbahaya untuk fungsional kendaraan kalian."

Saat aku mengatakan itu, gadis-gadis serigala pun bergegas memeriksa bagian bawah kendaraan mereka. Mencari sisa-sisa noda kotoran yang menempel dan mengumpulkannya di tempat khusus.

Tempat khusus yang berisi potongan tubuh manusia. Aku tidak tahu ada berapa banyak yang kami tampung, tapi bisa ku pastikan kami bergerak lurus menerobos satu divisi saat itu.

Bukan salah kami, itu adalah jalan umum dan mereka menggunakan semua jalurnya. Tidak ada yang keberatan jika kami sedikit melakukan perlawanan kecil kan? Apalagi kondisi mantan kerajaan kami yang sedang berperang.

Yah, korban jiwa di kondisi perang sangat wajar kan?

Perang tanpa korban jiwa itu sangat sulit loh. Belum ada satupun kerajaan yang berperang tanpa ada korban jiwa di kedua belah pihak.

Kecuali...

Jika kami melakukan peperangan jarak jauh menggunakan teknologi.

Jika kami serius, peperangan yang kami lakukan akan membuka jalur perang baru. Kami sudah siap untuk itu, tapi.. sebisa mungkin kami tidak melakukannya.

Untuk saat ini, bersantai dan mengamati kondisi sudah cukup.

Jika mereka menginvasi wilayah kami, kami akan membalasnya.

Jika tidak ya... bersantai apa susahnya?

Saat aku kembali melihat tempat sampah khusus, beberapa sampah yang menumpuk tinggi itu pun membuat ku kebingungan.

"Ugh, mau di buang kemana sampah-sampah ini?"

Ya.. itulah pertanyaanya.

Kemana aku akan membuang sampah-sampah ini.

Aku tidak tahu untuk urusan seperti ini, jadi.. akan lebih baik jika Chiyuki yang mengurusnya.

Em.. pilihan yang bijak untuk saat ini adalah menyerahkan sampah itu pada Chiyuki.

[...]

Sebuah surat datang ke kediaman Duke Flora.

Ah! Maaf. Bukan Duke Flora melainkan mantan Duke Flora. Surat yang terukir dengan balutan tinta emas dan simbol Kerajaan Abzien itu pun menarik minat keluarga kecil kami.

"Apa ini? menyerahlah sebelum kami menghancurkan kalian? Kenapa di pagi hari kita mendapatkan surat seperti ini?" tanya Ayah kami.

Ini terjadi setelah kami membersihkan unit Remi-class yang ternodai. Sepertinya, kehilangan beberapa pasukan dari unit invasi tidak membuat Kerajaan Abzien mundur. Mereka tampaknya tidak mengetahui jika keluarga ini telah membuang gelar bangsawan Duke Flora. Sebagai mantan bangsawan, penghinaan seperti ini terasa menghancurkan harga diri seorang bangsawan tetapi.. setelah kami keluar dari sistem bangsawanan.

Ancaman seperti ini hanyalah kicauan burung pagi.

"Sepertinya bukan kerajaan kita saja yang di isi orang-orang bodoh, tapi kerajaan tetangga juga sama" ucapan Ayah kami memang ada benarnya.

"Karl, apa yang akan kita lakukan?"

Aku yang sedang menikmati makan pagi ini pun tersedak kecil. Pertanyaan yang muncul tiba-tiba ini sedikit merusak suasana.

"Onii-sama..." Chiyuki memberi ku segelas air.

"Mereka baru perang satu hari dan menantang kita? Apa mereka tidak mendengar kabar tentang pembataian kecil kita?" ucapan ini keluar dari mulut Ibu kami. Dia sedikit khawatir dengan gadis-gadis serigala yang terpaksa berperang membawa nama kami.

"Mama, tenanglah.. Onii-sama pasti telah memiliki solusi dari masalah ini. Benar kan, Onii-sama."

Sejujurnya, aku tidak yakin ini solusi atau bukan. Tapi.. ini layak untuk di coba.

Informasi ini datang setelah Mercedes selesai mengekstrak informasi dari mayat-mayat yang tersangkut di unit Remi-class. Mengenai cincin milik salah satu komando tertinggi, itu ada benarnya dan secara kebetulan.. dia adalah putra mahkota dari Kerajaan Abzien.

Kami tidak sengaja menjaring ikan yang besar kali ini. tapi.. dengan keadaan yang semakin tidak menentu ini. Kami bisa membuatnya lebih menarik lagi.

"Bagaimana dengan menggunakan itu?" balas ku.

"Itu?"

"Ituu??"

"Ituuu???"

Balasan yang beragam pun terdengar, aku sangat senang jika mereka perhatian seperti ini. Namun...

Entah kenapa mereka jauh lebih bersemangat dari biasanya.

"Tunggu dulu, Karl! Boleh Mama ikut bergabung? Mama sedikit kesepian ketika kalian sibuk!" tiba-tiba kami dikejutkan dengan penyataan Ibu kami.

"Vi-Victoria, kau tahu kan apa yang sedang terjadi. Ini bukanlah masalah yang kecil."

"Aku tahu itu, tapi.. melihat kalian berjuang keras sedikit membuat ku ingin melakukannya juga!"

"Mama..." Chiyuki yang menyadari niat tulus dari Ibu kami sedikit tersentuh.

"Mama juga ingin merasakan bagaimana membunuh musuh dengan kedua tangan ini."

Are?

Heh?

Apa aku salah dengar?

"Mama juga ingin mencoba senjata buatan Karl yang indah itu."

A-Aku salah dengar kan? Seseorang! Tolong katakan jika telinga ku ini bermasalah!

"Bahkan saat melihat Chiyuki yang berjuang keras, Mama juga ingin berkontribusi di keluarga ini. Apa tidak boleh?" kini Ibu kami menatap mata Ayah kami. Tatapan itu dipenuhi dengan air mata yang melarutkan siapa pun.

Walaupun Ayah kami sangat peduli dengan keluarga kecil ini, tapi untuk urusan yang seperti ini ia perlu memantapkan hatinya agar tidak goyah dengan godaan seperti ini.

"Victori, ini perang. Apa kau pernah membunuh sebelumnya?" tanya Ayah kami.

"Belum sih, tapi kalau berburu monster dengan tangan kosong. Aku penah melakukannya."

"Monster apa itu?"

"Um.. jika tidak salah. Monster itu bernama Minotaur?"

"Heh?"

"Heeeeeh??"

"Heeeeeeeeehhhhh??"

"Heh?"

"Heeeeh?"

Kami semua kebingungan dengan penyataan Mama kami.

"Erm, Victoria. Kau tahu kan.. Minotaur adalah monster dengan tubuh berotot besar dan memiliki kulit keras. Bagaimana mungkin kau membunuhnya dengan tangan kosong?"

"J-Jangan keras-keras! Aku sedikit malu tentang itu. Terdengar tidak elegan bukan?"

"Ayolah.. Victoria. Jangan bercanda di saat situasi genting seperti ini."

"Dengan segala hormat, Tuan Charles. Apa yang di katakan oleh Nyonya Victoria adalah kenyataan. Dia pernah membunuh monster Minotaur dengan tangan kosong atau lebih tepatnya membunuh satu kawanan Minotaur yang menyerang tempat desa kelahiranya."

Tepat di samping ku, Mercedes mengucapkan fakta yang mencengangkan ini. Bahkan, beberapa pelayan yang mempersiapkan hidangan penutup pun terkejut dan menjatuhkan peralatan makan.

Ayah kami terdiam ketika mendengar fakta ini.

"J-Jadi ini alasannya kenapa tulang rusuk ku selalu patah saat Mama kalian ngambek?" ucap Ayah kami.

"M-Moooo!! Jangan katakan seperti itu!" Ibu kami pun menampar pipi Ayah kami. Walaupun itu dilapisi dengan suara tawa kecilnya, namun suara patahan tulang terdengar jelas dan Ayah kami terkapar di lantai.

"MEDIIIIICCCC!!!" ucap ku dalam kepanikan ini.

Untuk pertama kalinya, aku mengetahui jika Ibu kami memiliki tenaga kasar yang luar biasa.

[...]