webnovel

Pertemuan Mertua Tak Mengenakkan

Dress pendek selutut berwana putih kali ini telah menghiasi tubuh cantik Bella. Make up tipis nya yang sudah tertata rapi setidaknya terlihat perbedaannya dengan dirinya dalam keseharian.

Semerbak harumnya parfum yang selalu memanjakan setiap orang di dekatnya memang selalu saja tak membuat kecewa. Radit yang sudah bersiap sedari tadi, masih menunggunya di depan kamar.

"Sudah siap?" tanya Radit membangkitkan tubuh saat sadar Bella telah keluar dengan anggun.

"Sudah. Mau berangkat sekarang?"

Pandangan Radit seketika terhenti saat manik matanya menatap Bella secara sempurna. Menyorot dari atas hingga bawah dengan sangat kagum. Melihat aura yang berbeda dari Bella saat ini. Radit masih tak bisa mengedipkan matanya.

Radit sangat tertegun sesaat menyadari kecantikan istrinya yang tak diragukan lagi. Terlihat begitu polos dengan make up tipis ala Bella sendiri. Kulit putih bersih dengan keharuman yang memabukkan Radit. Radit terpana dengan istrinya sedari tadi.

Bella sendiri yang merasa tak enak mendapat tatapan horor suaminya. Merasa asing dengan apa yang dirinya pakai juga jika Radit saja menatapnya beda. Mengamati diri apakah masih ada yang kurang saat ini. Bella mengernyitkan keningnya.

"Kenapa? Bajuku jelek, kah? Hingga kamu memandangku seperti itu?"

"Apa aku harus ganti lagi?"

Radit yang seketika sadar dengan pertanyaan Bella barusan, langsung menggelengkan kepalanya pelan. Mengembalikan kesadarannya dan mengatakan kepada istrinya bahwa semuanya sudah cukup pas.

Semua sudah cukup sempurna pada Bella. Istrinya yang sangat cantik dan bisa mengerti selera dirinya dan lingkungan sekitar. Bisa menyamakan standar mereka dan tidak mempermalukannya. Radit sudah cukup puas.

"Kita pergi sekarang, mari!" ajak Radit langsung menggandeng Bella dalam perjalanan. Menuju mobil mereka di tempat parkir. Tautan yang sedari tadi tak pernah terlepas dari genggaman Bella. Dirinya merasa gugup.

Setiap langkahnya yang berusaha mengimbangi langkah besar Radit. Membawa tas kecil elegan sambil mengikuti arah langkah sang suami. Dirinya belum bisa memulai permbicaraan sepertinya.

Hingga mereka pun mulai masuk pada mobil yang sama. Berangkat menuju tempat tujuan yang sama sekali tak Bella ketahui. Melenggang tanpa adanya perbincangan. Bella tak ingin merusak mood Radit saja.

"Turun, kita sudah sampai."

"Kita makan di sini? Di tempat sebesar ini? Hanya berdua saja?" tanya Bella yang seakan tak percaya dengan hal di depannya.

"Enggak sudah percaya diri, kita makan bersama keluargaku."

Oh ... Bella paham sekarang. Kali ini mereka akan sarapan bersama dengan kedua orang tua Radit. Sarapan di restoran besar dan sangat megah. Beberapa mobil yang sudah terjajar rapi bahkan juga sangat terlihat di pandangan Bella.

Makan bersama dengan keluarga baru, ini adalah hal yang baru menurutnya. Setelah pertemuannya di rumah mertuanya beberapa waktu lalu, hanya untuk berkunjung saja. Tak ada bincang apapun yang lebih serius lagi selain hanya menceritakan tentang Radit saja. Bella sebenarnya sedikit tak enak hati.

Di mana, pikirannya seketika teringat dengan pesan Abel padanya semalam. Mempersiapkan hati dan mental saat kita sama-sama berkumpul di satu tempat yang sama. Merasa khawatir, apa yang sebenarnya terlihat hingga Abel mengatakan itu.

Bella hanya berharap tinggi saat ini.

"Enggak usah gugup gitu, tenang aja. Abel juga ikut, kok kali ini. Jadi kamu tak akan terlalu canggung di sana seperti kemarin."

"Ah, Abel juga ikut kali ini? Okelah ... aku bisa mengkondisikan kegugupanku kalau gitu."

Bella dan Radit pun turun bersama. Mencari keberadaan mereka yang sudah cukup lama sampai di tempat ini menunggu dirinya dan Radit datang.

Menyambut ramah mertuanya dan adik ipar. Abel yang juga sudah tak sabar menunggu Bella hadir ikut makan bersama dengan mereka semua. Bella pun duduk di samping Radit dan di hadapan Abel.

"Yeay! Kak Bella sama Bang Radit udah sampai, nih! Gimana tadi di perjalanan? Macet, kah?"

"Ah, enggak kok Bel. Lancar aja dari tadi. Soalnya masih pagi, jadi masih jarang macetnya," sahut Bella menanggapi.

"Malam tadi gimana, Bel? Radit masih bertahan sama kamu, atau udah kabur milih yang lain?" tanya kembali Mita terdengat sinis.

"Ma,"

Bella sedikit terkejut saat mertuanya menanyakan hal itu kepadanya. Seakan tahu kelakuan jelek Radit yang sama sekali belum Bella pahami.

Ya, meski saat itu Abel memperingatkan mamanya untuk menjaga ucapan juga. Bertanya yang baik saja kepada dirinya agar tak menyinggung perasaannya. Tapi Bella sedikit tahu, sepertinya mamanya tak terlalu menyukainya.

Di satu sisi, Radit hanya diam saja mendengar pertanyaan itu yang bahkan menyangkut pautkan dirinya sendiri. Merasa tindakannya semalam tak ada salahnya sama sekali dan juga sebagai hal yang lumrah. Hingga detik ini, Bella masih mencari jawaban yang tepat.

"Enggak kok, Ma. Radit semalam nemenin aku tidur, kok. Kita sama-sama kelelahan semalam, jadi sampai ke hotel langsung istirahat."

"Yakin? Yang tidur di sebelah kamu semalam itu Radit?"

"Mama apa-apan, sih! Kok tanya nya kayak gitu?" sahut Abel tak terima dengan pertanyaan Mita.

"Loh, Mama kan cuma memastikan, Sayang. Kamu sendiri kan tahu, gimana kelakuan Abang kamu?" tambah Mita mencoba menjelaskan meski sindirannya juga hanya tertuju pada Bella.

Bella sendiri yang merasa tak enak hati melihat Abel mencoba melindunginya dari segala pertanyaan sang mama. Pertanyaan yang terdengar memang hanya sebagai sindiran semata. Mengingat ini adalah pertemuan pertama mereka yang sangat dekat, Bella juga tak ingin memperkeruh suasana.

"Sudah-sudah. Enggak papa, Bel. Mama kan cuma mau tanya ke aku.

Mama enggak perlu khawatir, ya? Radit baik kok selama ini ke aku. Bakal nemenin aku terus."

Percakapan mereka pun berakhir. Anggukan pelan yang Mita berikan kepada Bella memang bertujuan untuk menutup perbincangan singkat mereka.

Lebih baik mengajak makan saja dengan segera, dari pada mendengar perkataan-perkataan yang entah membuat Mita tak suka atau sejenisnya. Tapi dari kejauhan, Bella bisa melihat bahwa mamanya sudah tak berminat berbincang dengannya.

Huft ... sulit memang beradaptasi dengan mereka yang kehidupannya sejak dulu sudah di atas rata-rata. Hidup dengan sejuta kemewahan dan harta yang melimpah. Lingkungan mereka yang pastinya juga sama saja dan tak kelah mewahnya dengan Radit. Ini memang sebuah ujian bagi Bella.

Kadar kesabarannya yang akan diuji di kemudian hari. Kesetiaannya yang juga akan dipertanggung jawabkan saat tahu kebiasaan buruk Radit yang akan kembali menyakiti perasaannya.

Mungkin, memang Bella tak perlu mempedulikan perasaan lagi untuk sekarang. Melakukan kewajibannya saja sebaik mungkin dan kembali fokus pada bisnisnya sendiri yang semakin menaik. Bella tak perlu capek-capek memikirkan permasalahan-permasalahan rumah tangganya.

"Makan yang banyak Kak Bel! Aku ambilin, ya?"

"Iya, ambilin aja, Sayang. Kasihan, Bella pasti belum pernah makan semahal ini di rumahnya.

Ups!" tambah Mita terus terang.

*Bersambung ...