webnovel

Tanpa nama

"Oke, lalu bagaimana menurutmu tentang hal ini? Daniel sampai saat ini membenci aku, dan juga Amira! Dan akhirnya dia bakalan tahu Safira dan juga kamu !" Ucap Ardhi Wijaya, perempuan di seberang sana terdiam.

"Tak masalah, aku lebih mementingkan cucuku! Safira sudah kuat menahan semuanya! Kalau dia ingin mencari keadilan tentang cintanya, ya silahkan !" Jawab Anggia tenang.

"Termasuk, misi kamu untuk mencari ayahnya dan memintanya mengakuinya kan ?" Tanya Ardhi Wijaya, Anggia tertegun, tak menyangka lelaki itu tahu rencananya.

"Anggia, aku rasa ... urungkan niatmu itu! Kasihan Safira, berita ini saja membuatnya kena masalah! Apa lagi kejutan lainnya !" Ujar Ardhi Wijaya, seperti tahu hati Anggia.

"Aku tahu ... siapa ayah Safira! Dia ... bukan orang sembarangan! Kamu tahu ... dia memang pengusaha kaya, tapi juga ... seorang mafia terkenal di Asia !" Ucap Ardhi Wijaya pelan tapi tegas. Anggia terkejut bukan main. Tak lama Ardhi mengungkap rahasia terpendamnya yang selama ini di jaga dan tak seorang lain mengetahuinya kecuali dirinya sendiri.

Seperti di ketahui, keluarga Ardhi Wijaya sudah malang melintang di dunia bisnis, jauh sebelum dirinya mempunyai bisnis sendiri. Dan memang dia mempunyai darah chinesse di dalam dirinya, maka tak heran sebagian keluarganya menyebar ke berbagai negara, yang asalnya dari suatu daerah di Tiongkok atau Cina.

Keluarga besar dari pihak ayahnya sejak dulu memang berbisnis, dari yang biasa sampai yang jauh dari jangkauan dan berbahaya. Bisa disebut, ada keluarganya yang menjadi mafia. Walau mereka tak menyebut seperti itu, tapi seperti sudah menjadi rahasia dan tak boleh di bahas.

Maka ketika dia turun menjadi seorang pebisnis, mau tidak mau peran keluarganya sangat besar, terutama obsesinya menjadi nomor satu di Asia atau Dunia, dan itu membutuhkan 'pertolongan lain' dari mereka. Jadi Ardhi Wijaya pun, sempat di kaitkan dengan label Mafia di tubuhnya, walau itu tak terbukti, orang menjadi heran terutama pesaingnya, kok bisa sebesar itu dalam waktu 5 sampai 10 tahun dan menjadi nomor satu di Indonesia.

Walau sempat terpuruk akibat skandal besarnya, dan akhirnya hanya menjadi pengawas dari bisnisnya saat ini dan di serahkan kepada anak, menantu serta cucunya sekarang. Tapi tanpa di ketahui, Ardhi Wijaya sudah menjelma menjadi seorang klan Mafia Asia, setelah pencapaian yang di lakukan para keturunannya serta, pengambil alih kekuasaan setelah terjadi perebutan orang nomor satu sebagai mafia yang di lakukan ahli waris keluarga ayahnya di luar negeri.

Bisa di sebut, konon ada lima macan Asia yang di juluki untuk para Mafia ini, dengan wilayah dan kekuasaan yang berbeda beda negara, termasuk Indonesia. Keluarga besar ayahnya menjadi yang terluas, walau begitu pekerjaan mereka masih 'positif' dalam artian normal sebagai klan Mafia, sementara 3 lainnya 'negatif'. Mereka banyak melakukan bisnis ilegal.

Beberapa tahun lalu, Ardhi Wijaya mengumpulkan semuanya dan kebetulan ada acara khusus. Di sana dia mengungkapkan semua rahasianya itu, dan tentu saja mereka terkejut, kecuali Amira. Amira dulu dekat dengan omanya ketika masih hidup dan kemudian mengungkap sejarah keluarga kakeknya. Bisa di bilang Amira sudah mengetahuinya dahulu, bahkan entah kebetulan atau tidak ketika menjalankan bisnisnya waktu lalu, oma seperti memperkenalkan dirinya di keluarga besar kakeknya. Rupanya hubungan baik itu bisa menguatkan serta sedikit memudahkan dan juga belajar banyak dari mereka tentang bisnis. Dan ketika dirinya sukses, omanya sangat senang.

"Amira, oma senang akhirnya kamu bisa! Walau tidak seperti ayahmu, tapi oma yakin kamu bisa lebih baik darinya! Ya, bisa jadi suatu hari kamu lebih sukse lagi !" Ucap omanya bangga.

"Sangat jarang loh, perempuan sampai di posisi puncak seperti ini !" Amira hanya bisa memeluk erat dan menciumnya. Sayang tak lama skandal besar ayahnya dan dirinya datang di tambah oma pun meninggal membuat hati Amira sedih, beruntung masih ada suaminya yang mendampinginya.

"Lalu, kenapa papa memberitahu tentang hal ini ?" Tanya Amira. Ardhi Wijaya tersenyum.

"Karena ini sangat penting! Mau tidak mau kalian semua punya darah klan mafia! Termasuk papa, apa lagi sekarang ... papa di tunjuk menjadi pimpinan klan yang baru dari garis keturunan kakek atau opa kalian !" Ucapnya dan semua tertegun.

"Klan mafia Asia, berbeda dengan klan mafia Italia misalkan! Walau sama-sama berorientasi keluarga! Tapi klan mafia kita bisa disebut sudah turun temurun! Di mulai setelah revolusi di Tiongkok di masa lalu! Kedekatan keluarga dalam berbagai hal di turunkan ke anak cucu kami semua! Kita bukan klan mafia negatit yang berbisnis ilegal !" Jelas Ardhi Wijaya semua terdiam.

"Memang ada di antara kami yang seperti itu! Tapi itu bukan klan kami, mereka tak dilarang hanya di awasi dan diperingatkan agar tidak membawa klan keluarga bila suatu hari terjadi hal tidak di inginkan! Bila itu terjadi maka ... akan di coret dari daftar keluarga !" Lanjutnya.

"Akibat dari itu sangat besar, bila terjadi masalah! Itu menjadi tanggung jawab pribadi, di jauhi dan dibiarkan terlunta sampai miskin! Dan itu sudah ada dan terjadi !" Semua terdiam.

"Untuk itulah, papa, kakek! Memberi nasehat kepada kalian sekarang ini! Karena kita bukan lagi seperti dulu, sekarang sudah berubah! Bila terjadi kesalahan, maka yang menanggung anak dan keturunannya !" Ardhi Wijaya menatap semuanya.

"Papa, sebenarnya menolak ketika di tunjuk menjadi ketua klan! Walau bagaimana pun papa, kakek bukan orang sempurna! Masih banyak kekurangan dan kesalahan di perbuat! Tapi harus di akui, papa adalah yang tertua di antara yang lainnya! Yang di didominasi kaum muda seumuran mama dan papa kalian atau Amira contohnya! Tapi mereka yang tetua sepakat dan ... papa tak bisa menolak! Sebagai ketua klan, hanya mengawasi dan menjaga klan kita tetap ada dan utuh! Hanya itu !" Ujar Ardhi Wijaya.

---------------

Sebagai ketua atau pimpinan mafia keluarganya, mau tidak mau Ardhi Wijaya mempunyai kekuasaan tak terbatas, bukan hanya di Indonesia tapi di luar negeri, terutama Asia. Setelah di tunjuk, Ardhi Wijaya terkejut ternyata seperti ini klan keluarga ayahnya. Apa pun informasi mudah di dapat, dia pun harus mengenal rival sesama klan mafia, baik yang positif atau negatif. Di tambah harus tahu kekuasaan atau pejabat tinggi di negara dimana wilayahnya di kuasai. Bila terjadi sesuatu akan mudah di tangani.

Setelah pulih dari kerterpurukan, harus di akui Ardhi Wijaya masih menyimpan asa kepada Anggia, walau dia sudah kembali jatuh cinta kepada istrinya, tapi nama Anggia tak akan hilang begitu saja. Marina pun tahu, tapi dia bisa menerima itu.

Apa yang dilakukan Ardhi Wijaya mencari tahu keberadaan Anggia, akhirnya dia tahu semuanya. Termasuk simpanan sperma dirinya dan tentu saja pertukaran akibat ulah Aria Permana. Sayang karena terburu-buru ada sperma lainnya yang tercampur baur. Salah satunya salah seorang klan mafia Asia yang di segani di tambah bisnisnya ilegal, bahkan menjadi target agen intelejen dunia, karena kiprahnya yang sudah menjakau Eropa dan Amerika. Sebagai pemasok ganja terbesar dunia.

Semua itu ulah dari pesuruh Aria Permana yang lalai dan memecahkan tabung sperma. Jadi sebenarnya ada tiga darah tercampur di sana, walau bagian Aria lebih kecil di banding Ardhi Wijaya dan lainnya.

Makanya ketika bertemu dengan Safira waktu lalu, wajahnya masih ada bagian dirinya di gadis itu. Ardhi Wijaya tertegun, dia ingin memeriksa gen asal dari putri Anggia itu dan dia berhasil mendapatkannya, hasilnya sesuai dugaan. Hanya ada dua darah keturunan ayah dalam tubuhnya.

"Itu bohong, kan mas ?" Tanya Anggia tak percaya.

"Aku sudah memeriksa gen dari Safira, Anggia dan itu tak terbantahkan! Hanya ada aku ... dan dia! Aria Permana tidak ada dalam dirinya !" Jawab Ardhi Wijaya.

"Kamu sudah tahu bukan? Safira sekarang di Singapura dan berkarier model disana? Karena tahu ayahnya ada di sana !" Lanjutnya, Anggia terdiam.

"Dia sangat berbahaya Anggia, dia dicari agen intelejen dunia! Karena kiprahnya di dunia hitam! Bukan hanya narkoba tapi perjudian dan pelacuran! Di tambah dia tak segan membunuh lawan bisnisnya !" Ujar Ardhi Wijaya mempetingatkan wanita yang memang masih di cintainya itu.

"Dari mana kamu dapat informasi itu ?" Tanya Anggia penasaran. Ardhi Wijaya menghela nafas.

"Karena aku sekarang ... ketua klan mafia keluargaku !" Ucapnya, Anggia tertegun.

"Kalau dia memang putriku, aku akan menerimanya Anggia! Aku tahu semuanya, aku pun begitu !" Ujarnya, Anggia merasakan desiran aneh yang sudah lama tak di rasakannya.

"Be .. benarkah? Lalu bagaimana istri dan keluargamu ?" Tanya Anggia, dia menyadari siapa dirinya.

"Kamu lihat sendiri kan? Mereka menerima Safira dengan baik ?" Ujar Ardhi Wijaya. Anggia menghela nafas lega.

"Baiklah, tolong jaga dia mas !" Ucapnya pelan, ada rasa sedih di hatinya.

"Tentu saja Anggia !" Jawabnya lembut.

"Terima kasih !"

--------------

Dewa, baru saja bangun dari tidur lelapnya. Setelah semalam ikut berpesta atas suksesnya acara pagelaran busana dari salah satu divisinya. Tentu saja itu membuatnya lega dan senang luar biasa. Dia bangun dan duduk kemudian pertama-tama mengambil ponselnya dan melihat pesan yang masuk. Dewa sudah memposting semua kegiatannya di Singapura termasuk pagelaran semalam di halaman media sosialnya.

Tidak banyak, hanya di beranda teman dan keluarga besar Palm group. Banyak ucapan selamat yang di tujukan kepadanya, sampai dia melihat pesan dari adiknya Sheilla, dab dia tertegun. Kemudian meletakan ponselnya menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah itu menatap dirinya di kaca dan menghela nafas. Lalu keluar dan menelpon dari kamarnya.

"Hallo, lo sudah bangun ?" Tanyanya.

"Baru aja, emang kenapa? Pagi-pagi sudah nelpon ?" Seorang perempuan menjawab sambil terdengar suara menguap dari sana.

"Safira, gue akan mengirim sesuatu ke ponsel lo !" Ujar Dewa.

"Apa itu ?" Tanyanya, tapi Dewa tidak menjawab dan terdengar suara ting dari ponselnya, sementara Safira pun mengambil ponselnya, dia melihat banyak pesan masuk. Tapi matanya tertuju ke sebuah video yang baru saja di kirim Dewa. Dengan pelan dan agak ragu dia pun memutarnya, matanya tertegun dan menghela nafas.

"Lo sudah lihat? Kata Sheilla, video itu dari temannya dan sedang viral !" Ujar Dewa.

"Oh ... gitu! Terima kasih !" Ucap Safira datar.

"Lo, engga apa-apa ?" Tanya Dewa khawatir dengan nada bicara.

"Ya, gue baik-baik saja! Justru gue malah senang tuh, kalau viral !" Jawabnya dengan tawa getir. Dewa terdiam.

"Oke, lo mau sarapan di mana? Kalau di kamar biar gue pesenin sekalian !" Ujar Dewa mengalihkan perhatian.

"Gue rasa di kamar aja deh! Pengen istirahat !" Jawab Safira.

"Oke, kalau gitu! Nanti gue pesenin sarapan buat lo !" Ujar Dewa dan menutup telpon, Safira hanya mengiyakan, setelah itu dia memutar kembali video itu beberapa kali.

"Safira ... Safira ...! Betapa polosnya lo tuh !" Ucapnya sambil menggeleng kepalamya dan kemudian melempar ponselnya begitu saja.

"Lo, harusnya tahu ...bila seorang cowok sudah menjauh dan tak ada kabar ... itu artinya say good bye! Ha ... ha ...ha ...!" Setelah itu dia pun terdiam.

"Apa ... gue salah ya? Dia kan sudah berjanji ..."

"Ah ... sial !" Tanpa sadar air mata meleleh. Tiba-tiba ponselnya berdering, awalnya tidak perduli, tapi di ambilnya juga dan di buka, dia pun tertegun.

"Hallo ... mam !"

"Safira, kamu baik-baik saja kan ?" Ucap Anggia lembut.

"Yeah, aku baik-baik saja !" Ucapnya pelan sambil membaringkan tubuhnya di kasur dan mengusap air mata. Anggia menghela nafas. Dia sudah membuka ponsel dan melihat kesuksesan pagelaran serta debut Safira menjadi model kembali setelah vakum. Anggia harus mengakui, keluarga Ardhi Wijaya mempunyai pengaruh.

"Lupakan lelaki itu, dan ... rencana kita Safira !" Ucapnya kemudian, Safira tertegun.

"Emang kenapa ?" Tanya gadis itu.

"Ayah kandungmu, bukan orang sembarangan ternyata !" Jawab Anggia menghela nafas.

"Oh ya? Siapa ?" Tanya Safira kembali. Anggia pun menjelaskan semuanya, Safira terkejut.

"Serius mam ?" Ujarnya sambil bangun dan duduk.

"Tentu saja, mama dapat infonya dari papamu !" Jawab Anggia pelan, Safira tertegun.

"Maksud ... mama, om Ardhi ?" Tanya Safira ragu.

"Iya, benar ..." jawab Anggia, "Safira, mulai sekarang jalani hidupmu dengan baik! Jangan pikirkan apa pun, sampai kamu sukses! Tentang putramu biar mama yang urus! Kalau rindu juga mama akan ke Indonesia nanti !" Ucap Anggia lagi.

"Oke, mam ... aku mengerti !" Jawab Safira, menghela nafas.

"Soal ... Andrian! Biar papamu yang mengurusnya !" Ucap Anggia.

"Tidak, mam! Ini urusanku !" Jawab Safira.

"Kamu mau apa lagi? Safira ...! Jelas-jelas yang dinginkan dia hanya kesenangan dari dirimu! Setelah itu di campakan !" Ujar Anggia, Safira terdiam.

"Aku tahu, mam! Tapi tetap itu urusan kami berdua !" Jawab Safira kemudian.

"Baik, terserah kamu! Tapi jangan lupa, papa Daniel ... Safira! Aku tahu banyak tentang dia, dan lelaki itu tak akan diam saja! Apa lagi kamu sudah menjadi bagian dari Ardhi Wijaya! Kamu harus punya sesuatu bila ingin melawan keluarga Atmaja, di tambah calon istrinya juga bukan sembarangan! Selain itu ... mereka tahu latar belakang masa lalu mama yang buruk di masa lalu !" Ujar Anggia, mau tidak mau harus mengatakan itu. Safira tahu itu.

"Tentu saja mam, aku tahu! Jangan khawatir Safira tidak akan bertindak gegabah !" Jawab Safira kini sudah tenang.

"Syukurlah! Maafkan ... mama, ya sayang! Mama melakukan itu, sebenarnya untuk menjagamu! Mama tahu kok, orang akan lupa kebaikan, tapi masa lalu selalu di ingat !" Ucapnya Anggia.

"Tidak, apa-apa mam! Safira mengerti !" Ujarnya tersenyum. Akhirnya Anggia mengakhiri telponnya, sementara Safira sudah kembali bersemangat.

"Oke, Andrian ... tunggu saja, pembalasanku !" Ucapnya, sambil menatap ke jendela luar hotel.

Bersambung ....