webnovel

Ch. 9 : Akhir dari Arc 1

[ Ding! ]

[ Ding!! ]

[ Ding!!! ]

Rudeus terbangun dari tidurnya, dia mendapati dirinya berada di kamarnya dan sedang berbari di kasurnya yang nyaman. Dia duduk lalu memegang kepalanya yang terasa sakit serta pusing.

Dia belum pernah sekalipun pingsan kehabisan Energi, ini adalah pengalaman pertamanya di dalam hidupnya. Rasanya aneh dan menyakitkan, dia berpikir bahwa tindakannya kemarin benar-benar ceroboh.

Dia memakasakan tubuhnya sampai batas maksimalnya bergerak, sehingga menyebabkan tubuhnya kelelahan. Belum lagi, semua Energinya habis yang membuatnya langsung pingsan setelah mengeluarkan semua Energi di dalam tubuhnya.

Tapi.. ada apa System membangunkannya?

[ Ding! Pagi ini Roxy akan pergi meninggalkan Desa ini! ]

"Sekarang?!"

[ Ding! Betul! Saat ini Roxy sudah mulai berj- ]

Tanpa mendengar lanjutan perkataan System, Rudeus sudah terlebih dahulu bergerak menuju jendela dan dia langsung melompat keluar kamarnya.

Tubuhnya mendarat sempurna di tanah, dia melihat Ayahnya dan Ibunya yang sedang melihat kepergian Roxy. Dia mempercepat lajunya menggunakan Chakra dan Reiatsu.

"Sensei!!!" Rudeus berteriak sekencang-kencangnya memanggil Roxy.

Kaki Rudeus tersandung batu kecil, yang membuatnya terjatuh dan merasakan tubuhnya menjadi sangat lemas. Hal itu wajar mengingat dia baru saja bangun tadi dan langsung berlari, terlebih lagi dia menggunakan Chakra dan Reiatsu.

"Rudy!"

Melihat Rudeus yang tergeletak di tanah, Roxy dan Zenith langsung cepat-cepat berlari menuju Rudeus untuk menyembuhkannya.

"Tidak apa-apa, Ibunda. Aku hanya merasa lemas saja karena tubuhku belum siap untuk bergerak secepat tadi." Benar. Dia lagi-lagi ceroboh, tapi kecerobohannya kali ini tidak seperti kemarin.

Kemudian, Rudeus berdiri lagi dan menguatkan tubuhnya menggunakan Chakra, dia menenangkan Energi Reiatsu di dalam tubuhnya sehingga tubuhnya bisa bekerja secara normal kembali.

"Sensei, kamu sudah mau pergi..?" Tanya Rudeus.

"Ya. Karena kamu masih tidur akibat menggunakan Sihirmu kemarin, makanya aku tidak berpamitan dan langsung pergi." Jelas Roxy.

"Ah, begitu. Ngomong-ngomong, apa aku lulus dalam ujian kelulusan kemarin?"

"Kamu sudah lebih dari cukup untuk menjadi Penyihir kelas Raja. Aku benar-benar kagum padamu, Rudy."

"Tidak. Itu semua berkat kamu, Sensei. Tanpa kamu, mungkin sekarang aku belum bisa sekuat sekarang. Oh iya, aku ingin memberikan sesuatu padamu... Ini." Rudeus mengambil sebuah kalung biru indah dari saku celananya dan menunjukkannya kepada Roxy.

"Ini.."

"Kalung ini bisa melindungimu, Sensei! Aku mencoba bereksperimen menggunakan beberapa barang dan ternyata berhasil. Jadi aku membuatkan ini khusus untukmu, Sensei. Mohon diterima." Kata Rudeus.

"Kamu benar-benar... Hahhh. Harga diriku sebagai Guru sekarang sudah hancur, tapi terima kasih, Rudy." Roxy mengambil kalung dari Rudeus dengan senyuman kecil yang indah.

Sementara itu, reaksi Paul dan Zenith hanya tersenyum melihat interaksi Guru dan Murid di depan mereka yang sudah sangat dekat, mungkin hubungan mereka sudah bisa lebih dari Guru dan Murid.

"Ada satu hal yang ingin kukatan padamu, Sensei."

"Hmm? Apa itu..?" Roxy sedikit penasaran.

Rudeus menghirup nafas dalam-dalam dan dia menyiapkan mental serta tekad untuk mengatakan ini. "Aku... Aku mencintaimu, Sensei!!"

"Eh?"

Semua orang yang mendengarnya terkejut saat mendengar pernyataan cinta Rudeus terhadap Roxy, tapi Paul dan Zenith segera menenangkan diri dan tersenyum kecil melihat Rudeus saat ini.

Rudeus benar-benar dimabuk cinta saat ini, dia jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Aku tahu aku masih kecil, makanya... 10 tahun! Tunggu aku 10 tahun! Aku akan semakin kuat, semakin pintar dan semakin tampan. Aku akan melindungimu dari Penjahat-Penjahat di luar sana layaknya Pangeran berkuda sama seperti yang kamu inginkan, Sensei! Tunggu aku. Aku akan menjadi Pria tampan yang selalu berdiri di sisimu."

Roxy tersenyum kecil mendengar pengakuan Rudeus kepadanya. Tentu saja dia senang dan merasa sangat dicintai oleh Rudeus, ini membuatnya sangat-sangat bahagia.

"Aku akan menunggumu. Aku akan selalu menunggu sampai saat itu tiba. Jangan berpaling dariku ya, Rudy."

Rudeus terdiam saat melihat senyum indah yang terbentuk di wajah Roxy, dia merasa dirinya melayang ke langit ketujuh saat ini. Lalu dari hidungnya keluar darah dan setelah itu dia merasa kepalanya pusing.

"Apa kamu tidak apa-apa?" Roxy menjadi khwatir ketika melihat darah keluar dari hidung Rudeus.

Rudeus menggelengkan kepalanya sambil berkata. "Tidak, aku tidak apa-apa. Ini hanya rangsangan seorang Pria. Itulah yang pernah Ayahanda katakan padaku."

"Ah, begitu. Syukurlah... Kalau begitu, aku akan berangkat. Sebelum itu, terimalah ini." Roxy melepaskan kalung dari lehernya dan memasangnya di leher Rudeus.

"Apa ini?"

"Jimat Pelindung dari kampung halamanku. Tolong jaga baik-baik."

"Terima kasih, Sensei!"

"Aku pamit."

Setelah itu, Roxy mulai pergi meninggalkan keluarga Greyrat. Dia terus berjalan dan membayangkan apa yang terjadi dimasa depan.

Sedangkan Rudeus, dia terus memandang kepergian Roxy dan pada saat itu juga, hatinya terasa kosong dan tak berisi. Padahal dia sudah merelakan kepergiannya.

'Bersabarlah diriku. Dimasa depan, kita akan bertemu lagi sebagai dua sejoli. Lalu kita akan menikah dan memilki anak. Ya, itu masa depan yang indah. Semoga saja, takdir buruk tidak menghalangi langkahku.'

Rudeus tersenyum lebar untuk pertama kalinya. Meski hatinya terasa kosong dan tak berisi, pada saat yang sama dia juga merasa lega karena telah merelakan sepenuhnya kepergian Roxy.

'Terima kasih, Roxy.'

[Akhir dari Arc 1 - Awalan]