webnovel

Ch. 8 : Ujian Kelulusan

"Selamat ulang tahun, Rudeus!"

Hari ini, Rudeus menginjak usia 5 tahun dan ulang tahunnya di rayakan oleh Keluarganya. Bagaimana dia tidak bersyukur, dia sangat bahagia di sini.

Dalam beberapa tahun terakhir, dirinya mengalami peningkatan yang menakjubkan. Baik itu Sihir, Chakra dan Reiatsu nya meningkat pesat, jangan lupakan soal kemampuan berpedangnya juga yang saat ini semakin terasah.

Kekuatannya sudah melebihi siapapun di Desa ini. Apalagi, dirinya menerima kekuatan dari Bunshinnya (Lelouch) yang membuatnya semakin kuat dan sangat kuat hingga menimbulkan kekuatan baru di dalam tubuhnya.

Rudeus memilih untuk menyegel kekuatannya, dia tidak ingin kekuatannya ini membuatnya lupa diri dan menyebabkan kekacauan bagi orang-orang disekitarnya. Yang dia inginkan hanyalah kedamaian, sudah itu saja.

Setelah menerima ingatan dari Bunshinnya, dia menjadi tahu beberapa informasi yang tidak diberitahu Roxy maupun Keluarganya. Yaitu soal "7 Kekuatan Dunia", masing-masing memiliki cirinya sendiri.

Pertama adalah "Dewa Teknik". Rudeus kurang mengetahui identitasnya serta kekuatannya, tapi banyak orang yang mengatakan bahwa "Dewa Teknik" sudah hidup lebih dari ribuan tahun.

Kedua adalah "Dewa Naga". Keberadaannya kurang jelas, tapi dia dirumorkan memilki kekuatan yang sangat dahsyat, bahkan mungkin mampu menghancurkan lawan-lawannya yang tangguh dengan mudah.

Ketiga adalah "Dewa Perang". Sesuai namanya, dia hidup hanya untuk berperang dan bertarung sampai mati. Itulah yang dikatakan dan ketahui olehnya.

Keempat adalah "Dewa Iblis". Orang ini adalah musuh umat manusia, tapi untungnya "Dewa Iblis" telah di segel oleh Tiga Pahlawan Legendaris dan mungkin akan keluar dalam puluhan tahun lagi.

Kelima adalah "Dewa Kematian". Asal usulnya tidak ketahui, tapi orang ini bisa membunuh dengan cepat lawannya. Dia hebat dalam hal berpedang dan kecepatan tangan, yang membuatnya dengan mudah membunuh lawannya.

Keenam adalah "Dewa Pedang". Dia adalah orang yang sangat ahli dalam berpedang, tingkatan berpedangnya mungkin melebihi siapapun di dunia ini. Dan karena kemampuannya itu, dirinya bisa menduduki "7 Kekuatan Dunia"..

Ketujuh adalah "Dewa Utara". Memiliki kemampuan berpedang tingkat tinggi. Dia juga sering disebut "Kalman III" karena gelar "Dewa Utara" di wariskan kepadanya oleh Ayahnya.

Lalu Tiga Pahlawan... Tidak banyak yang diketahui olehnya, karena Bunshinnya hanya bertugas untuk berlatih dan meningkatkan kekuatan setiap harinya. Informasi-informasi itu secara tidak sengaja terdengar saja oleh Bunshinnya, jadi kurang jelas.

Meskipun begitu, informasi tersebut sangat berguna di masa depan. Sekarang Rudeus tahu siapa yang terkuat di dunia ini, dan langkahnya selanjutnya adalah untuk menjaga jarak dengan Ketujuh orang itu.

Dia tidak ingin kehidupan damainya hancur, dia sebisa mungkin menjaga jarak dengan orang-orang penting di dunia ini. Jika tidak bisa atau dia terlibat ke dalam masalah yang memiliki kaitan dengan mereka, maka mau tak mau dirinya harus berlatih mati-matian.

---

Pesta ulang tahun begitu meriah. Paul menunjukkan keahliannya, dia menghibur semua orang layaknya Badut di pesta ulang tahun.

Namun... Semua orang menghentikan kegiatan mereka dan memandang tak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini.. Rudeus tengah menangis tetapi tangan dan mulutnya terus bergerak memakan makanannya.

"R-Rudy, kamu kenapa..? Apa makanannya tidak enak?" Zenith merasa sangat khwatir saat ini melihat Rudeus yang menangis.

"Tidak." Rudeus menggelengkan kepalanya, dia membuat senyum tulus yang penuh dengan rasa syukur. "Aku senang bisa lahir di Keluarga ini. Aku memilih Ayah yang bodoh dan selalu menghiburku, memiliki Ibu penuh kasih sayang, memiliki Pembantu yang perhatian, dan Guru yang selalu mengajarkanku dengan tulus." Kata Rudeus.

Semua orang terharu mendengar kata-kata Rudeus, tapi mereka masih tidak percaya kalau Rudeus menangis saat ini. Rudeus yang serba bisa, Rudeus yang mandiri, Rudeus yang tak kenal takut... Saat ini menangis merasakan momen kebersamaan di hari ulang tahunnya.

"Aku tidak tahu harus berkata apa lagi... Tapi, terima kasih... Terima kasih karena telah menerimaku dengan baik, walaupun aku tidak normal dan tidak seperti anak kecil pada umumnya, tapi kalian... Kalian menerimaku."

Zenith segera memeluk Rudeus, dia juga menangis dan pelukannya semakin erat. "Tentu saja kami menerimamu di sini, karena bagaimanapun kamu adalah anak kami, Rudy. Jadi.. jadilah anak yang baik, oke?"

Rudeus mengangguk mengerti. Dia berpikir bahwa hidup kembali bukanlah sesuatu yang buruk, meski kehidupannya ini hanya sebagai hiburan bagi Dewa. Dia tidak apa-apa, karena di sini... Dia memiliki segalanya yang dia tidak miliki di kehidupan lamanya.

---

Di tempat lain, seorang Kakek tua menangis dan menghabiskan banyak tisu ketika menonton televisi di depannya, yang memperlihatkan Rudeus saat ini.

"Hiks! Hiks! Aaakkk!!! Kenapa kau malah menambah adegan sad di sini, manusia?!! Padahal seharusnya kau terus menjadi pelawak di sana! Wuaahhh!!"

Dewa membersihkan air mata serta ingus di wajahnya menggunakan puluhan tisu di tangannya. Dia benar-benar sedih saat ini, melihat seorang Manusia yang ingin berubah.

Biasanya, ketika seorang Manusia berenkarnasi di dunia lain, Manusia itu akan memiliki keinginan untuk menjadi Yang Terkuat atau bahkan keinginan lainnya. Yang artinya, Manusia itu masih sama dan tidak akan pernah berubah.

Namun berbeda dengan yang lain, Rudeus.. saat ini, memiliki keinginan untuk berubah. Keinginan kuat untuk berubah dan menjaga kedamaian di keluarganya. Melihatnya, membuat Dewa menangis terus-menerus tanpa henti.

"Hiks! Hiks! Tapi sayang... Walaupun kau memiliki keinginan untuk menjaga kedamaian keluargamu, pada akhirnya takdir buruk akan terus menimpamu. Kau harus tetap semangat, Nak! Hiks.. Hiks!"

"Kedamaian tidak akan merubahmu, kau harus merasakan pahitnya kehidupan seperti di kehidupanmu sebelumnya. Kau akan tahu... Tahu bagaimana caranya bertahan hidup dengan benar di sana.. Sebenar lagi."

"Tapi... Aaakkk!!! Aku tidak tega, SIALAN!! Aku harus memberinya sesuatu... Tapi nanti saja, deh. Aku ingin melihat bagaimana dia bertahan di sana. Jika waktunya tiba, aku akan memberinya dukungan yang kuat untuk melawan Hitogami."

"Ah, benar. Hitogami sialan, dia pasti ingin mengacaukan kehidupan Rudeus. Aku akan membiarkannya berbuat seenaknya saat ini, tapi jika dia terlalu berlebihan, aku akan turun tangan sendiri. Hiks.. Hiks.. Hiks.."

Dewa membersihkan air matanya, dia mengingat seseorang yang dulu pernah datang ke sini dan bermain bersamanya sebentar sebelum mati.

"Jadi... Ini Desire to Change (Keinginan untuk berubah).. Sangat hebat. Aku harap tekadnya terus berkembang melebihi Rudeus asli."

---

Pesta selesai, Paul memberikan hadiah ulang tahun kepada Rudeus yaitu sebuah Pedang besi yang besar dan berat.

Tapi, meski pedang tersebut sangat berat dan besar bagi seorang anak kecil, Rudeus dapat mengangkatnya dengan mudah tanpa ada tanda-tanda kesulitan. Dirinya mengucapkan kata terima kasih kepada Paul.

Yah, walaupun dia bisa menciptakan Pedang dan memiliki Zanpakuto, dia akan menyimpan Pedang ini sebagai kenang-kenangannya. Bagaimanapun juga, Paul memberikan Pedang ini kepadanya dan dia harus menjaganya dengan baik, bukan?

"Ya, sebagai Pria, kamu harus memiliki Jiwa Pedang yang tangguh sepertiku. Kamu itu berbakat, jadi asah terus bakatmu dan kembangkan berbagai jenis teknik yang kau buat sendiri." Paul menepuk-nepuk kepala Rudeus sambil tersenyum.

"Terima kasih, Ayahanda." Kemudian, Rudeus menarik Pedang dari sarungnya, dia menebas udara di depannya beberapa kali sambil bergaya keren layaknya Pahlawan di dalam buku Komik.

"Apakah wajar seorang anak berusia 5 tahun dapat mengangkat Pedang besar dan berat?" Tanya Zenith saat melihat aksi Rudeus.

"Tentu saja tidak, Nyonya. Tuan Muda adalah individu yang luar biasa kuat. Berkat latihan dari Tuan Paul, kekuatan Tuan Muda semakin berkembang." Lilia membalas pertanyaan Zenith dengan nada sedikit kagum.

"Benar juga, ya." Zenith tertawa kecil.

Yang memberikan hadiah selanjutnya adalah Zenith, dia memberikan sebuah buku pelajaran untuk Rudeus, karena akhir-akhir ini Rudeus sering membaca buku di rumah ini dan buku milik Roxy.

Rudeus menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih, Ibunda." Kata Rudeus dengan nada ceria.

Zenith langsung memeluk Rudeus karena keimutannya, dia benar-benar menyayangi anak ini dengan segala ketidaknormalan yang dimilikinya. Rudeus membalas pelukan Ibunya, dia sangat menyukai perasaan hangat ini.

Setelah Zenith adalah Roxy, dia memberikan sebuah Tongkat Sihir dengan batu merah yang indah.

"Ini.."

"Ini adalah Tongkat Sihir, kegunaannya adalah untuk melipatgandakan daya serang atau Sihir kita. Sebetulnya, seorang Guru harus memberikan ini ketika Muridnya sudah bisa menggunakan Sihir tingkat Dasar. Tapi dengan bakatmu itu, kamu bahkan dapat melebihiku dengan mudah."

"Tidak. Anda salah, Sensei. Tanpa Anda, mungkin saat ini perkembangan saya tidak secepat ini. Berkat pelajaran yang anda berikan, saya semakin kuat dan paham tentang Sihir. Saya sangat berterima kasih."

Rudeus membungkuk hormat ke arah Roxy dengan mata tertutup, menandan bahwa saat ini dirinya benar-benar tulus dalam mengucapkan kata terima kasihnya.

Roxy tersenyum kecil dan menepuk kepala Rudeus. "Semua itu juga karena bakatmu, Rudy. Aku hanya mendukungnya." Kata Roxy.

"Walaupun begitu, anda tetaplah Guru saya. Saya sangat menghormati, Sensei!"

Roxy terus tersenyum sebelum menghela nafas singkat dan berkata. "Dengan begini, tidak ada yang bisa kuajarkan lagi padamu. Semuanya sudah kuajarkan padamu."

"Jadi..."

"Ya. Besok kita akan melakukan Ujian kelulusan."

Seketika hati Rudeus terasa hampa, dia lupa bahwa besok adalah hari dimana dia lulus dan itu juga menandakan bahwa Roxy tidak akan tinggal di sini lagi. Ini jelas membuatnya sedikit kecewa, kesal dan juga... Dia tidak tahu harus mengekspresikan wajahnya saat ini.

"A-Ah, begitu... Se-Tidak. Maksudku, sayang sekali, ya... Sensei sebentar lagi akan meninggalkan rumah ini."

Semua orang menyadarinya, semua orang melihat ekspresi aneh di wajah Rudeus.

[ Ding! Tahan, Tuan! Energi Spiritual anda akan meluap-luap jika anda tidak bisa menahan Emosi anda! Kekuatan Hollow anda juga akan menguasai anda! Harap tahan! ]

Rudeus segera menutup matanya, menghirup nafas dalam-dalam lalu menghembuskan keluar sambil terus mengendalikan Energi Hollow di dalam dirinya yang saat ini sedang mengamuk ingin mengendalikan tubuhnya.

"Kalau begitu, aku akan menunjukkan semua kemampuanku kepadamu, Sensei!" Rudeus kembali tersenyum ceria saat menatap Roxy.

---

Rudeus berlatih Reiatsu di malam harinya, dia juga menyuruh Bunshinnya untuk berlatih Chakra dan Sihir di luar sehingga tidak memenuhi ruangan ini.

Dia menghentikan latihannya sebelum mendesah kesal dan mengacak-acak rambutnya dengan perasaan tidak bisa dijelaskan. Kemudian dia berbaring di kasur dan menatap langit-langit kamarnya.

"Jadi seperti ini perasaan ditinggalkan seseorang yang kau cintai. Ughh.. Sialan, perasaan ini sangat membuatku tidak nyaman dan tidak bisa dijelaskan. Apa mungkin perasaan ini yang Seniorku rasakan ketika mendengar Istrinya meninggal? Arrgghh!!"

Sebelum Rudeus bisa menjadi Pemimpin Anti-Perang, dirinya hanyalah Anak kecil dibawah bimbingan Seniornya yang memiliki keterampilan luar biasa. Jelas sebagai anak kecil, dia kagum terhadap keterampilan Seniornya itu.

Namun.. Seniornya menjadi lemah dan tidak bersemangat saat mendengar kabar bahwa Istrinya meninggal. Dia saat itu menjadi kecewa dan membenci Seniornya yang dulu dia puja, sekarang menjadi sosok lemah tidak punya semangat juang.

Dan sekarang, akhirnya dia bisa mengerti mengapa Seniornya sampai segitunya saat mendengar kabar Istrinya meninggal. Seseorang yang kau cintai pergi meninggalkanmu.. selama-lamanya. Sudah jelas sangat menyakitkan.

Dan sekarang Rudeus merasakannya sendiri, dia akan ditinggal oleh Guru Tercintanya. Meski berat, dia tidak bisa memaksakan kehendaknya dan hanya bisa membiarkan Roxy pergi.

Namun, hal itu menimbulkan rasa kekhawatiran dan rasa ingin melindungi Roxy dari kejauhan. Dia tidak bisa membiarkan Roxy pergi begitu saja tanpa perlindungan darinya, makanya dia...

"<Kalung Roh>" Setelah mengucapkan itu, sebuah kalung biru indah muncul ditangan Rudeus.

"Aku tidak ingin membuang Koinku begitu saja... Apa benar ini bisa melindungi Roxy?"

[ Ding! Jangan meragukan kalung tersebut, Tuan! 44.000 Koin yang anda keluarkan untuk membayar kalung itu tidak akan sia-sia, karena kalung tersebut dapat melindungi Roxy dari bahaya! Bukan hanya itu saja, jika Perlindungan untuk Roxy telah hancur, maka secara otomatis kalung tersebut memberi sinyal kepada anda dan anda bisa kapan saja berteleportasi ke tempat Roxy! ]

"Semuanya demi Roxy-ku. Ughh, sialan. Aku nampaknya sedang dimabuk cinta saat ini. Tapi... Yah, ini pertama kalinya bagiku jatuh cinta pada seorang gadis, terlebih lagi gadis yang kucintai adalah Guruku. Huft... Apakah percintaan di dunia ini di larang oleh suatu Agama? Siapa peduli tentang itu, jika mereka berani berurusan denganku, maka mereka harus siap dengan apa yang kulakukan nantinya."

---

Paul dan Zenith sedang di luar untuk melihat kepergian Rudeus, yang akan menjalani ujian kelulusannya dibawah pengawasan Roxy. Sebagai orang tua, ada perasaan bangga melihat pertumbuhan anak mereka yang begitu cepat.

"Rudy!! Cepatlah! Roxy-chan sudah menunggumu!" Teriak Zenith memanggil Rudeus di dalam rumah.

Beberapa saat kemudian, Rudeus keluar dengan tongkat sihir yang diberikan Roxy semalam, dia keluar dan menampilkan wajah serius serta senyum kecil yang aneh.

Rudeus menepuk wajahnya sendiri. 'Sial, ini kebiasaan burukku ketika sedang menghadapi situasi yang membuatku gugup.'. Pikirnya sambil terus berjalan.

Rudeus berhenti di depan Roxy, tinggi mereka tidak berbeda terlalu jauh, Rudeus hanya membutuhkan beberapa tahun lagi sebelum tinggi tubunya melampaui Roxy.

Hal ini disebabkan latihan kerasnya yang sudah dia lakukan mati-matian, dan ditambah lagi latihannya dibantu oleh puluhan Bunshinnya, jadi pertumbuhannya semakin cepat dan tidak normal.

Rudeus saat itu bersyukur memiliki garis darah Shinigami, karena dengan begitu, dirinya bisa terus berlatih tanpa perlu mengkhawatirkan kondisi tubuhnya yang lemah.

"Aku sudah siap, Sensei!" Rudeus mengangkat kedua tinjunya ke atas dengan wajah ceria.

"Kalau begitu, kita akan langsung berangkat." Roxy mengangkat tubuh Rudeus ke atas Kuda Putih, lalu dia juga naik dan memegang kendalinya.

"Ternyata anda bisa menunggangi kuda, ya. Ini sangat menakjubkan! Lain kali aku harus belajar menunggangi kuda, untuk berjaga-jaga." Meski berkata begitu, nyatanya Rudeus tidak serius ingin benar-benar berlatih. Dirinya hanya ingin basa-basi layaknya anak berumur 5 tahun yang baru menemukan sesuatu untuk pertama kalinya.

Roxy mengecek kuda untuk beberapa detik sebelum berkata. "Kami berangkat, Paul-san, Zenith-san."

Paul dan Zenith mengangguk dan melihat kepergian mereka ke luar dari lingkungan rumah, mereka menyadari bahwa anak mereka sudah tumbuh sangat cepat.

Kembali ke Rudeus, dia saat ini sedang menikmati angin sejuk dan pemandangan desa sepanjang perjalanan. Dia tersenyum ceria sambil menyapa beberapa orang bersama Roxy.

"Jadi, dimana tujuan kita, Sensei? Mengapa perlu jauh-jauh ke sana, padahal di rumah juga bisa, kan?" Dia pertanyaan sekaligus dilontarkan oleh Rudeus kepada Roxy.

"Kalau kita melakukannya di rumah, bisa saja kita melukai beberapa orang dan paling buruknya, mereka terluka parah akibat Sihir yang kita gunakan. Aku tidak ingin itu terjadi, makanya lebih baik kita melakukan ujian kelulusan di tempat lain sehingga tidak ada korban."

"Begitu. Kukira, Sihir yang akan kita lakukan nanti adalah Sihir Rahasia milik Sensei, jadi kita harus melakukannya di tempat lagi." Tapi, mendengar kata "Korban", Rudeus menjadi ingat beberapa hal.

Karena pertumbuhannya sangat cepat, Rudeus menjadi semakin kuat dan bisa bertanding imbang melawan Ayahnya, Paul. Namun, si Paul ini meningkatkan latihannya ke tingkat yang sangat serius.

Memang tidak terjadi apa-apa selama mereka bertarung, karena mereka tetap menahan kekuatan mereka sehingga tidak lepas dan menghancurkan halaman rumah. Tapi tetap saja, yang dinamakan kekuatan adalah kekuatan.

Akibatnya, halaman depan rumah kembali hancur untuk ketiga kalinya serta beberapa korban terluka, yaitu seorang anak kecil dan orang dewasa. Zenith menjadi sangat marah melihat hal itu, dia ingin menghukum Paul dan Rudeus tetapi dia tidak bisa menghukum mereka saat melihat permohonan maaf mereka.

Ya, Counter "Ceramah Ibunda" adalah Permohonan dengan wajah memelas! Rudeus dan Paul berhasil selamat untuk yang kedua kalinya dari "Ceramah Ibunda".

Setelah itu, Rudeus dan Paul memutuskan untuk lebih menahan diri lagi sehingga tidak ada korban lain dari latihan yang mereka lakukan.

"Namun, Sensei.. Apa boleh aku mencoba Sihir yang kulatih nanti? Aku ingin mencoba menggabungkan Sihirku dengan Sihir milik Sensei." Tanya Rudeus.

"Sihir seperti apa itu?"

"Aku tidak tahu, makannya aku ingin mencobanya!"

"Baiklah."

Akhirnya, mereka sampai di tempat tujuannya, yaitu Padang rumput yang luas dan sepi dari orang-orang sekitar sini.

"Aku hanya bisa melakukannya sekali. Dengar Mantranya baik-baik, dengan begitu.. kamu sudah lulus dan menjadi Penyihir tingkat Sakral."

"Baik, Sensei!" Rudeus mengangguk dan melihat Roxy yang mulai menggunakan Sihirnya.

Roxy menutup matanya sehingga bisa lebih berkonsentrasi tinggi untuk menggunakan Sihirnya. Lalu, dia mengalirkan Mananya dan mulai merapal Mantra.

"Wahai Roh Air yang Agung, Pangeran Petir Penguasa Raja! Kabulkan lah Permintaan hamba, turunkan berkah Anda!"

Awan-awan hitam gelap mulai terbentuk di atas Roxy, perlahan-lahan membentuk pusaran dan Roxy sebagai pusatnya. Suara petir-petir mulai terdengar di ikuti oleh teriakan Roxy yang masih merapal Mantranya.

"Perlihatkan kekuatanmu pada kami yang jelata! Tunjukkan keagungan dengan halilintar hebat! Banjiri bumi dengan air!"

Awan menjatuhkan rintik hujan yang semakin kencang dan banyak seiring berjalannya waktu, membuat Rudeus terkagum-kagum dengan Sihir Roxy yang sangat kuat serta luar biasa.

"Wahai hujan! Basuh semesta dan hancurkan segalanya! <Cumolonimbus>!"

Hujan semakin deras dan putaran awan di langit semakin kencang. Rudeus menjaga dirinya agar tidak terbawa oleh kencangnya angin di sekitarnya sambil terus melihat Roxy.

Tetapi, tiba-tiba dirinya memiliki firasat buruk tentang kuda yang berada di belakang mereka saat ini. Dia menunjuk kuda dibelakangnya dengan jari telunjuk dan jari tengah.

"Bakudo!"

Sebuah penghalang tercipta. Terciptanya penghalang tersebut di ikuti Sambaran petir luar biasa kuat yang menuju ke arah kuda, tapi Penghalang yang dibuat Rudeus berhasil menangkalnya.

Namun, mendengar suara "Boom!" yang sangat keras di dekatnya, Roxy menjadi hilang konsentrasi dan akibatnya Sihirnya mulai menghilang lalu lenyap tak bersisa.

Roxy kecewa dengan hasil Sihirnya, tapi yang lebih penting dari itu, apakah Rudeus sudah dapat memahaminya?

"Rudy, ini giliranmu." Kata Roxy.

"A-Ah, baik. Aku akan menunjukkan semuanya kepadamu, Sensei."

Rudeus berjalan ke tengah-tengah Padang rumput, dia mengayunkan tongkat sihirnya dan memulai merapal Mantra yang sudah diajari Roxy. Tapi, dia ingin mengubah Mantra ini sehingga daya ledaknya menjadi sangat kuat.

"Wahai Roh Air, Pangeran Petir Penguasa yang Agung! Aku memintamu untuk memberiku kekuatan!"

Tanah yang dipijak Rudeus bergetar dan hancur membuat retakan jaring laba-laba lumayan besar. Tidak menghentikan aksinya, Rudeus masih terus merapal Mantra tanpa mempedulikan sekitarnya.

"Tidak peduli siapapun, dimanapun, kapanpun itu! Aku, sang Raja menyuruhmu menurunkan berkahmu kepadaku!"

Awan gelap yang berputar terbentuk di atas Rudeus saat dia menari bersama tongkat Sihirnya dengan wajah ceria, lebih tepatnya seringai kepuasannya.

"Wahai Hujan, basuh segalanya, hancurkan segalanya. Tanpa pandang bulu, tidak pandang Ras! Aku di sini, menginginkan kekuasaanmu! Memerintahkanmu! <Cumolonimbus>!"

BOOOOMMM!!!

BOOOMMMM!!!

BOOOOOMMMM!!!

Rentetan petir mulai menghujani bumi, menghancurkan sekitarnya dan membuat kekacauan. Hal itu terus terjadi berulang kali yang diikuti angin kencang serta hujan deras seperti Roxy sebelumnya, tapi kali ini jauh lebih berbahaya.

Roxy bersama kuda bersembunyi di dalam bola batu yang dibuat agar serangan tidak mengenai mereka. Roxy kagum dan juga terkejut melihat Sihir miliknya yang digunakan Rudeus saat ini. Bukan hanya Mantranya yang di ubah, tapi konsep awal kegunaan Sihir ini juga di ubah oleh Rudeus.

BOOOMM!!!

Awan terus berputar di atas Rudeus dan terus bertambah besar. Rudeus mengangkat tongkatnya ke atas dan memberikan sedikit aliran mana ke dalam tongkatnya, bola merah di tongkat tersebut menciptakan sinar merah ke langit lalu menembus awan gelap.

"Dengan keabadian, Kekuatan serta Kebijaksaan! Aku, Rudeus Greyrat! Menggunakan kekuatan ini, aku akan menghancurkan segalanya! <Lighting of Heaven>!"

Dari dalam awan hitam, muncul sosok kepala naga yang tercipta dari aliran listrik serta mana yang berkumpul menjadi satu. Naga itu meraung keras dan kemudian dari mulutnya dia menembakkan laser berwarna biru.

Belum sempat Rudeus menyelesaikan Sihirnya, Mana sudah habis dan membuatnya sedikit pusing. Sihirnya seketika lenyap beserta naga di atasnya tanpa tersisa sedikitpun.

Tangan Rudeus bergetar karena tadi dirinya terus menahan rasa sakit, alhasil saat ini tangannya mati rasa akibat dirinya sendiri.

'Sial. Aku lupa kalau semalam aku habis berlatih Sihir.'

Benar.. Rudeus berlatih Sihir yang baru saja dia gunakan tadi semalaman. Dia lupa untuk memulihkan Mananya, hasilnya saat ini Mananya sudah habis karena setengahnya terpakai untuk latihan semalam.

Untuk tidak membuat orang-orang bangun, dia memasang Penghalang berlapis-lapis dan tentu saja dengan peredam suara. Setelah itu dia berlatih mati-matian untuk membuat Sihir Formula yang baru.

'Ahhh. Apa aku lulus? Semoga saja tidak. Dengan kegagalanku, Roxy bisa tinggal lebih lama di Desa ini.'

Rudeus terjatuh dan pingsan akibat semua Energi di dalam tubuhnya habis tak tersisa. Baik itu Mana, Chakra maupun Reiatsu habis, karena semalam dirinya memaksakan tubuhnya untuk terus dan terus berlatih demi hari ini.

[Bersambung]