webnovel

Menyimak

Atas dasar tersebut, Rasulullah menganjurkan untuk membaca ta'awwudz dan meludah ke arah kiri sebenyak tiga kali. Tentunya, hal itu dilakukan setelah kita selesai salat. Anjuran tersebut dijelaskan dalam hadis.

"Diriwayatkan dari Abu Ala' bahwa sesungguhnya 'Utsman bin Abi Al-'Ash mendatangi Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, lalu ia berkata: 'Wahai Rasulullah! Sesungguhnya setan telah menghalangi antara diriku dan salatku serta bacaan salatku. Ia membuat salatku menjadi samar bagiku'. Lalu Rasulullah bersabda: 'Itu adalah setan, namanya Khinzib. Jika kamu merasa diganggu, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari gangguannya (membaca ta'awwudz) dan meludahlah ke arah kirimu sebanyak tiga kali'. Sahabat 'Utsman bin Abi al-'Ash berkata: 'Aku melakukan hal tersebut lalu Allah menghilangkan setan itu dariku'." (HR. Muslim).

Pikiran yang terlintas tanpa sengaja ketika salat ternyata tidak hanya dialami manusia biasa, tetapi pernah juga dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Hal ini seperti tercantum dalam salah satu hadis berikut:

"Diriwayatkan dari sahabat 'Uqbah bin Haris RA, beliau berkata: 'Aku salat ashar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Tatkala beliau salam, beliau berdiri dengan cepat dan masuk menuju (rumah yang dihuni) sebagia istri beliau, Lalu beliau keluar. Beliau melihat banyak wajah-wajah yang keheranan atas sikap beliau tersebut'. Lalu, beliau bersabda: 'Aku ingat emas yang aku miliki tatkala aku sedang salat, lalu aku tidak senang emas tersebut menetap di sisiku, akhirnya aku pun memerintahkan untuk membagikannya'." (HR. Bukhari)." terang Kang Hafizh terdengar begitu gamblang dan gampang untuk diterima Hanif.

"Udah Kang Hafizh?" tanya Hanif.

"Tinggal intinya," timpal Kang Hafizh.

"Oh gitu ...? Ya monggo dilanjut."

"Jadi dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa terlintasnya pikiran-pikiran yang tidak berhubungan dengan salat, seperti pikiran tidak senonoh atau jorok itu tidak membatalkan salat. Meski demikian, ada baiknya kita berusaha untuk terhindar dari pikiran-pikiran tersebut, karena dapat menganggu kekhusyukan salat. Apalagi salat merupakan ibadah wajib dan saat itulah kita dapat 'berkomunikasi' serta mengadu kepada Allah SWT. Lantas, beliau menengok ke belakang, namun beliau terheran-heran, bagaimana tidak? Masjid yang ketika pertama kali shalat penuh dengan jamaah tapi, ketika beliau mengucap salam dan menengok ke belakang, masjid tersebut tiba-tiba menjadi kosong, tidak ada siapapun yang ikut sholat dibelakangnya.

Hatim al-Asham pun terheran-heran atas kejadian itu, beliau bertanya-tanya dalam hatinya kemana perginya jamaah yang ikut sholat dibelakangnya Pada awal mengucap takbir tadi?.

Ternyata di luar masjid terdengar suara gemuruh, lantas beliau pun keluar untuk melihatnya, sesampainya diluar beliau mendapati semua jamaah masjid tersebut telah berada di luar masjid.

Hasim Al-Asham pun menanyakan kepada mereka, mengapa mereka ada di luar masjid bukan melaksanakan sholat berjamaah dengannya. Para jamaah yang berada di luar masjid pun berkata, "Ya Hatim, apakah engkau tidak sadar dan tidak mendengar bahwa ada tiang-tiang masjid yang hancur? Maka, saat itu juga kami membatalkan shalat karena takut atap masjid ini roboh dan menjatuhi kami."

Kemudian Hasim menjawab, "Pertama, jika datang waktu shalat maka aku berwudhu dengan sebaik-baik wudhu, setelah itu aku masuk ke tempat shalatku dan duduk terlebih dahulu, agar semua anggota tubuh, hati dan pikiranku mendapatkan fokusnya. Kemudian, setelah anggota badan terkumpul maka aku berdiri dan mengucapkan takbir dengan tahiqiq (penegasan); Allahu Akbar. Yakni, merasakan keagungan Allahu Ta'ala, dan aku membayangkan Ka'bah seakan-akan dihadapanku, kakiku di titian Shiratul Mustaqim, adanya Surga di sebelah kananku dan Neraka disebelah kiriku, aku juga membayangkan Malaikat Izrail ada di belakangku, serta aku terapkan dalam diriku bahwa ini adalah shalat terakhir yang aku kerjakan," ucap Kang Hafizh sepertinya sudah akan mengakhiri penjelasannya.

"Please Kang ... entah kenapa aku kok merasa nyaman banget dengan nasehat dan juga penjelasan dari Kang Hafizh, lanjutkan ya ...?" ujar Hanif nampak memelas.

"Oke! Dari Aisyah radhiyallahu anha, beliau menceritakan, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah salat dengan memakai baju bergaris. Di tengah salat, beliau melihat corak garis itu. Setelah salam, beliau bersabda, "Berikan bajuku ini ke Abu Jahm, dan bawakan aku baju Ambijaniyah. Karena barusan, baju ini telah mengganggu kekhusyuanku ketika salat." (HR. Bukhari 373 & Muslim 556).

Dari Uqbah bin al-Harits radhiyallahu anhu, beliau menceritakan, "Saya pernah menjadi makmum di belakang Nabi shallallahu alaihi wa sallam pada saat salat asar. Ketika beliau salam, beliau langsung berdiri dan masuk ke rumah salah satu istrinya. Kemudian beliau keluar, dan terlihat di wajah para sahabat suasana keheranan karena beliau buru-buru. Beliau bersabda, "Ketika saya salat, saya teringat seonggok emas yang kami miliki. Saya tidak ingin emas itu menetap di rumah kami malam ini, sehingga aku perintahkan agar dibagikan." (HR. Ahmad 16151 & Bukhari 1221)

Hadis ini menjadi dalil bahwa bisikan hati tidak membatalkan salat. Karena salat 100% khusyu, hampir tidak mungkin dilakukan manusia. Dari Ammar bin Yasir radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya seseorang selesai salat, sementara pahala yang dia dapatkan hanya sepersepuluh salatnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya, dan setengahnya." (HR. Ahmad 18894, Abu Daud 796, dan dishahihkan oleh Syuaib al-Arnauth).

Bagaimana Jika yang Terlintas adalah Pikiran Kotor?

An-Nawawi (w. 676 H) mengatakan, "Dianjurkan untuk khusyu, tunduk, dan merenungi bacaan alquran serta zikir yang dibaca ketika salat. Dan berusaha berpaling dari lintasan pikiran yang tidak ada hubungannya dengan salat. Memikirkan yang lain ketika salat dan banyak lintasan pikiran, tidak membatalkan salat, namun statusnya makruh. Baik yang dipikirkan masalah yang mubah atau masalah yang haram, seperti minum khamr. dan terdapat keterangan adanya ijma ulama bahwa lintasan semacam ini tidak membatalkan salat. Sedangkan hukum makruh, ini disepakati ulama." (al-Majmu Syarh Muhadzab, 4/102)

Kisah dari Hatim Al-Asham ini mendatangkan pembelajar kepada kita bahwa agar kita husyuk dan fikiran kita tidak kemana-mana dalam shalat ternyata kita harus lakukan hal berikut:

1. Jika hendak shalat maka berwudhu dengan sebaik-baik wudhu, Maksudnya, kita harus tertib baik dalam bacaan ataupun dalam gerakannya.

2. Saat shalat hendaknya membayangkan bahwa ka'bah seakan-akan ada dihadapan kita.

3. Menghadirkan Allah dalam shalat kita atau membayangkan Allah ada dihadapan kita

4. Membayangkan seakan-akan kaki kita diatas titian shirotol Mustakim.

5. Membayangkan bahwa syurga ada disebelah kanan kita dan neraka ada disebelah kiri.

6. Membayangkan Malaikat Izrail ada di belakang kita, yang suatu-waktu akan mencabut nyawa kita.

7. Dan yang terakhir adalah menjadikan shalat kita seakan shalat yang kita lakukan adalah shalat terakhir kita sebelum malaikat Izrail mencabut nyawa kita.

Itulah ke-7 tips agar saat shalat kita khusyuk dan fikiran tidak kemana-mana menurut kisah dari Hatim Al-Asham." Dan kali ini nampaknya Kang Hafizh benar-benar ingin menyudahi ceramahnya.