webnovel

Aksi Apa?

"Baiklah Kang Hafizh aku bersedia," tiba-tiba Hanif menyanggupi permintaan Kang Hafizh.

"Terimakasih Kang Hanif, tenang Kang .. ini cuma sementara, aku tahu kok kamu itu yang ditaksir adalah Neng Zahra," ujar Kang Hafizh berseloroh.

"Ah .. Kang Hafizh bisa aja, terus ini aksinya gimana Kang Hafizh?" tanya Hanif.

"Aksi apanya Nif?" tanya balik Kang Hafizh nampak belum paham.

"Ya katanya aku suruh pura-pura jadi pacar adik Kang Hafizh? Terus aku mesti ngelakuin apa?" tanya Hanif.

"Hahaha ... emang sampean mau ngelakuin apa? Mau ajak adikku jalan-jalan gitu?"tanya Kang Hafizh sambil tertawa.

"Lha iya makanya aku tanya Kang ... apa iya memang harus gitu .. atau gimana .. terus ngelakuin apa aja ..? Kan harus tanya dulu sama sutradaranya .." timpal Hanif tidak mau kalah.

"Ya gak adalah Nif ... namanya juga pacaran tipu-tipu .. ya pokok cukup dibilangin aja ke cowok yang naksir sama adikku itu kalau Naila sudah pacaran sama kamu, wes gitu aja!"

"O ... gitu .. ya udah sana berangkat," balas Hanif dengan enteng, nampak Hanif tidak berpikir bahwa meskipun cuma untuk bohong-bohongan tapi mau gak mau berita pacarannya dengan Naila sudah pasti akan tersebar di kalangan anak santri terlebih untuk santri putri.

Malam harinya seperti biasa setelah kegiatan mengaji selesai Hanif dan Kang Hafizh terlihat kembali melakukan sebuah diskusi ilmu dan kali ini Hanif nampak menanyakan tentang iman.

"Kang Hafizh, apa sih bedanya iman dan Islam?"

"Hmmm ... bagus pertanyaannya cuma sebenarnya ada yang kurang tuh," timpal Kang Hafizh.

"Ada yang kurang? Apaan?" sahut tanya Hanif.

"Ihsan, karena itu adalah dasar kita dalam beragama, jadi ada Iman, Islam dan Ihsan," terang Kang Hafizh.

"Oh gitu ... emang apaan artinya mereka bertiga itu?" lanjut tanya Hanif.

"Mereka ... emang teman lo?!" sahut Kang Hafizh dan kemudian mereka berdua pun langsung tertawa bareng.

"Hahaha ..."

"Pengertian secara ringkasnya Islam itu adalah pasrah dengan aturan Alloh, tapi kalau secara keseluruhan ialah kita bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan juga bersaksi bahwa nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah, lalu yang kedua mengerjakan sholat, yang ketiga membayar zakat, yang keempat melakukan puasa di bulan Ramadhan dan yang kelima adalah melakukan ibadah haji ke baitullah bagi yang berminat .. eh salah bagi yang mampu," ucap Kang Hafizh sambil menepuk pelan mulutnya.

"Terus kalau Iman apa artinya?" lanjut tanya Hanif.

"Kalau Iman itu arti secara ringkasnya adalah percaya, dan kalau secara keseluruhan yaitu percaya kepada Alloh .. yang kedua percaya kepada para malaikat Allah .. yang ketiga percaya pada para utusan Allah .. yang keempat percaya kepada kitab-kitab suci yang diturunkan kepada para nabi dan rasul Allah .. yang kelima percaya kepada hari akhir dan yang terakhir adalah percaya kepada qodlo dan qodar nya Alloh."

"Itu Iman .. terus yang terakhir apa tadi?" sahut tanya Hanif kelupaan.

"Ihsan," sahut Kang Hafizh.

"Oh iya Ihsan, apa Ihsan artinya Kang?"

"Ihsan itu adalah sebuah tindakan bagus, dan untuk penjelasan lebih lengkapnya seperti yang tertulis dalam sebuah hadits yang kurang lebih artinya begini .. suatu hari ketika nabi Muhammad Saw sedang duduk bersama para sahabatnya tiba-tiba ada orang asing yang datang, orang asing itu benar-benar asing bagi para sahabat nabi, dari postur tubuhnya orang itu terlihat sangat tampan dan gagah, meskipun terlihat asing namun tidak terlihat sedikit pun tanda-tanda dia habis melakukan perjalanan, jadi penampilannya masih terlihat fresh dan rileks," ucap Kang Hafizh yang tiba-tiba disela oleh Hanif.

"Lha emang siapa dia Kang kok aneh gitu, tiba-tiba saja datang tanpa diundang?" tanya Hanif.

"Ya tenang aja .. dengar aja kelanjutan kisahnya, orang asing itu tiba-tiba duduk di hadapan nabi Muhammad Saw dengan menempelkan dua lututnya kepada dua lutut nabi Muhammad Saw, terus setelah itu dia bertanya, "Wahai Muhammad apakah yang dinamakan Islam?" dan nabi pun langsung menjawab seperti apa yang sudah aku terangkan di atas tadi, lalu kemudian dia juga bertanya apakah yang dimaksud dengan Iman? Dan itupun juga sudah aku terangkan di atas, lalu dia bertanya lagi untuk pertanyaan yang terakhir, apakah yang dinamakan Ihsan? Dan pengertiannya adalah kita diperintahkan untuk beribadah kepada Allah dengan sebaik dan seikhlas mungkin, seolah kita sedang melihat Alloh dan kalau seperti itu kita tidak bisa maka yakinlah bahwa Allah-lah yang justru melihat kita, karena dengan begitu kita akan bisa melakukan ibadah keseharian kita dengan baik dan khusyuk, dan yang perlu digarisbawahi disini adalah kita diperintahkan ibadah itu dengan seolah-olah tidak harus dengan Haqul Yaqin karena dengan begitu artiannya bisa lebih lunak," terang Kang Hafizh yang dirasa belum cukup bisa dimengerti oleh Hanif dan akhirnya Hanif pun langsung menyela dengan bertanya.

"Bentar Kang Hafizh bentar ... untuk keterangan yang ini aku kok merasa belum bisa paham, ini maksudnya seolah-olah melihat itu gimana? Siapa yang melihat? Dan siapa yang dilihat?" tanya Hanif sambil menatap wajah Kang Hafizh.

"Hehehe ... iya Nif .. bagus pertanyaannya, ini nih yang aku suka dari kamu, selalu bertanya kalau memang belum mengerti, jadi ini memang masalah Iman .. dan kalau bicara Iman itu memang tidak semua orang mukmin itu memiliki tingkat keimanan yang sama, jadi tadi yang dimaksud seolah melihat itu adalah praktek kita didalam menjalankan ibadah .. sholat misalnya .. ketika kita sedang sholat maka konsentrasi kita harus benar-benar tertuju pada Allah semata dengan penggambaran bahwa disaat kita sholat itu kita ini sedang berhadapan dengan Alloh .. kita itu sedang komunikasi dengan Alloh .. karena dengan begitu sudah pasti kita dalam menjalankan sholat itu tadi pasti akan bener-bener bisa khusyuk, contohnya gini misalnya kamu ketika sedang berhadapan dengan Abah Kiai pasti kan kamu akan bersikap tawadhu .. menunduk .. tidak berani berbuat aneh-aneh .. benar gak?" Kang Hafizh mencoba melempar tanya.

"Benar Kang, aku sudah pasti takut untuk berbuat seperti itu," timpal Hanif membenarkan ucapan Kang Hafizh.

"Nah ... seperti itulah kita semestinya ketika kita sedang sholat ... lha wong berhadapan dengan Abah Kiai saja kita bisa fokus dan khusyuk toh padahal bagaimana pun agungnya dan mulianya seorang Abah Kiai beliau kan juga sama seperti kita juga .. dalam tanda kutip sama-sama makhluk ciptaan Alloh .. bener tidak ..?" kembali Kang Hafizh membuat pertanyaan untuk memberikan pemahaman kepada Hanif.

"Iya Kang Hafizh, tapi pada kenyataannya aku kok tidak bisa seperti itu ya Kang? Aku bisa khusyuk dan fokus ketika berhadapan dengan Abah Kiai tapi malah disaat aku sholat pikiranku masih sering keluyuran dan melayang kemana-mana," ujar Hanif menjelaskan tentang apa yang dialaminya.

"Hehehe ... oleh karena itulah Alloh menyampaikan perintahnya dengan kalimat "Ka annahu" yang artinya adalah seolah-olah karena untuk bisa khusyuk yang sebenarnya itu tidak sembarang orang yang bisa melakukan," terang Kang Hafizh terdengar mulai bisa dimengerti oleh Hanif.

"Oh ... begitu ya Kang ... wah ... Kang Hafizh benar-benar top cara menerangkannya, aku jadi tertarik untuk terus belajar denganmu Kang," ujar Hanif sambil mengangguk-angguk.

bersambung ...