webnovel

Part 26

Kini usia Cio menginjak tujuh tahun, menjadi seorang anak yang jenius bukanlah impiannya. Yang menjadi impiannya adalah menguasai banyak ilmu bisnis. Anak laki-laki itu kini tumbuh menjadi seorang yang penuh dengan ide bisnis. Bahkan Cio dan Ron kini bekerja sama dalam beberapa bidang, Ron melakukannya untuk melindungi anaknya dari pelaku kejahatan yang sedang marak ... Beberapa kali, Cio dan Ron pergi keluar negeri untuk menjalin bisnis dengan beberapa perusahaan tinggi. Meski banyak yang menolak karena usia Cio yang masih belia. Layla yang menjadi asisten kepercayaannya selalu berada di belakang Cio untuk membantu memecahkan masalah orang-orang itu.

"Papa, kapan papa akan menikahi mama Sia?" tanya Cio tiba-tiba.

Ron yang sedang minum akhirnya menyemburkan minuman itu. Lelaki itu terbatuk-batuk mendengar pertanyaan anaknya. Meski bukan yang pertama kali Cio beranya seperti saat ini tetap saja membuat Ron kebingungan untuk menjawabnya.

"Sayang, kau tahu sendiri jika Mama-mu itu sangat sulit untuk didekati, ia selalu menghindari Papa jika berada di Mansion," jelas Ron.

"Papa memang kurang taktik, bagaimana jika aku membantu Papa agar bisa segera menikahi Mama Sia?"

"Jangan, apa kau ingin ia pergi lagi seperti saat itu?"

"Hahahaha, tentu saja tidak Papa. Kali ini aku akan merencanakan sesuatu untuk hubungan kalian berdua. Aku sudah sangat bosan melihat kalian yang saling mencintai, tetapi lebih mementingkan keegoisan masing-masing."

"Apa maksudmu? Sia memang tidak mencintaiku, jadi wajah saja jika ia menolakku."

"Dasar papa bodoh!"

"Jaga ucapanmu, nak!"

"Maaf Papa ... aku hanya tidak tahan untuk tidak mengatakannya."

Cio terkekeh setelah mengatakannya. Anak itu sangat suka melihat wajah kesal ayahnya. Begitulah hubungan antara ayah dan anak yang harmonis.

KLING ..

Dering ponsel Cio yang menandakan ada pesan masuk, anak itu segera meraih ponselnya dan melihat nama Mama di sana.

'Cepat pulang!'

Cio semakin terkekeh saat tahu kedua orang tuanya kesal dengan tingkah lakunya. Cio segera berpamitan pada Ron untuk bisa segera pulang. Saat ini Cio berada dikantor milik Ron dan sudah sejak pagi anak itu berada di sana, meninggalkan kelasnya saat jam pelajaran dimulai. Cio meminta Granger untuk mengantarkannya menuju kantor Ron ddengan dalih akan ada meeting penting.

"Apa kau membuat masalah?" tanya Ron.yang melihat wajah Cio.

"Hanya meninggalkan kelas hari ini."

"Jangan terlalu sering membuatnya marah, atau kau bisa kehilangan seluruh sahammu."

"Hahahaha, kan masih ada Papa yang akan membantuku, benarkan?" tanya anak itu dengan ringan.

"Cih, dasar bocah!" celetuk Ron.

"Baiklah, aku harus segera pulang, Papa. sampai bertemu besok," pamit Cio.

Ron menganggukkan kepala menjawab ucapan anaknya. Ia kembali berkutat pada berkas-berkas yang ada diatas mejanya setelah memastikan anaknya keluar dari pintu kantornya. Ron melihat dari CCTV online yang tersambung pada ponselnya, ia melihat Granger yang masih setia menjadi pengawal Cio.

Cio kini dalam perjAllenan kembali ke Mansion Evacska, ia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang tengah membuntutinya semenjak keluar dari area kantor Ron. Sementara Granger yang sudah memiliki firasat buruk, menjadi lebih waspada. Lelaki itu melihat pada kaca spion mobil. Sebuah mobil box mengikuti mereka dan Granger menyadari itu. Ia melajukan mobilnya lebih cepat lagi agar lolos dari intaian. Sayang, saat mereka berada di sebuah simpangan sebuah truk bermuatan menabrak mobil yang dikendarai Cio dengan Granger.

BRAK

BRAK

SRING ..

BRAK

Mobil itu terbalik, Granger yang setengah sadar melihat ada seseorang yang mendekati mereka. Lelaki itu melihat pada kursi penumpang, Cio tengah tak sadarkan diri dengan luka dibagian kepala dan kakinya yang terjepit bisa dipastikan mengalami patah tulang.

"Tuan muda," panggil Granger lirih.

Tidak ada jawaban dari anak itu, Cio masih memejamkan mata, hingga seseorang dengan paksa membuka pintu penumpang, dan membawa pergi Abercio. Granger mencoba mengumpulkan tenaganya, sayangnya ia tidak dapat keluar dari mobil itu.

Seorang lelaki lainnya mendekati mobil yang dikendarai Granger. Ia menarik tubuh Granger agar terbebas dari dalam mobil. Granger yang saat itu menahan sakit pada bagian kaki dan sekujur tubuhnya, akhirnya tak sadarkan diri.

***

Granger membuka matanya, lelaki itu melihat disekitarnya. Matanya menyusuri setiap sudut ruangan itu, hingga ia melihat Sia masuk ke dalam sana bersama Ron. Granger berusaha mengumpulkan kesadarannya untuk menceritakan seluruh kejadian yang ia alami dengan Cio. Saat ini ia juga sedang berpikir, siapa yang membawa Cio pergi dari sana.

"Di mana Tuan Muda?" tanya Granger dengan nada lirih.

"Seharusnya kami yang bertanya begitu,Granger," ujar Ron.

"Apa? Yang aku tahu, ada lelaki yang membawa pergi Tuan Muda. Saat itu, Tuan Muda Cio sedang tidak sadarkan diri, ada luka dibagian kepalanya," jelas Granger.

Ucapan lelaki itu membuat Sia terisak dan menangis di dalam pelukan Ron. Ron mencoba menenangkan Sia yang panik sejak mendengar berita kecelakaan dan hilangnya Abercio dari tempat kejadian.

"Jadi ... Tuan Muda diculik? Dan tidak ada yang tahu siapa yang membawanya pergi saat itu," ujar Granger.

"Bagaimana ini? Seluruh polisi sudah kukerahkan, bahkan tuan Xander juga sudah kuutus untuk membantu kita," ujar Sia.

"Tenanglah Sia, Cio pasti akan segera ditemukan. Aku juga sudah mengerahkan seluruh orangku untuk mencari keberadaan Cio," terang Ron.

Saat itu, ponsel Sia berdering, tidak ada nama dilayar ponselnya. Wanita itu menekan tombol hijau yang ada dilayar ponselnya, lalu Sia juga menekan ikon speaker .

" Apa kalian sedang berkumpul?" suara berat dari seseorang diseberang telepon.

"Siapa kau?" tanya Sia yang kesal.

"Tenanglah Nyonya Sia, aku hanya memberikan kabar jika anakmu baik-baik saja di tanganku," jelas lelaki itu.

"Siapa kau? Di mana Cio?" tanya Sia lagi.

"Anakmu sedang kurawat, luka dikepalanya cukup parah dan kaki kanannya patah," jelas lelaki itu lagi.

"Apa yang kau lakukan padanya? Cepat kembalikan anakku!" ujar Sia yang terdengar emosi kali ini.

"Hahahha, semudah itu kau berbicara?"

"Apa maumu?"

"Bagus, kau memang sangat pandai Nyonya."

"Cepat katakan !"

TUT

TUT

TUT

Panggilan itu terputus begitu saja, hal itu membuat Sia geram. Sementara Ron yang mendengarkan telepon itu kini ikut berpikir keras tentang keberadaan anaknya. Jika memang Cio sedang diculik, untuk apa ia menculik anaknya. Sebenarnya apa masalah dari si penculik dengan Ron dan juga Sia.

"Apa ada seseorang yang menaruh padamu?" tanya Ron.

"Entahlah, aku sendiri tidak tau. Jika yang kau tanyakan mengenai bisnis, jelas aku memiliki pesaing yang sangat banyak dan mereka sangat iri pada kesuksesanku tentunya," jelas Sia.

Ron masih berpikir lagi, ia juga mencari siapa yang sedang memiliki amarah padanya. Bukan hanya dari bisnis, tetapi Ron juga mencari siapa orang yang tidak suka pada kehidupannya saat ini.

"Perlukah kita mengirim orang-orang dari kalangan petinggi mafia?" tanya Ron.

"Apa maksudmu? Jika mereka bekerja sama dengan para mafia, bisa dipastikan kita akan dipermainkan," ujar Sia.

"Kau benar, tetapi Tuan Xander ... bukankah ia juga salah satu dari pengikut mafia?" tanya Ron.memastikan.

"Kau benar, tetapi Tuan Xander sudah sangat terpercaya,jadi ia tidak mungkin berkhianat pada keluarga Evacska."

"Kalau begitu, apa kau memiliki seseorang yang bisa dicurigai?" tanya Ron.

"Tidak."