webnovel

Part 10

Wajah Anne terlihat masam saat ia baru saja tiba di mansion. Ia sedang tak ingin diganggu saat ini. Anne memilih untuk menenangkan diri di ruang kerjanya. Bahkan wanita itu mengunci pintu dari dalam agar tak ada yang mengganggunya.

Ron sedang berada di ruang gym. Ia tak tahu jika Anne sudah sampai di mansion. Seorang asisten rumah datang membawa minuman untuk Ron.

"Tuan, Nona Anne sudah datang. Ia ada di ruang kerjanya saat ini. Namun sepertinya Nona sedang tidak ingin di ganggu," jelas asisten itu.

Ron menyeka peluhnya dengan handuk. Ia mengeryitkan dahinya, lalu mengambil segelas minuman dari nampan yang dibawa asisten rumah itu.

'Apa yang terjadi?' batin Ron.

Selesai dengan kegiatan gym-nya, Ron memutuskan untuk membilas diri terlebih dahulu.

***

Ron mengetuk pintu ruang kerja Anne. Sayangnya pintu itu tak kunjung terbuka. Wajah Ron terlihat khawatir, ia memutuskan untuk mencari keberadaan Granger. Ya, lelaki itu yang selalu menemani Anne pergi, jadi pasti ia akan tahu masalah apa yang sedang Anne alami.

Ron melihat Granger sedang menghisap gulungan tembakau di tangannya. Lelaki itu tampak sedang santai saat ini. Ia duduk dikursi taman tepatnya disamping mansion.

"Granger," panggil Ron.

Merasa namanya dipanggil, lelaki itu menengok ke asal suara. Granger membuang gulungan tembakaunya, lalu menginjaknya.

"Ada apa?"

"Apa terjadi sesuatu pada Anne?"

"Nona sedang tidak ingin di ganggu, termasuk kau."

"Kenapa?"

"Entahlah. Sebaiknya biarkan saja dulu Nona dengan kesendiriannya, ia akan baik-baik saja sebentar lagi," jelas Granger.

"Baiklah," sembari berbalik badan dan pergi menjauhi Granger.

Granger hanya bisa berdecak kesal melihat Ron. Lelaki itu tidak begitu suka melihat Anne dekat dan menjalin hubungan dengan selebriti satu itu. Bagi Granger, Anne terlalu sempurna untuk lelaki brengsek yang hanya menilai dengan nominal.

Ron kembali ke kamarnya, ia memilih untuk membaca beberapa buku di sana. Beberapa menit saat ia membaca, ponselnya berdering. Ia mendapatkan pesan dari Fabio kekasihnya.

Text Message

From Fabio

"Aku sedang berkeliling di Eropa. Akan kembali setelah kau selesai dengan wanita itu."

"Cih, dasar otak traveler!" celetuk Ron.

Lelaki itu meletakkan ponselnya diatas meja. Lalu kembali membaca buku yang ada di tangannya.

Anne baru saja masuk ke dalam kamar, tanpa berkata apapun ia meletakkan barangnya begitu saja di atas nakas. Lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Ron yang melihat Anne hanya menatap heran pada wanita itu.

'Moodnya terlihat buruk saat ini, bagaimana caranya untuk membuat mood wanita ini membaik?' batin Ron.

Ia kembali membaca buku, lelaki itu memilih untuk mengacuhkannya saat ini. Dari pada ia salah bicara dan membuat mood Anne semakin parah.

Cukup lama Anne di dalam kamar mandi. Hingga akhirnya ia keluar dengan handuk yang melilit ditubuhnya. Wanita itu tetap tak ingin bersuara saat ini. Ia masuk ke dalam walk in closet, Anne memilih untuk mengenakan lingeri berwarna hitam. Setelah itu, Anne naik keatas ranjang dan merebahkan diri. Ia menutup tubuhnya dengan selimut, lalu memejamkan matanya.

Ron yang melihat lekuk tubuh Anne hanya bisa menelan ludahnya kasar. Lelaki itu berpikir keras saat ini karena waktu masih menunjukkan pukul lima sore. Tidak biasanya wanita itu tidur disaat mendekati waktu makan malam.

Ron menutup bukunya, kakinya melangkah mendekati Anne. Ia ikut merebahkan diri disamping Anne. Tubuhnya mendekati Anne, tangannya memeluk Anne dari belakang. Merasa terganggu dengan sentuhan itu, Anne membalikkan badan menghadap Ron.

"Katakan, ada apa?" tanya Ron.dengan lembut.

"Tidak ada, aku hanya sedang kesal dengan pekerjaan saja," jawab Anne.

"Apa kau selalu seperti ini jika sedang mengalami masalah?"

"Hemm, begini lah aku. Apa kau tak nyaman dengan sikapku?"

"Kau membuatku khawatir. Jika kau mau, aku akan mendengarkan keluh kesahemu."

"Terima kasih, mungkin lain waktu."

Ron mencium kening Anne, tangannya menakup wajah wanita itu. Perlahan Ron mendekatkan wajahnya hingga tak ada jarak lagi. Bibirnya mulai melumat dengan lembut. Tentu saja lumatan itu dibalas oleh Anne. Secara bergantian mereka menjulurkan lidah. Bermain menyusuri rongga masing-masing, mengabsen deretan gigi dan saling bertukar saliva.

Tangan Ron sudah bermain dibagian dada Anne. Ia meremas dan memilin puting payudara itu.

"Ehem," desahan Anne tertahan oleh ciuman mereka.

Ron melepaskan ciumannya, mata mereka saling menatap.

"Kau mau melakukannya?" tanya Anne pada Ron.

"Ya, bagaimana denganmu?"

"Lakukan, buat tubuhku merasakan nikmat itu lagi," ujar Anne.

Ron menyeringai, lelaki itu langsung saja melepaskan pakaiannya. Lalu kembali melakukan sentuhan-sentuhan lembut pada tubuh Anne. Kepala Ron berada didepan pintu kewanitaan milik Anne. Awalnya ia hanya menciumi bagian bibir kewanitaan itu.

"Ehem, Ron ... jangan permainkan aku, ahh," desis Anne yang bisa dipastikan sudah sangat bergairah.

Lidah lelaki itu menjulur menjilati klitorisnya, menekan dengan sesekali mengulumnya. Membuat tubuh wanita itu menggelinjang dan menegang. Ron meloloskan lidahnya masuk ke dalam pusat gairah Anne, memberikan sensasi yang semakin membuat suhu tubuh keduanya naik.

"Aahh, yeah, teruss ... oh, nikmat sekali, Ron. Aahhh," rancau Anne sembari memejamkan matanya. Sedangkan tangamnya mencengkeram seprai.

Tangan Ron melebarkan posisi kaki Anne, hal itu membuat lidahnya dapat masuk lebih dalam lagi.

"Aahhh, Ron ... aku akan keluar, Ron. Aaaahhhh," desah panjang itu menandakan bahwa wanita itu telah mendapatkan pelepasannya.

Ron menghisap dan menelan cairan bening itu tanpa rasa jijik. Selepas itu, Ron menarik tangan Anne hingga membuatnya setengah duduk. Ron mengarahkan kejantanannya ke dalam mulut Anne. Wanita itu tidak menolak, justru ia kini dengan lihai memainkan milik Ron. Satu tangannya menggenggam kejantanan itu, lalu ia memasukknnya ke dalam mulutnya. Anne menghisap dan menjilati seperti sedang memakan permen lollipop.

"Ouh, shit! Nikmat ... yeah, seperti itu, sayang."

"Ehem, ehem."

Ron menarik rambut Anne kebelakang, lalu ia menggerakkan pinggulnya sedikit keras, hal itu membuat Anne sedikit tersedak. Merasa akan mencapai klimaks, Ron melepaskan kejantanannya dari mulut Anne.

Kini ia menindih tubuh wanita itu, tangannya menaikkan kaki Anne keatas bahunya. Dengan sekali dorongan, kejantanan Ron sudah berhasil masuk ke dalam liang kewanitaan Anne.

Ron menggerakkan pinggulnya, ia memompa tubuh Anne dengan tempo tak beraturan.

"Aahh, aahhh, Ron ... lebih dalam lagi, ahh," desah Anne.

"Ahh, sempit dan nikmat, milikku terasa terjepit di dalam sana," ujar Ron ditengah pompaannya.

Tangan Ron menangkup kedua payudara Anne, ia memijat dan meremasnya dengan penuh gairah.

Peluh kini membasahi tubuh keduanya, meski suhu di kamar itu rendah, tetapi persetubuhan itu begitu panas hingga suhu udara di sana tak mampu membuatnya dingin.

Cukup lama Ron memompa tubuh Anne, hingga ia benar-benar tidak bisa menahan untuk tidak mengeluarkan cairannya.

"Aahhh, sayang ... aku akan keluar," ujar Ron.

"Aku juga, Ron ... aahhh, aahhhhh."

Ron menyentakkan pinggulnya hingga tiga kali, ia mengeluarkan cairan putih kentalnya di dalam rahim Anne. Tubuhnya melemas dan menindih Anne. Ron mencium Anne yang masih memejamkan mata dengan napas yang terengah-engah.

"Milikmu sangat nikmat, sayang," bisik Ron.

"Kau juga, milikku terasa sangat penuh saat kau memasukkannya," jawab Anne.

"Kau mau mandi lagi?" tawar Ron.

"Ya, tentu saja."

Saat Anne akan turun dari ranjang, Ron menahannya. Ia menggendong Anne ala bride style menuju kamar mandi. Anne tersenyum, ia mengalungkan tangannya keleher Ron.

Kini keduanya tengah mandi bersama di dalam bath up. Ron menggosok punggung Anne yang terlihat mulus. Tangannya begitu nakal saat ia membarsihkan bagian depan tubuh Anne.

"Ron!" pekik Anne saat Ron meremas dengan keras pada bagian dadanya.

"Aku mau lagi," bisik Ron.