webnovel

Bab 2

" kau tidak apa apa..?"

" AWW..."

" Oh maaf apakah itu sakit..?"

" ah tidak.. hanya sedikit.. tolong selesaikan..!"

" baiklah, tahan sedikit" sahut wanita muda itu. Ia perlahan lahan membersihkan area kulit yang diduga terkena infeksi dari kekuatan sihir. tidak seperti luka lebam biasa, luka yang disebabkan oleh kekuatan dark abyss tidak bisa dianggap sepele.

Banyak luka yang bersarang ditubuh Alucard, walaupun dia adalah sosok petarung yang kuat, dia bukan berarti tidak dapat dikalahkan. memang pada awalnya dia berhasil menghabisi beberapa iblis saat pertarungan di Land of Dawn, bahkan tercatat ia adalah salah satu di antara orang yang berhasil banyak membunuh iblis. Tapi peristiwa itu terjadi ketika ada seekor iblis api yang membawa 2 sabit besar yang kedua duanya berukuran seperti sabit yang dimiliki Ruby muncul ditempat itu. Iblis itu melemparkan kedua sabitnya kearah wanita berambut perak yang saat itu sedang fokus memanah dengan panah moon elfnya. Serangan yang tak terduga itu membuat waktu terasa berhenti. Tidak ada hal yang bisa di lakukan saat itu kecuali hanya menutup kedua matanya dengan sebutir harapan yang ia miliki. Namun tak disangka sebutir harapan itu berubah menjadi cahaya yang datang menghampiri dan menyelamatkannya. Tepat ketika sabit itu melayang cepat kearahnya, tiba tiba suara dentingan keras terdengar dengan munculnya seorang pria yang datangnya entah darimana, melayang dan menendang memblokir sabit itu. Tanpa diminta, kedua sabit itu dengan sendirinya kembali ketangan Iblis api tadi. Matanya bertatapan dengan sosok yang berdiri dihadapannya.

" pergilah biar aku sendiri yang mengurusnya..!" ucapnya. kata katanya begitu datar namun meyakinkan.

" tidak..! aku akan membantumu.."

"Pergilah...! dia bukan lawanmu.. aku pernah bertemu dengannya sebelumnya.." bentaknya. kali ini ia menoleh kearahnya.

Tanpa berpikir panjang wanita itu segera pergi meninggalkannya. Menyisakan seoranh pria berpedang raksasa dengan seekor iblis api. Ia pergi menuju tempat di mana pasukan tengah bertarung dan melanjutkan pertarungannya melawan para iblis.

" Kita bertemu lagi demon hunter.." Ujar sang Iblis.

Kepalanya yang kecil berusaha menunjukan seringaian jahat kearahnya. nampak begitu kontras antara ukuran kepala dengan tanduknya yang bahkan lebih besar dari banteng spanyol, Minotaur.

" Mungkin maksudmu ini pertemuan terakhir kita.." Jawabnya ketus

" Tentu saja, kau yang akan berakhir disini..!" balasnya, mereka mengitari satu sama lain di tengah hiruk pikuknya peperangan, arena seolah sengaja disediakan untuk mereka.

" Sejujurnya aku tidak percaya seorang pengecut akhirnya bisa menjadi ancaman bagi para iblis.. siapa yang menyelamatkanmu? kukira kau seharusnya kau sudah mati waktu itu.." lanjutnya

" huh.. itu tidak penting.. yang jelas aku disini supaya kau menarik kata katamu kembali.." balasnya ketus

" itu bagus..! LOSER"

Mereka belum melakukan serangan. Suara patahan tulang menjadi musik pembuka pertarungan duel ini.

Pria itu masih tampak tenang. Ia menggenggam pedang raksasanya dengan penuh ambisi. Matanya menyorotkan tatapan kebencian. Pedang yang selama ini ia mandikan darah iblis kini mungkin akan ia lakukan lagi. Tapi rasanya tidak mungkin, karena iblis satu ini berbeda dari yang lain. Tubuhnya seperti terbuat dari batu, dan berbagai goresan ditubuhnya mengeluarkan api. Memberikan kesan kepada siapa saja yang melihatnya akan yakin bahwa iblis ini berasal dari neraka. Dan semua hasrat akan kebenciannya telah menutup hatinya untuk para iblis, ia bersumpah tak akan pernah memaafkan mereka sampai tak satupun dari mereka yang tersisa dimuka bumi.

Tanpa menunggu lama, sang demon hunter memulai serangan. Ia melompat kearah iblis itu, kedua tangannya mengayunkan pedang besar dari atas sambil melakukan charge kearahnya.

Menyadari adanya serangan, sang iblis memblokir pedang raksasa itu dengan kedua sabitnya tanpa mundur untuk menghindar. Namun serangan itu terlalu kuat sehingga membuatnya terhempas dan mundur beberapa langkah. Untungnya tubuhnya yang besar, membuatnya masih bisa tegak.

Tidak sampai disitu, serangan susulan mulai ia lakukan. Ia menerjang cepat kearah lawannya, seolah ada magnet antara ia dan trget. Tak peduli seberapa jauh antara dia dengan target, maka pasti target itu akan terkejar olehnya. Itu adalah salah satu kemampuannya yang membuat siapa saja tidak dapat melarikan diri darinya. Kemampuan itu selalu aktif setelah ia menggunakan pedang raksasanya. Ia melayang cepat sambil menebaskan pedang besarnya. Sebuah hantaman keras mendarat di dada Iblis, membuatnya kembali mundur. Namun pedang itu hanya sedikit menggores dadanya, dan memancarkan sinar api.

Sang iblis api mengangkat kedua sabitnya setelah mundur beberapa langkah karena serangan tadi, ia kemudian memutar sabitnya sambil melemparkannya kearah Alucard, membuat senjatanya terlihat seperti roda api yang menerjang cepat kearahnya. Alucard kemudian mengangkat pedangnya guna menyambut serangan itu. Sebuah ledakan muncul saat benturan kedua senjata itu terjadi, menyebabkan gelombang tekanan yang membuat Alucard kini terhempas mundur. Sang Iblis kemudian melompat kearah sabit dan menangkapnya. Tanpa disadari Alucard seakan ditarik kearahnya, dan kemudian tanah yang dipijaknya tibatiba berubah menjadi merah, dan seketika tanah itu mengeluarkan lidah api yang membakar tubuhnya. Ia terpental, seolah tidak hanya api yang ada disitu, tetapi juga kekuatan sihir yang tak disadari menyerap energinya. Ia tak merasa ada sesuatu yang aneh setelah pembakaran tadi, kulitnya juga tak melepuh karenanya. Namun yang muncul disitu hanyalah beberapa lebam. Rasa panas masih terasa ditubuhnya, namun ia benar benar tidak mengerti kenapa api itu tidak menghanguskan kulitnya. Tubuh yang terasa begitu lemas membuatnya berpikir bahwa api itu hanyalah bentuk sihir yang menyedot habis energinya.

Alucard kemudian kembali mengambil kuda kuda untuk melancarkan serangan balasan. Kali ini ia memutar tubuhnya dan mengayunkan pedangnya sekuat tenaga. Suara dentingan pecah, menyebabkan pasukan disekitarnya entah itu pasukan iblis atau manusia menjaga jarak dengan mereka.

Serangan itu begitu kuat, membuat iblis yang sudah memblokir serangannya tetap terpental menabrak sekelompok pasukan disekitarnya. Alucard kembali mengejarnya mengingat kemampuan skill pasif yang ia miliki. Pedang raksasa ditangannya seolah olah cambuk yang sangat ringan yang bisa dengan bebas ditebas kemana saja, termasuk menebas kepala iblis itu. Pertempuran terjadi begitu sengit, Iblis tadi berhasil menghindar dan melakukan serangan balasan. Sabit besar dikedua tangannya tak terlihat seperti beban yang membuatnya kesulitan, tapi sebaliknya senjata besar itu adalah senjata pamungkas yang membuatnya tak kalah lihai dengan manusia dihadapanya.

Suara dentingan baja menjadi musik bagi mereka, dan percikan api menghiasi pertarungan mereka. Keduanya tampak begitu lihai, senjata besar yang mereka gunakan tak ada bedanya dengan seutas lidi. Begitu ringan ditangan yang berhak. Alucard menebas pedangnya, namun iblis itu menangkis srrangannya dan menyerang balik, yang serangan itu juga dapat ditangkis oleh Alucard. Mereka berputar mengitari satu sama lain dengan kejadian tersebut yang terulang ulang. Hingga serangan fatal diterima oleh pihak iblis, yang membuatnya langsung terpukuk mundur. Serangan itu berupa tebasan pedang dari bawah dan menekan perutnya keras keras sehingga membuatnya terbang dan mendarat dengan kepala lebih dulu menyentuh tanah. Namun kali ini Alucard benar benar lelah, sehingga membuatnya tak melakukan serangan susulan, beberapa tetes air menetes dari wajah tamvannya, nafasnya juga memompa begitu cepat..

Iblis itu kembali bangkit, menatap sosok yang telah membuatnya seperti itu. Matanya menyorotkan cahaya api, dadanya naik turun, dan ia berdiri berusaha menegakkan badannya. Sabit ditangannya tiba tiba terbakar, rumput disekitarnya juga menjadi kayu. Alucard merasakan hawa panas yang tiba tiba menyelimuti tubuhnya, rasa panas itu kian bertambah seiring bertambahnya waktu. Tidak ada hal yang bisa ia lakukan saat itu, seolah semua energinya telah diserap oleh kekuatan yang tak terlihat. Pandangannya semakin lama semakin kabur, pusing yang begitu hebat bersarang dikepalanya. Samar samar ia melihat seseorang datang menghampirinya yang tak lain dan tak bukan itu adalah musuhnya sendiri, karena dari tadi hanya mereka berdua yang menempati tempat itu. Dengan segenap kekuatannya, Alucard mengeraskan genggaman tangan yang membawa pedang raksasanya, matanya menyipit berusaha membuat semuanya menjadi terlihat jelas. Tepat disaat itu juga panas telah sampai pada puncaknya ketika api menyembur dari tanah dan kembali membakarnya. Api itu membara disekitar 5 meter dari radius iblis berdiri, membakar apa saja yang berada dikawasannya.

Iblis itu kemudian melompat dan menghantam Alucard dengan sekuat tenaga, dengan sisa kekuatan yang dimiliki Alucard, tentu itu tidak cukup menandingi serangan ultimatenya. Mengingat tentang serangan ultimate, ia sadar bahwa ia belum melakukannya. Namun, semuanya sudah terlambat. tak sedikitpun energi yang tersisa darinya bahkan hanya untuk mengangkat pedang.

Alucard kemudian terpental dan terpisah dari pedang besarnya. Tak ada yang bisa ia rasakan saat itu, sesuatu disekitarnya benar benar sudah sangat buram. Cairan hangat terasa mengalir di bawah hidungnya. Rasa pusing yang hebat menyelimuti seisi kepalanya.

***

Iblis itu kemudian segera meninggalkan pemuda yang sudah tak berdaya itu, ia tak peduli apakah ia masih hidup atau mati. Yang jelas bukan itulah urusannya. Ia kemudian menyebarkan pandangannya kesegala arah, mencari sosok yang menjadi targetnya saat itu. Kepalanya berhenti ketika mendapati seorang gadis berambut perak yang ia cari sebelumnya. Ia sedang berdiri dibarisan belakang, memanah pasukannya dengan begitu tenang, tanpa khawatir ancaman dari mana pun. Ia memang terlihat handal dalam memanah, dilihatnya banyak dari iblis yang terkena tembakannya. Ditambah reloadnya yang begitu cepat membuatnya terlihat sangat lihai dan anggun ketika memanah.

Namun ia mencari bukan untuk mengaguminya, seketika dari tempat yang tak disadari banyak orang ia melancarkan serangan kearah wanita itu. Salah satu dari sabitnya ia lemparkan sekuat tenaga. Sabit itu terlihat seperti bumerang api ketika melayang dan berputar putar menuju target.

Namun belum lama setelah ia melemparkan senjatanya, seseorang sudah menangkap dan menghentikan senjatanya. Ditatapnya manusia itu, ia terlihat sangat santai ketika menangkap senjatanya. Sorot matanya tajam menatap kearahnya, mata itu berwarna kuning api dengan rambut putih di kepalanya. Manusia itu juga membawa pedang merah besar dengan corak berbentuk lidah api ditangan kanannya. Ia kemudian melempar kembali senjatanya dan mengembalikannya dengan ekspresi datar. Tak ada satu patah katapun yang terucap dari mulutnya, melainkan hanya sorotan tatapan tajam yang tertuju kearahnya.

Sang Iblis langsung tertegun ketika menyadari adanya sebuah lencana bermotif kepala rusa yang terpasang didada manusia itu. Benda itu tampak tak asing baginya dan seperti belum lama ia melihatnya.

" k..kauu.. tapi bagaimana bisa..?" sahutnya setelah menyadari siapa manusia dihadapannya..

" karena aku tidak ditakdirkan untuk kalah darimu.." balasnya, ia kemudian melesat kearahnya, menerjang bak seekor macan yang menerkam kijang. Tebasan pedang menghantam sabit yang digunakan sebagai perisai, disusul serangan dengan memutar badan dengan kekuatan penuh ditangannya untuk menebaskan pedang. Iblis yang sudah kehilangan sebagian besar energinya sudah tidak dapat berbuat banyak, sehingga banyak dari serangan itu yang mengenai tubuhnya.

Namun defensifnya yang begitu tinggi, membuat berbagai serangan itu tak begitu berarti baginya. Ia kemudian mengangkat kedua sabitnya dan seketika api menyembur dari tanah secara acak. Pemuda itu berlari kearahnya, dua tiga tebasan pedang menerjang sang iblis. Namun kecepatan penyembuhannya secepat ia terluka, itu adalah kemampuan life steal yang mampu meregenerasikan HP dan kondisi tubuh dengan cara menyerang balik lawan. Namun Alucard tak henti hentinya melancarkan serangan, sehingga kedua nya tampak seperti kilat kilatan api yang bergerak cepat kesana kemari tanpa tujuan arah. Yang ditunjukan oleh Alucard bukan hanya kemampuan fightingnya namun juga seni dalam pertarungan itu sendiri.

Pihak lain mulai terlihat memadamkan api yang tadinya membara disekitarnya. Dadanya naik turun, dan genggaman pada sabitnya juga mulai melemah. Alucard kemudian mengeluarkan jurus pamungkasnya, pedang yang diangkatnya mulai membara aura merah api, waktu seolah melambat bagi keduanya. Kemudian ia menebas pedang besarnya dan seketika mengeluarkan cahaya merah yang terbang melesat kearah iblis api dan menembus tubuhnya. Iblis itu jatuh berlutut dan kemudian bersimpuh di atas tanah yang masih mengeluarkan asap.

Cahaya ungu bersinar dari dalam tubuh Alucard, pandangannya mulai buyar, dan pedang digenggamannya jatuh ketanah. Ia kemudian jatuh berbaring, dan sosok demon hunter dengan rambut pirang kembali menjadi wujudnya, matanya menatap langit cerah yang dihiasi dengan bintang bintang. Di sudut matanya tampak ada seekor kelinci yang menghampirinya, ia merasa ada sesuatu yang geli dipipinya.

Namun tiba tiba dunia menjadi gelap.