webnovel

Bab 1

Di Sebuah gedung tua pada malam hari sekitar pukul sepuluh malam, lima orang wanita berseragam sekolah menarik paksa seorang wanita bertubuh langsing yang mengenakan dress berwarna coklat muda. Rentang usia mereka tampak tidak begitu jauh, sekitar belasan tahun apalagi 5 orang wanita itu masih mengenakan seragam sekolah mereka.

Mereka lalu mengikat wanita tadi di sebuah kursi kayu yang sengaja mereka siapkan untuk gadis yang mereka tarik ke tempat itu. Sekarang mereka berdiri tepat di hadapan wanita cantik itu, mata mereka tampak menyimpan kekesalan yang luar biasa.

Salah satu dari mereka lalu mulai berbicara dengan nada kasar dan penuh amarah.

"SIAPA YANG MENGIZINKAN MU MENDEKATI NYA? APA KAU WANITA NAKAL YANG MENCOBA MENGGODA NYA HAA?!!" Seorang wanita berambut pendek berteriak pada gadis itu.

Karena tidak mendapat jawaban, wanita yang lainnya mulai ikut bersuara meneriaki wanita yang kini sudah memasang wajah ketakutan karena dihadapkan oleh 5 wanita yang tidak ia kenal.

"KENAPA KAU DIAM SAJA?! APA KAU BISU!!!" Salah satu dari mereka memegang dagu wanita itu dengan kuat.

Entah kenapa wanita itu hanya diam saja dan tidak menjawab pertanyaan dari mereka. Hanya ada air mata yang mengalir dari pipinya, gadis itu seakan meminta tolong. Tapi tidak ada satupun dari mereka berlima yang mengerti dan berniat menolongnya.

Tamparan kemudian melayang ke pipi wanita cantik itu, hingga membuat sudut bibir nya terluka karena tamparan yang cukup kuat mengenai wajahnya.

"Haha seperti nya wanita ini memang bisu, bikin geram saja. AYO KITA HAJAR SAJA DIA!!!" 

Kelima wanita itu lalu menghajar wanita tadi dengan beberapa pukulan di wajah dan tubuhnya secara membabi buta. Entah apa yang membuat mereka marah sehingga menculik dan menganiaya seorang wanita sampai seperti itu.

Luka lebam sudah memenuhi tubuh dan wajah wanita yang terduduk di kursi kayu tersebut. Tapi wanita itu tetap tidak mengatakan apapun atau sebenarnya dia tidak bisa mengatakan apapun.

Karena marah pertanyaannya tidak dijawab juga, wanita berambut bob tadi langsung mengayunkan sebuah kayu yang dia dapatkan tidak jauh dari tempat mereka berkumpul.

"BUGH!!" Pukulan nya tepat mengenai bagian kepala wanita yang tengah terduduk itu. Darah segar pun mengalir dari kepalanya.

"KYAKKK!" Seorang wanita berambut panjang sontak berteriak saat melihat darah mengalir di kepala wanita yang berada di hadapan nya itu.

"Hei kau bisa membunuh nya kalau memukul kepala nya terlalu keras!!" wanita yang lain pun ikut panik saat melihat wanita itu sudah tidak bergerak lagi.

Karena panik wanita berambut bob tadi lalu membuang kayu yang digunakannya untuk memukul wanita tadi dan dia pun langsung mengajak teman-temannya untuk pergi dari sana.

"Ayo kita tinggalkan saja dia sekarang, kalau ada orang yang melihat kita bisa bahaya!!"

"Kalau dia mati disini gimana?!"

"Ah sudah biarkan saja! Apa kau mau dikeluarkan dari sekolah karena ini?!! Ayo cepat pergi!"

Mereka lalu pergi meninggalkan gadis yang mereka aniaya terikat di kursi itu seorang diri tanpa berniat memanggil ambulance atau apa pun untuknya.

Dapat dipastikan wanita itu bisa meninggal disana jika tidak mendapat pertolongan dari mereka, karena posisi wanita itu berada di gedung tua yang terbengkalai dan tidak ada satu orang pun yang mengetahui keberadaannya disana.

***

Pagi itu anak-anak SMA Ashford dihebohkan atas berita pembunuhan di atap gedung yang tidak jauh dari sekolah mereka. Bagaimana tidak pembunuhan berantai itu mengincar gadis-gadis remaja seumuran mereka, seisi sekolah pun sibuk membicarakan tentang kasus mengerikan itu.

Lisa siswi SMA Ashford kelas 2 yang tidak mengetahui berita tentang pembunuhan itu hanya diam saja sambil berjalan menuju ruang kelasnya. Dia tidak mengetahui ada berita apa, karena Lisa hanya sibuk nge bucin idolanya tadi malam.

"Hey apa kamu udah liat berita terbaru tadi malam Lis?" Tanya seorang wanita bernama Rose menyapa Lisa yang baru saja duduk di kursi nya.

"Berita apa?" Tanya Lisa sambil menguap karena masih mengantuk. 

Kemudian Rose menceritakan apa yang terjadi tadi malam, "Berita tentang pembunuhan berantai itu loh Lis, kata nya mereka menemukan korban ke 3 di atap gedung makanan cepat saji yang berada di dekat sekolah kita."

"Lalu apa yang terjadi?" Lisa mulai penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Rose memperlihatkan hp nya yang berisikan berita korban pembunuhan berantai yang tengah jadi topik terpanas di negara itu, "Iya, nih lihat aja sendiri kalau kamu tidak percaya."

"Woah mengerikan sekali, apa penjahat itu sudah gila ya!" Lisa memegang kedua pipinya karena merasa ngeri. "Tapi untunglah tadi malam aku tidak sempat melihat berita mengerikan ini."

"Aku jadi sangat takut kalau sendirian di rumah, kalau pembunuh itu tiba-tiba datang dan menyerang ku bagaimana?" Seru Rose panik.

"Ya kamu lari lah, nggak mungkin kan kamu malah ngajakin tu orang nonton konser bareng."

"Lis aku lagi serius loh, kamu nggak lihat nih bulu tangan ku sampe berdiri saat memikirkan nya," memperlihat kan tangan nya yang bahkan tidak ada bulu sehelai pun.

Lisa hanya tersenyum tipis melihat kelakukan sahabat nya itu.

"Kamu mau aku temenin dirumah hari ini?" Lisa menawarkan diri untuk menemani Rose, karena dia tahu kalau sahabat nya itu penakut apalagi orang tua Rose sedang tidak ada dirumah. Dia juga takut kalau pembunuh gila itu benar-benar datang ke rumah sahabat nya dan menyerangnya.

"Yeay gitu dong Lis, peka!"

"Ugh dasar, kamu selalu merepotkanku saja."

Karena ada kegiatan di sekolah akhirnya mereka berdua pulang sekolah sekitar pukul 17.00 sore. Rose yang anak nya penakut langsung mengajak Lisa untuk segera pulang ke rumahnya.

Mereka pulang menggunakan angkutan bus dan turun di halte yang tidak jauh dari rumah gadis itu. Disepanjang jalan Lisa merasakan ada seseorang yang mengikuti mereka dari belakang, gadis itu menoleh ke arah belakang untuk memastikan kalau memang tidak ada seseorang yang mengikuti mereka hingga ke rumah.

"Ada apa Lis?" Tanya Rose yang melihat ekspresi Lisa menjadi berubah setelah dia beberapa kali melihat Lisa melihat ke arah belakang.

"Aku merasa ada yang mengikuti kita," ujar Lisa mencoba memberitahukan temannya.

"Apa?! Dimana Lis, bagaimana ini. Kalau ternyata dia pembunuh berantai itu bagaimana?" Tanya Rose yang mulai panik.

Lisa pun menyesal karena sudah memberitahukan hal itu kepada temannya yang penakut, karena takut akan terjadi sesuatu kepada mereka apalagi jalanan sudah mulai sepi sore itu. Lisa lalu menyuruh mereka untuk segera berlari menuju rumah Rose yang tinggal beberapa meter lagi.

"Kamu tenang saja dan dengarkan aba-aba ku dengan baik. Setelah hitungan ketiga kita lari bersama ke arah rumahmu oke?" 

Rose mengangguk mengiyakan arahan yang diberikan Lisa kepadanya. Saat itu lah Lisa mulai menghitung dan mereka pun berlari bersama menuju rumah Rose.

"Oke bersiap, 1 2 3 lari!!" Seru Lisa sambil menggenggam tangan Rose berlari bersamanya.