webnovel

Part 4/END

♥ Yoona Pov

       Taksi membawaku kembali kerumahku. Syukur aku belum menyerahkan kunci rumahku kepada ahjussi. Jadi aku tidak perlu menanggung malu karena terpaksa kembali kerumah itu. Aku memilih duduk di hadapan bunga mawarku dari pada mengurung diri didalam rumah. Merenung adalah yang aku lakukan. Disela itu, aku baru teringat akan barang belanjaanku yang kutitipkan di kasir. Tapi tidak terlalu kusesali, karena aku tidak terlalu membutuhkan barang-barang itu.

       Malam semakin larut, aku belum juga beranjak dari dudukku. Menikmati kesunyian seorang diri. Tiba-tiba saja kurasakan sesuatu mengalir di pipiku. Menangis? Ya, sepertinya begitu. Jika dipertanyakan, banyak hal yang bisa ku tangisi, tapi sepertinya malam ini hanya setetes air mata yang terlihat. Dengan cepat aku menepis air mata itu. Bangkit dari dudukku, menarik koperku dan masuk kedalam rumah.

--

       3 bulan sudah aku melewati hari-hariku. Bekerja seperti biasa. Pagi ini aku melewatkan waktu sarapanku, tidak ada keinginan untuk menyantap apapun. Hanya melakukan aktifitasku seperti biasanya. Berharap dapat melupakan pria itu. Ya, selama 3 bulan ini aku tak pernah sekalipun melihatnya. Namun sayang, harapanku terbuang percuma. Aku masih sangat mencintainya. Walau begitu banyak usahaku untuk tak memikirkannya, bahkan mengambil kerja part time di banyak tempat, tetap tak membantuku untuk berhenti memikirkannya.

    Selama 3 bulan ini hanya Chanyeol oppa lah yang sesekali menemaniku, walau terkadang aku juga berusaha menjauhi oppa, karena melihat oppa membuatku mengingatnya. Anehnya, oppa tak pernah sekalipun membahas mengenai Sehun. Yang aku tahu menghilang tanpa jejak. Aku pun tak pernah bahkan tak berniat untuk menanyakan itu. Karena setidaknya aku bisa menenangkan diriku selagi dirinya tak ada disekitarku. Tapi kenapa aku harus seperti ini? Kenapa aku ingin menjauhinya? Kenapa aku ingin melupakannya? Aku juga tidak tahu. Yang kurasakan hanya ingin melupakannya dalam perasaanku yang masih sangat membara kepadanya.

     Jessika tak lagi menggangguku. Ia berubah begitu saja. Berubah menjadi baik tentunya. Tak ada yang ku perbuat padanya, hanya tiba-tiba membaik seakan tak pernah terjadi apapun di masa lalu. Ia malah bersikap sebaliknya. Membantuku melakukan pekerjaanku, hingga kafe tutup. Walau begitu ia masih saja sering memperlakukanku semaunya, tapi tanpa menyakitiku. Seperti saat ini, dia sedang menarikku ke suatu tempat, tepatnya memaksaku untuk mengikutinya.

"Kau harus ikut!" bentaknya kepadaku setelah aku terus menolak.

"Aku lelah, aku ingin istirahat." aku yang tak lagi memiliki semangat tentu berusaha menolak.

"Aniya, kau harus ikut." Jessika terus menarikku. Kini kami berada didalam mobilnya, ia mengemudi dengan tenang, wajahnya terlihat berseri-seri. Berbeda jauh denganku yang tengah kesal akibat penculikan ini. Mobilnya berhenti di tepi jalan. Dengan gesit ia turun dari mobil dan membukakan pintu untukku. "keluarlah." melihat lokasi ia menurunkanku, aku mulai memikirkan hal buruk. Berharap gadis ini tidak mengerjaiku.

"Kenapa kita kesini?" tanyaku sembari memperhatikan keadaan disana.

"Menyeberanglah, kau tahu bukan taman yang ada disana?" ia mengarahkan jari telunjuknya ke taman yang berada disepanjang Sungai Han. Tentu aku mengetahui keberadaan taman itu. Taman itu penuh kenangan antara diriku dan Sehun. "pergilah kesana, seseorang sedang menunggumu disana." tidak berniat mendengar pertanyaanku, Jessika sudah berlari masuk kedalam mobilnya dan sedetik setelah itu menghilang dari hadapanku.

       Aku berjalan mendekati lampu lalu lintas yang masih menunjukan warna merahnya. Pada mulanya aku masih ragu untuk melakukan apa yang gadis itu perintahkan, tapi, setelah mataku menangkap sesosok pria yang sedang menatapku di ujung sana, sungguh, aku sangat merindukan tatapan itu. Hatiku bergetar seakan merasakan perasaanku, terhadapnya, yang terus menatapku.

       Langkah kecilku mulai bergerak, menghantarku padanya. Ditengah keramaian yang juga hendak menyeberang, pria itu masih belum melepaskan tatapannya dariku. Semakin mendekat, aku semakin merasa takut. Takut jika keadaan masih sama, bahwa pria itu belum mengingatku. Dan rasa takut itu menghentikan langkahku. Aku mematung dihadapan kendaraan yang sedang menunggu lampu hijau menyala. Pandanganku terhadap pria itu melemah, aku malah memalingkan wajahku dan hendak menjauh darinya. Tapi itu tidak berhasil, karena kini dia sedang menarik tanganku dan membawaku ke suatu tempat.

"Ada apa denganmu?" tanyanya kepadaku, masih menggenggam tanganku dan mulai menarikku menuju taman. Anehnya, aku hanya menundukkan wajahku, tak memiliki keberanian untuk menatapnya. "Yoona-a." tapi kini seperti kilat aku sudah menangkap sepasang mata itu, tatapan yang ia berikan kepadaku, jelas sekali, aku bahkan masih sangat mengingat itu. Dan juga, caranya memanggil namaku. "naya." mataku bahkan lupa untuk berkedip. Kulihat matanya memerah, menatapku. Langkah kami terhenti tepat di lokasi taman. Banyak hal yang ingin aku ucapkan, tapi tidak berhasil. Aku hanya membalas tatapan itu. Kurasakan jari-jarinya tengah mengelus pipiku dengan lembut, tepatnya, menyeka air mataku yang mengalir tanpa sepengetahuanku.

"Aku sudah mengingat semuanya, tentangmu." ucapnya dengan berat. Aku menghembus nafas dengan lemas, karena sepertinya aku telah menahan nafasku sangat lama. "bogoshipo." airmata juga terlihat di wajahnya, mengalir dengan malu. Tanganku reflek menyeka airmata itu. Sentuhan yang aku lakukan, seakan menarik kembali semua memori indahku bersamanya. Tak bisa menahannya, lantas aku langsung memeluknya, dengan penuh kerinduan.

--

       Duduk berdampingan ditaman, dimana tempat yang paling sering kami kunjungi. Menatap langit malam yang sedang memperlihatkan keindahannya. Aku tak kuasa menyembunyikan senyumanku. Tidak, bukan dikarenakan keindahan langit, tetapi karena orang yang kucintai tengah menggenggam tanganku.

"Kau tidak kedinginan?" aku langsung menggeleng. "wajahmu pucat sekali. Apa kau sudah makan?" aku menggangguk. "aish, ternyata kau masih seperti yang dulu." ia tersenyum geli.

"Ee?"

"Aku tidak bisa kau bohongi." ia menjitak kepalaku pelan. "tanganmu dingin begini, dan wajah pucatmu ini. Kau pasti belum makan." ia kembali menjitak kepalaku.

"Kau tidak berniat menceritakannya padaku?" tanyaku.

"Mwoga?"

"Tentang apa yang terjadi padamu?" aku mulai memperlihatkan raut seriusku. Ia menatapku lama. "kau harus menceritakannya padaku." aku terus menatapnya menunggu jawaban. Kulihat ia menghela nafas dengan berat, seakan sulit untuk menceritakannya.

"Tak bisakah kita lupakan saja?" melayangkan tatapan memohonnya. Aku menggelengkan kepalaku dengan cepat.

"Ceritakan padaku, sekarang." ia melepaskan tatapannya dariku dan menatap langit dengan tatapan kesal. Tetap menggenggam tanganku bahkan lebih erat.

"Tepat setelah aku melihat foto yang ada di dompetmu, esoknya aku langsung terbang ke Jepang, untuk menemui eomma." masih menatap langit yang mulai menyembunyikan keindahannya. "eomma shock ketika mendengar pertanyaan dariku. Awalnya ia enggan bercerita, tetapi karena aku terus mendesaknya, dia pun mulai menceritakan semuanya padaku." kurasakan tangannya yang semakin menggenggam tanganku, dan kini kembali menatapku, dengan matanya yang masih memerah. "hanya kau yang aku lupakan. Kau tahu kenapa? Karena itulah yang aku inginkan." jantungku seakan berhenti bekerja. Nafasku seakan tercekat. "sebelum kecelakaan itu terjadi, sebelum aku menemuimu untuk yang terakhir kalinya, aku sudah berjanji kepada eomma, bahwa itu benar-benar pertemuan terakhir kita." sungguh sakit mendengarnya. Tapi aku berusaha menguatkan diriku untuk bisa bertahan, dan mendengarkan semuanya hingga tuntas. "karena setelah aku tiba di Jepang. Eomma akan menjodohkanku dengan anak dari teman kerjanya." ia tersenyum kesal. Tepatnya kesal terhadap dirinya sendiri. "aku tak bisa menolak perjodohan itu. Karena nasib perusahaan ada ditanganku. Dan hari pernikahan juga sudah di tetapkan. Keinginan terbesarku pada saat itu adalah melupakanmu, agar aku bisa melakoni peranku dengan baik, sehingga perusahaan milik ibuku terselamatkan. Tapi ternyata, hal lain terjadi, dan itu menghancurkan semua rencana ibuku." seakan malu menatapku, ia malah menunduk menatap tangannya yang sedang menggenggam tanganku. Dapatku rasakan, airmata yang menetes dan mengenai tanganku. "keinginanku untuk melupakanmu tidaklah benar. Bagaimana mungkin aku ingin melupakan orang yang sangat aku cintai. Tapi, setelah kecelakaan itu terjadi. Hal itu menjadi kenyataan. Aku benar-benar melupakanmu."

"Perjodohan itu?" hanya itu yang keluar dari mulutku.

"Gagal. Aku koma selama 5 bulan." kembali menatapku. Tak kuasa menahan tanganku untuk menyeka airmata yang terus mengalir dari matanya.

"Lalu perusahaan ibumu?"

"Perusahaan tetap terselamatkan. Karena ibuku memiliki cara lain." ia diam sejenak, seperti ragu untuk mengatakannya.

"Katakanlah."

"Ibuku menikah dengan temannya itu. Dan menjadi isteri kedua." rahang wajahnya terlihat tegang. Kurasa ia tengah menahan emosinya. "dan itu terjadi ketika aku masih terbaring dirumah sakit."

"Gadis yang hendak kau nikahi?"

"Sekarang dia menjadi adikku." jawabnya dengan malas.

"Kau, kau sungguh sudah mengingatku?" tanyaku sedikit takut. Dia tidak menjawab pertanyaanku. Hanya menatapku dengan senyum manisnya, lalu memelukku dengan hangat.

"mian, karena sudah membuatmu menunggu sangat lama."

--

♥ Sehun Pov

       Aku sedang menyetir, membawa kekasihku untuk kembali kerumahnya. Sepanjang perjalanan, aku tak henti-hentinya melirik wajahnya, wajahnya yang sangat aku rindukan. Dan juga, menggenggem tangannya, tak ingin untuk kehilangannya lagi. Setelah dengan bodoh melupakannya.

       Mobilku berhenti di halaman kafe. Aku turun dari mobilku dan membuka pintu mobil untuknya. Ia keluar dari mobil, memberikan senyuman termanisnya untukku. Sungguh, aku sangat merindukan itu. Dan akhirnya perasaan itu kembali, kembali menyerangku setelah akhir-akhir ini kucoba untuk tidak menghiraukannya. Keinginanku untuk menciumnya.

       Aku mengantarnya hingga kehadapan pintu rumahnya. Memastikan bahwa ia pulang dengan selamat. Ia masih tersenyum kepadaku, membuatku semakin sulit menahan perasaan itu. Ia mulai membuka pintu rumahnya, karena pertahananku sudah habis. Aku mendorong pintu itu hingga kembali tertutup. Ia langsung menatapku aneh. Tidak ada waktu untuk menjelaskannya, aku melangkah maju mendekatinya. Semakin mendekatinya, hingga tak bisa lagi melangkah. Karena tubuhnya tertahankan pintu rumah.

       Aku menempatkan tanganku di setiap sisi bahunya. Tapi aku tak juga melakukan itu. Sepertinya aku merasa gugup, mungkin dikarenakan sudah sangat lama tidak melakukannya. Kulihat gadis itu tersenyum geli melihat tingkahku.

"Wae?" tanyaku reflek. Bukannya menjawabku. Ia malah menarik wajahku, lalu mengecup bibirku pelan.

"Pulanglah, kau juga harus istirahat." ucapnya sedikit tertawa. Ia membelakangiku dan mencoba untuk membuka kembali pintu rumahnya, merasa kesal dengan tawanya yang seperti mencela, aku kembali menutup pintu itu. Ia kembali menatapku.

"Bukan seperti itu caranya." kataku penuh kharisma.

"Ee?" menarik pinggangnya hingga setengah berpelukan, belum sempat ia berkata, aku sudah melumat bibirnya dengan lembut. Tepat ketika itu, sebuah perasaan dengan kuat menjalar keseluruh aliran darahku. Aku semakin menariknya kedalam tubuhku. Menikmati setiap inchi bibirnya dan merasakan getaran itu. Tanganku beralih mendekap wajahnya untuk memperdalam ciuman itu. Sungguh, aku sangat merindukan ini. Merindukan dirinya yang tak berdaya dalam lumatanku. Hingga akhirnya aku tersadar, aku hampir tidak bernafas. Aku menyudahi ciuman itu. Gadis itu terlihat malu-malu dan tak berani menatapku. Kini giliranku yang tersenyum geli kepadanya.

"Masuklah, kau harus istirahat." ia terlihat tergesa-gesa ketika membuka pintu. "aa, jamkaman." dengan cepat aku menuruni tangga. Mengambil sebuah bungkusan dari dalam mobil lalu kembali menghampirinya. "kau hanya perlu memanaskannya. Makan ini, jangan sampai sakit." mengacak rambutnya dengan riang. "aku pergi dulu."

"Sehun-a.." panggilnya sebelum aku menuruni tangga. Aku segera menoleh kepadanya. "saranghae." belum sempat aku menjawab, ia sudah masuk kedalam rumahnya. Gadis itu, ia berhasil membuat hidupku kembali berharga.

-

-

-

-

-

-The End-

-

-

-

-

-

Hi kakak-kakak..

Saya baru saja terbitkan novel.

Judulnya White Romance

Jika ingin tahu, bisa cek di instagram saya @hyull

Murah kok. Rp 78.000

Dan White Romance novel terbaik yang pernah saya buat.

Siapa tahu tertarik, bisa langsung diorder.

Maaci..