webnovel

Part 3

♥ Yoona Pov

     Bergandengan tangan seperti ini membuatku kembali mengingat masa-masa indahku dulu, tentunya disaat bersamanya. Walau sedikit berbeda, Sehun yang sekarang tidak mengenalku. Sebenarnya aku bisa saja mengatakan kepadanya siapa aku sebenarnya, namun ada yang ingin ku ketahui terlebih dahulu. Mengapa ahjumma tidak membantu Sehun untuk mengingatku? Apa yang sebenarnya telah terjadi.

"Yak!" kata seseorang dengan keras. Sepertinya ditujukan untuk kami. Kulihat seseorang sedang berjalan mendekati kami, gelapnya penerangan pada saat itu tidak membantuku untuk mengenali orang tersebut, tapi yang jelas, kurasakan tangan Sehun yang semakin menggenggam tanganku erat. Hingga akhirnya wajah itu terlihat dengan jelas. "hah, jadi gadis ini kekasihmu?" kata pria itu menatapku meleceh. Sehun semakin menggenggam tanganku.

"Kau, apa kau baik-baik saja?" Tanya Sehun kepadanya. Pria berwajah Chinese itu terbodoh mendengar pertanyaan itu.

"Heol, kau mengkhawatirkanku?" ucapnya tak percaya namun masih memperlihatkan ekspresi sombongnya.

"Bagaimanapun juga aku tidak bermaksud untuk melukai siapa pun. Semuanya terjadi diluar dugaanku. Mian." Sehun terlihat tulus mengatakannya. Pria Chinese itu terdiam.

"Aku juga minta maaf, karena aku yang memukul kepalamu." kataku sedikit takut. Si Chinese itu malah terlihat kesal.

"Aish, kenapa kalian malah seperti ini? Aku kesini ingin berkelahi, bukannya mendengar kata maaf dari kalian."

"Tak bisakah kau hentikan saja amarahmu itu? dan juga, masalahmu dengan hyung, apa tidak bisa kau lupakan saja?" ujar Sehun pelan dengan yakin.

"Mwo?" pria itu semakin terlihat kesal. "Chanyeol, dimana dia sekarang?" mengacak pinggang dengan emosinya yang semakin membara.

"Hyung masih tertidur lemah." Sehun memilih berbohong. Aku hanya diam mendengarkan mereka berdua.

"Tertidur lemah? Waeyo?" Tanya si Chinese dengan berat.

"Menurutmu karena apa?" Sehun masih terlihat santai tanpa sedikitpun terlintas rasa takut.

" Karenaku?" tanyanya lagi. Sehun mengangguk pelan. Kulihat kini Sehun sedang melihat jam tangannya, lalu menatapku sejenak. Setelah itu ia kembali menatap si Chinese.

"Sepertinya tidak ada lagi yang harus dibicarakan." Sehun melangkah mendahuluinya, masih menggenggam tanganku.

"Apa dia terluka parah?" pertanyaan itu kembali terdengar. Aku menoleh kepada Sehun. Kulihat Sehun menghela napasnya dengan berat. Lalu dengan enggan menjawab pertanyaan itu.

"Ne." hanya itu, dan kami kembali melangkah, meninggalkan si Chinese itu yang terpaku disana.

--

♥ Sehun Pov

"Kalian dari mana saja! Kenapa meninggalkan ku sendiri disini?" celetuk hyung ketika melihat aku dan Yoona masuk kedalam rumah. Aku tidak berniat menjawab pertanyaannya. Dan sepertinya gadis itu juga begitu. Hening. Setelah keadaan sunyi untuk beberapa detik, kuputuskan untuk menoleh ke hyung, lalu kuikuti arah pandangannya. "wuah.. Maldo andwe!" ia tertawa geli. Dengan cepat aku melepaskan tangan gadis itu. Ya, aku terlalu nyaman menggenggam tangan itu, hingga aku tidak menyadarinya bahwa tangan itu masih berada didalam genggamanku.

"Bukannya tadinya kau bersama Jessika?" kudengar gadis itu menanyakan itu. Ia berjalan mendekati hyung lalu duduk di sebuah kursi yang ada disamping kasur. Tempat hyung sedang berbaring.

"Kau sangat pintar mengalihkan topic." ia menjitak kepala Yoona pelan. Kulihat gadis itu tersenyum malu. Sangat manis. Oh tidak, ada apa ini, jantungku kembali berdetak dengan kencang. Aku memilih duduk dihadapan televisi dan mulai menonton sebuah siaran.

"Oppa, tadi aku bertemu dengan pria yang berwajah Chinese itu, dia terlihat aneh." kata gadis itu. Walau mataku fokus pada layar televisi, tetapi pendengaranku kutetapkan untuk mendengarkan obrolan mereka.

"Berwajah Chinese? Haha.." hyung malah tertawa sambil mengelus rambut gadis itu dengan gemas. Dugg! Jantungku malah berdetak dengan malas, berat untukku menarik nafas. Oh tidak, kini hyung menangkap mataku  yang ternyata sedang menyaksikan perbuatannya itu. Ya, aku reflek menoleh ke mereka. Hyung memicingkan matanya menatapku, dengan cepat aku kembali menatap layar televisi. "namanya Tao."

"Tao? Nama yang aneh." kata gadis itu.

"Jadi tadi Tao menemui kalian?" tak kudengar jawaban dari gadis itu. Mungkin dia hanya mengangguk, begitulah kupikir. "dia tidak menyakiti kalian bukan?" gadis itu tak juga menjawab. Apa ia kembali mengangguk. Takut untukku menoleh, aku bersikeras tetap menyaksikan siaran televisi yang membosankan itu. "dia tidak akan melukai siapapun jika ia tidak sedang mabuk."

"Maksudmu?" akhirnya kudengar suara gadis itu.

"Disaat Tao sedang mabuk, dia tidak bisa mengontrol amarahnya." suara hyung terdengar santai.

"Oppa, kau terlihat sangat mengenalnya."

"Tentu."

"Ee?"

"Tao sahabat terbaikku." mendengar itu tentu membuatku menoleh ke hyung. Hyung menyadari tatapan penuh pertanyaan dariku. Ia tersenyum kepadaku. Aku masih diam menunggu penjelasan darinya. "aku, Tao dan Sena bersahabat dari kecil. Hingga kami berkuliah di kampus yang sama. Ketika itu, Tao memberanikan diri untuk mengakui perasaannya kepada Sena. Sepertinya Sena menerimanya, mereka pun berpacaran." hyung diam sejenak. Ia memijat keningnya, menghela nafas dengan berat. Ia terlihat sedang menahan kesedihannya. "pada awalnya persahabatan kami masih berjalan dengan baik. Aku tidak merasa terasingi dengan hubungan mereka, namun.." hyung kembali menghela nafasnya. Matanya memerah dan mulai berkaca-kaca. "tiba-tiba saja kudengar dari Tao bahwa mereka telah putus. Dan itu karenaku." ia menggaruk kepalanya dengan kesal.

"Karenamu? Memangnya apa yang oppa lakukan?" Tanya Yoona.

"Aku tidak melakukan apapun." wajahnya terlihat lelah.

"Lalu?" gadis itu sama penasarannya denganku, bedanya aku hanya diam.

"Sena menyukaiku."

"Pria itu mengatakan bahwa kau telah membunuh kekasihnya, apa itu gadis yang bernama Sena? Sahabat kalian?" tanyaku yang tidak sabar menunggu penjelasan dari hyung.

"Ne. Tapi, aku sungguh tidak membunuhnya." airmata mengalir, dengan cepat dihapus oleh hyung. "Sena gantung diri setelah aku menolak cintanya. Aku tidak mungkin menerima perasaannya, persahabatan kami merupakan hal terpenting bagiku." suasana menjadi hening. Kini aku paham akan masalah ini. Mengapa pria yang bernama Tao itu menyalahkan hyung, dan mengapa juga hyung menolak perasaan gadis yang bernama Sena itu. dan gadis itu, aku tidak mengerti.

       Sinar matahari menerpa wajahku hingga berhasil membangunkanku dari tidurku. Aku terkaget ketika melihat dimana diriku berada pada saat itu. bagaimana mungkin aku bisa tertidur di sofa di rumah itu? Aku langsung mencari keberadaan gadis itu. Ia tidak terlihat disana. Kulihat hyung masih tertidur pulas. Dan juga, selimut ini? kapan aku memakainya?

       Aku langsung masuk kedalam kamar mandi. Mencuci wajahku, ku perhatikan pantulan wajahku di cermin. Sepertinya aku tidak perlu mengoperasi wajahku. Aku tersenyum simpul dan berlalu untuk membangunkan hyung. Tidak, mataku menangkap sebuah makanan yang mengintip dari sela tudung saji, dengan cepat aku membuka tudung saji tersebut. Wah, ada banyak makanan. Aku kembali tersenyum. Tak lagi mengingat akan hyung, aku malah menyantap makanan itu.

       Ada apa ini? Mengapa kulit tanganku memerah dan terasa gatal? Kucuci beberapa kali juga tidak menghilangkan warna dan rasa gatal yang semakin menjadi. Kesal aku pun duduk di halaman rumah itu. kupandangi mawar putih yang terlihat segar itu, sepertinya gadis itu baru saja menyiramnya.

"Omo! Yak, kau kenapa?" kulihat Yoona berlari kecil menghampiriku. Aku gugup ketika ia mendekatkan wajahnya pada wajahku. Ia juga memandangi tubuhku dengan jarak yang sangat dekat.

"Ige? Molla." jawabku acuh.

"Apa jangan-jangan, kau makan saus kacang yang aku buat?" tanya gadis itu. Aku mengangguk polos. Seharusnya aku malu untuk mengakuinya, tapi entahlah, aku merasa tidak perlu menutupinya. "yak, kau kan alergi pada kacang. Aish, kau ini. Tunggu disini, akan aku ambilkan obatnya." ia langsung berlari masuk kedalam rumahnya. Aku masih diam, mencoba memahami perkataannya. Alergi saus kacang? Bagaimana dia bisa mengatakan itu? Aku bahkan tidak mengetahuinya.

       Gadis itu kembali dengan membawakan segelas air dan obat untukku. Aku masih mencoba diam, hanya menikmati apa yang gadis itu lakukan terhadapku. Ekspresi paniknya, sungguh imut. Namun terus terpikirkan olehku, sejak awal aku bertemunya, jantungku terasa aneh. Tapi, kini baru aku sadari, ada hal lain yang kurasa lebih aneh. Ya, terkadang gadis itu bersikap bahwa ia sangat mengenalku. Dan aku juga seperti itu. Ada apa sebenarnya?

"Mwoya! Yak, ada apa dengan wajahmu? Tanganmu juga." hyung keluar dari rumah dan langsung mendapatkan diriku dengan kondisi yang mengenaskan. Aku hanya meliriknya malas. "aish, tapi kenapa kau tetap terlihat tampan?" aku tersenyum simpul. "Yoona-a, pagi ini kau tidak masak untukku " Tanya Chanyeol malu-malu.

"Hyung, bukankah kau sudah sehat? Pulanglah kerumahmu. Kenapa kau masih mengganggunya disini." yang pastinya aku tidak paham dengan perasaanku saat ini, aku menjadi resah melihat hyung berada dirumah Yoona.

"Hoh, ada apa denganmu? Kaulah yang menahanku agar tetap disini." balas hyung.

"Itu karena aku tidak tahu siapa pria Chinese itu. Karena kau bilang dia sahabatmu, sepertinya tidak ada yang harus di cemaskan."

"Yoona, apa kau merasa terganggu olehku?"

"Aniyo oppa." jawab gadis itu.

"Kau dengar itu?" kata hyung kepadaku.

"Yak, kau itu wanita, seharusnya kau.."

"Lagian aku kesepian jika kembali kerumahku. Kau kan tahu aku tinggal seorang diri." putus hyung.

"Wah, oppa, kau sama sepertiku." seru Yoona.

"Kau juga tinggal seorang diri? Pantas saja aku tidak pernah melihat siapapun. Yoona, bagaimana jika kau pindah kerumahku saja? Rumahku sangat besar, seram jika ditempati seorang diri." kurasakan darahku yang mendidih. Kulihat gadis itu sedang diam, sepertinya sedang memikirkan apa yang hyung katakan. "tenang saja, kau tetap bisa bekerja disini, rumahku berada tidak jauh dari sini." gadis itu menatap hyung dalam diam. "baiklah, ku anggap kau menerima tawaranku. Wuah.. senangnya aku saat ini." apa-apaan ini.

"Hyung, apa kau tidak berlebihan? Bagaimana mungkin kalian tinggal serumah?"

"Sudahlah, kau diam saja." hyung malah membawa Yoona masuk kedalam rumah, kudengar mereka berbincang dengan serius, terdengar tawa renyah mereka. Sedangkan aku? Aku hanya duduk dihadapan mawar putih, bagiku mawar-mawar itu seakan sedang menertawaiku.

--

♥ Yoona Pov

       Aku menerima tawaran oppa? Ya. Mengapa? Aku juga tidak tahu. Sudah lama aku tidak merasakan sebuah kenyamanan ketika berada didekat seseorang. Tetapi entah mengapa, oppa terasa seperti keluargaku sendiri. Aku sangat nyaman ketika bersamanya. Jika diingat, kami belum terlalu lama saling mengenal, tapi kami sudah sedekat ini. Hah, aku benar-benar bahagia.

       Oppa sudah kembali kerumahnya, ada yang harus ia bereskan dirumahnya. Sore ini aku putuskan untuk permisi dari pekerjaanku, syukurnya ahjussi mengijinkanku. Menyusun semua pakaian dan barang-barangku, menunggu oppa menjemputku. Sehun? Pria itu juga pergi entah kemana. Kini aku tak lagi memikirkan akan dirinya, aku juga tidak tahu, karena yang kutahu, hanya diriku yang ia lupakan. Mengapa begitu?

"Kenapa kau yang menjemputku?" tanyaku dihadapan Sehun. Baru saja aku memikirkannya, pria itu sudah kembali terlihat. Tidak dulu menjawab pertanyaanku, ia malah mengangkat koperku lalu berjalan menuju mobil yang tadinya ia gunakan.

"Hyung yang menyuruhku." ucapnya setelah memasukkan koperku kedalam bagasi mobilnya.

"Oo. Jika begitu, antar aku ke supermarket, aku ingin membeli sesuatu." kulihat tidak ada ekspresi apapun dari pria itu. Ia hanya membukakan pintu untukku. Setelah itu langsung membawaku ke tempat tujuan.

       Membeli sikat gigi baru, handuk, kaos kaki, dan lainnya. Pastinya sesuatu yang tidak terlalu penting. Aku juga tidak mengerti, ada apa denganku, mengapa aku melakukan hal seperti ini, bukannya memikirkan apa yang sebenarnya telah terjadi pada Sehun.

       Keranjangku sudah dipenuhi barang-barang yang kuambil secara asal. Aku langsung berjalan menuju kasir, merogoh saku jaketku untuk mengambil dompetku. Kosong. Tidak ada apapun didalam saku jaketku, begitu juga saku celanaku, sepertinya dompetku terjatuh didalam mobil. Akupun menitipkan barang belanjaanku dikasir lalu kembali kedalam mobil untuk mencari dompetku.

       Kulihat Sehun sedang berdiri dihadapan mobilnya. Menundukkan wajahnya guna mengamati sesuatu yang ada di tangannya. Ia bahkan tidak menyadari kehadiranku di sana, hanya diam seakan mematung. Aku masih tidak mengerti situasi tersebut, namun ketika kulihat barang yang sedang ia amati, aku juga ikut terdiam dan menunggu, menunggu reaksi pria itu.

       Perlahan ia melepaskan pandangannya dari barang tersebut dan beralih menatapku. Masih diam, tapi ekspresi wajahnya penuh tanda tanya. Aku, sungguh aku tidak tahu hendak berkata apa. Sulit untukku membuka mulut. Hal hasil aku menunduk guna menghindari tatapan matanya.

"Siapa kau sebenarnya?" pertanyaan itu membuatku dengan cepat kembali menatapnya. Aku kaget, matanya memerah, seperti menahan sebuah gejolak yang sulit untuk di ekspresikan. Kurasakan jantungku seakan berhenti berdetak. Sesak, sepertinya oksigen sudah luput dari kehidupanku. "kutanya, siapa kau sebenarnya?" ulangnya lagi. Suaranya terdengar bergetar. Ingin sekali aku menangis, tapi aku menahannya. Saat ini, yang kupikirkan adalah bagaimana caraku untuk menjelaskan padanya. Tepatnya, menjelaskan maksud dari foto yang ada padanya. Foto yang selalu kubawa didalam dompetku. Fotoku dan dirinya, dulunya.

"Kau, kau benar-benar tidak mengingatku?" kata itulah yang keluar dari mulutku. Sehun mengerutkan keningnya. "ahjumma, jika kau ingin tahu siapa diriku, tanyalah padanya." ucapku. Aneh, kakiku malah melangkah menuju bagasi mobil, dan kini tanganku mengambil kembali koperku. Kuraih juga foto beserta dompetku dari tangannya. Setelah itu aku menghentikan taksi yang kebetulan sedang melintas disana. Tidak sempat mengatakan sepatah katapun, aku meninggalkannya begitu saja. Entahlah, mungkin aku salah, tapi hanya itu yang bisa kulakukan pada saat itu. Ya, ahjumma, dialah yang harus dipertanyakan.

-

-

-

-

-

Continued..

-

-

-

-

-

Hi kakak-kakak..

Saya baru saja terbitkan novel.

Judulnya White Romance

Jika ingin tahu, bisa cek di instagram saya @hyull

Murah kok. Rp 78.000

Dan White Romance novel terbaik yang pernah saya buat.

Siapa tahu tertarik, bisa langsung diorder.

Maaci..