webnovel

Marry a Sleepy Girl

Hidup Xierra tidak pernah jauh dari bantal. Gadis mager itu lebih suka menghabiskan waktunya dengan tidur daripada harus berinteraksi dengan orang lain. Tapi, tidurnya terganggu semenjak kehadiran sahabat masa kecil yang kini menjabat sebagai musuhnya. Di tambah tiba - tiba dirinya disuruh menikah saat lulus SMA. Cerita ini pernah di posting di wattpad pada tahun 2015 berjudul "Everlasting Love" di akun wattpad qonana, di baca sebanyak 161.000 kali. Namun, di tahun 2021 cerita ini di buat versi terbarunya di akun ini. So, let's read guys!

qonana · Teen
Not enough ratings
4 Chs

the beginning

Xierra Jessica Andaresta.

Matahari pagi mulai menyinari kamar milik Xierra. Tentu saja gadis itu masih berada pada posisi enak-nya di atas ranjang. Gadis itu menguap hebat. Seraya mengubah posisi tidurnya menjadi duduk.

"Hoammmm... udah pagi ya.." Xierra bergumam, dia menatap jam dindingnya. Sambil menggaruk garuk belakang kepalanya. Rambutnya begitu berantakan, bak singa.

Pukul 05.45.

Gadis itu ngulet di atas ranjangnya. Kemudian mendengar suara ketukan pintu keras di pintu kamarnya.

"RARA! CEPETAN BANGUN UDAH SIANG!" Teriak Renata sambil menggedor pintu kamar Xierra. Renata adalah kakak perempuan dari Xierra.

Gadis itu langsung bangkit dari ranjangnya, menuju kamar mandi yang berada di sebelah kamar tidurnya.

Selain mempunyai kakak perempuan, dia juga mempunyai kakak laki-laki yang bernama Ricky. Mereka bukanlah kakak kandung Xierra. Dulu saat Xierra berusia 6 tahun, orang tua Xierra mengadopsi Ricky dan Renata yang merupakan anak dari sahabat mereka yang telah meninggal.

Ricky berumur 28 tahun, dan Ricky bekerja sebagai wakil manajer di sebuah perusahaan. Sedangkan, Renata berumur 24 tahun. Dia sedang menjalankan program S2nya. Dan Xierra, berumur 17 tahun. Dia masih sekolah di SMA yang terkenal di daerah Jakarta.

Xierra adalah gadis cantik yang sangat ramah. Dia bisa dibilang anak jenius, karena bisa mengingat sesuatu dalam sekali baca / dengar. IQ-nya 154. Tapi, gadis itu bukan orang yang suka menunjukan kemampuannya.

Walaupun begitu, Xierra tidak memiliki pengalaman kisah cinta sama sekali. Alias, gadis itu merupakan jomblo sejak lahir. Lalu, Xierra merupakan seorang Yatim Piatu. Orang tuanya meninggal dunia ketika Xierra berumur 12 tahun. Karena kecelakaan mobil hebat. Setelah orang tuanya meninggal, Xierra benar – benar hanya di rawat oleh kedua kakak angkatnya.

Xierra baru selesai mandi lalu memakai seragamnya dan memakai sepatu sneakers miliknya. Rambutnya dia biarkan tergerai indah, menampilkan wajahnya yang begitu cantik. Oh tidak cantik saja, tetapi sangat sangat cantik. Xierra menaburkan bedak tabur di telapak tangannya, kemudian mengusapkan ke wajah cantiknya. Setelah merata, gadis itu mengambil tas sekolahnya, lantas keluar dari kamar tidurnya.

Gadis itu mendapati kedua kakaknya sedang sarapan di meja makan. Xierra menarik salah satu kursi kemudian duduk dan memulai sarapan pagi.

"Gimana sekolah kamu, Dek?" Tanya Ricky setelah meresap kopinya. Pandangannya tertuju pada i-pad yang berada di tangannya, kebiasaannya setiap pagi adalah membaca berita.

"Baik kok kak, baik." Jawab Xierra meminum susu putihnya, kemudian dia memakan sandwich tuna yang di buat oleh Bi Inah untuk Xierra.

"Bohong kak, si Rara suka bolos pas jam pelajaran." Kata Renata yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Xierra. Memang benar kalau Xierra suka bolos saat jam pelajaran, ke kantin, UKS atau ke perpustakaan.

Ricky tersentak, dia meletakan I-padnya kemudian menatap Xierra dengan wajah serius.

"Kenapa bolos pelajaran, Dek?" Tanya Ricky sambil menatap adik kecilnya itu.

"Rara suka bosen di kelas. Kadang Rara ngantuk banget, jadi Rara bolos deh." Jelas Xierra dengan santai, "tapi kalo misalnya lagi di terangin Rara pasti ngeliatin guru kok, Kak." Sebenarnya, saat di terangkan oleh guru juga gadis itu tertidur.

"Kamu kan udah kelas 3, Dek. Sekolah juga sebentar lagi selesai, jangan main - main lagi kalau udah kelas 3 tuh…!" Nasihat Ricky.

"Iya, maaf. Rara tau kok." Balas Xierra, "dulu juga pasti kak Ricky sama Rere juga suka bolos pas jam pelajaran." Gadis itu menyebut Renata dengan sebutan 'Rere' yang merupakan panggilan kecil Renata.

"Iya itu kan dulu, sekarang enggak." Kata Renata.

"Ya... Rara kan bandelnya sekarang, nanti juga nggak bandel kayak gini lagi. Kayak kalian."

"Xierra Jessica Andaresta!" Ricky memutar bola matanya.

"Iya, Kak, iya." Balas Xierra. "Maaf." Lalu gadis itu menghabiskan sarapannya.

***

Juan Dimas Bagaskara.

Mobil bmw berwarna silver terparkir di tempat parkir sekolah. Seorang murid laki-laki tampan keluar dari mobil tersebut dengan tas di punggungnya. Juan mengunci mobilnya lantas berjalan masuk ke dalam sekolah menengah atas itu.

"Eh itu siapa itu siapa?" Banyak gadis yang melihat ketampanan Juan sambil berbisik.

"Ih ganteng banget!"

"Ganteng banget sumpah."

"Ah dia siapa sih?"

"Ngefans banget gue sama dia.."

"Fix! Langsung gue jadiin husbu."

Juan tersenyum mendengar pujian - pujian dari para gadis. Kemudian dia masuk ke ruang guru dan berjalan ke ruang kepala sekolah yang berada di dalam ruang guru.

"Permisi." Juan mengetuk pintu kemudian masuk ke dalam ruangan kepala sekolah.

"Juan!" Pak Burhan, kepala sekolah itu, tersenyum melangkahkan kakinya ke arah Juan lantas memeluknya.

"Hai, Om!" Balas Juan. Kepala sekolah itu adalah kakak laki - laki dari ibu Juan.

"Kamu apa kabar?" Tanya Pak Burhan.

"Baik, Om. Baik.." Jawab Juan.

"Nggak nyangka Juan udah tumbuh lebih tinggi dari Om." Pak Burhan mengamati tubuh Juan yang memang terlihat lebih tinggi darinya. Walaupun usia Juan baru 18 tahun, tapi tingginya sudah mencapai 183 cm.

"Karena Juan suka minum susu, Om, hehe. Oh iya, Juan kelas berapa ya Om?" Tanya Juan, "soalnya Juan mau langsung ke kelas Juan aja. Sekalian berbaur sama teman-teman." Juan memiliki sifat ekstrovert yang suka berteman dengan banyak orang.

"Kamu masuk ke kelas 12 IPA 2, Ju." Jawab Pak Burhan setelah memeriksa dokumen milik Juan di map warna biru, "nanti Om yang nganterin kamu ke kelas kamu. Oh iya, kamu tau nggak?"

"Kenapa om?"

"Kamu sekelas dengan temen kecil kamu yang sering main sama kamu dulu itu loh.." Kata Pak Burhan, kening Juan berkerut.

"Siapa, Om?"

"Si Rara itu, Ju." Kata Pak Burhan.

"Rara? Xierra?" Tanya Juan, keningnya berkerut.

"Iya."

Juan terdiam kemudian tersenyum miring. Tidak di sangka - sangka. Dia akan bertemu lagi dengan teman masa kecilnya, oh tidak, musuh masa kecil—lebih tepatnya.

***

*Extra

Ricky pergi bertemu dengan seseorang di sebuah cafe malamnya. Ia menemui Ayah dari Juan yang bernama David Bagaskara. Mereka berbincang - bincang hingga larut karena sudah lama tidak bertemu.

"Rick! Udah lama banget kita nggak ketemu ya, maaf karena sebelumnya kita cuman berhubungan lewat telfon.." Kata David setelah ia berjabat tangan dengan Ricky. "Gimana kabar kalian?"

"Baik, Om. Rere dan Rara juga baik - baik aja. Kami bertiga baik karena bantuan dari Om David dan Tante Miranda juga.." Jawab Ricky, "Om dan keluarga gimana? Aku dengar Juan sekolah di SMA yang sama dengan Rara."

"Syukurlah kalau kalian baik - baik aja." Ucap David, "iya, semoga mereka nggak bertengkar lagi kayak dulu ya."

"Iya, Om. Juan dari dulu selalu tahan berteman dengan Rara, walaupun mereka selalu bertengkar." Kata Ricky.

"Hanya saja, Juan jadi berubah setelah pindah ke Bandung. Mungkin karena jauh dari Rara, dia jadi lebih tertutup." Jelas David.

"Rara malah jadi jauh lebih nakal, Om. Hahaha" Ricky menghembuskan napas, "anak itu sering bolos dan tidur di kelas."

David tertawa, "hahahaha, Rara itu mirip sekali dengan ayahnya dulu. Biarkan saja dia, Rick. Namanya juga masih anak - anak."

"Iya sih, anak itu apa bisa jadi dewasa ya?" Ricky menghembuskan napas berat, lelaki itu mengkhawatirkan adiknya.

"Pasti bisa, Rick. Oh iya...!" David teringat sesuatu, "dulu kami pernah berjanji untuk menjodohkan anak - anak kami."

"Menjodohkan?" Ricky mengernyit bingung.

"Iya. Om sama ayah kamu, mamanya Juan dan mama kamu... berjanji untuk menjodohkan Juan dan Rara saat mereka lulus SMA." Jelas David.

Ricky terkejut, "tapi mereka belum dewasa, Om. Apalagi Rara masih belum mengerti tentang pernikahan."

"Ya, kami juga berpikir begitu. Tapi Om juga udah sering sakit, Om takut umur Om nggak sampai saat Juan menikah." Kata David. Ricky terdiam, memikirkan banyak hal.

"Om David, jangan bilang begitu." Sahut Ricky.

"Om hanya ingin menepati janji yang kami buat. Tante Miranda juga sudah setuju." Kemudian David tersenyum, "kamu mau 'kan membuat kedua orang tua kalian menepati janji mereka?"

Ricky tidak tahu harus berkata apa, ia mematung sambil memikirkan Xierra. Adiknya sudah pasti tidak akan setuju dengan perjodohan ini.

"Rick?" David memanggil Ricky.

"Ya, Om?"

"Tolong kamu pikirkan baik - baik ya." David tersenyum. Kemudian Ricky membalas senyuman David.

"Iya, Om." Ucap Ricky, "nanti Ricky bicarakan dengan Rere juga."

To be continued.

Kalau suka, jangan lupa di like dan komen ya..!

Much love,

qonanacreators' thoughts